Pencapaian Egy Maulana Vikri mampu tembus Eropa merupakan sebuah prestasi besar untuk pemain Indonesia. Dalam sejarahnya tidak banyak pemain tanah air mampu untuk bermain di luar negeri. Pada tim Lechia Gdanks ini, pemain asal Medan tersebut akan bermain di squad utama. Lantaran sejak awal sebelum dikontrak Egy sudah dijanjikan hal tersebut.
Meski sudah mendapatkan jaminan bermain di tim utama. Namun perjuangan Egy masih tergolong sangat jauh untuk mampu berbicara di Eropa. Tempat baru dengan level sepak bola yang jauh berbeda dari Indonesia akan menjadi satu hadangan nyata dalam karirnya. Selain itu, kendala bahasa dapat membuat adaptasinya berjalan lambat. Lalu rintangan apa saja yang akan diterima mantan kapten timnas ini? simak ulasannya berikut.
Kondisi cuaca Polandia yang berbeda jauh dengan di Indonesia
Cuaca, tentu menjadi momok nyata untuk Egy apabila bermain di Eropa. Seperti yang kita tahu sendiri suhu hangat seperti di Indonesia tidak akan dirasakan lagi oleh pemain asal medan tersebut. Polandia sendiri memiliki empat musim yang akan dapat mengganggu adaptasinya. Melansir pada laman BBC, di sana pernah terjadi musim dingin parah yang menyebabkan korban jiwa di negara Eropa Tengah tersebut. Hal ini adalah masalah serius untuk Egy, pasalnya sebagian besar latihan tim Lechia Gdanks dilakukan di luar ruangan. Apabila tidak cermat untuk mengatasi sangat mungkin pontensi akan tidak muncul secara maksimal.
Persaingan ketat ala tim Eropa akan mempersulitnya terus bermain reguler
Jaminan berada tim utama memang sudah di janjikan oleh manajemen kepadanya. Namun, bukan berarti dirinya berhenti untuk bekerja keras. Melansir pada laman PandditFootball, semua keputusan final masih dipegang oleh pelati tim Piotr Stokowiec. Persaingan ketat di Eropa juga tidak dapat dianggap mudah, selalu munculnya bakat baru dan mereka selalu terbuka untuk pemain berbakat adalah alasannya. Jadi apabila mantan kapten timnas U-19 tersebut tak tampil memuaskan tempat cadangan sudah menunggu. Berberapa contoh pemain di Indonesia gagal di Eropa adalah bukti bagimana persaingan di benua biru ini sangat ketat, meski dikatakan sangat berbakat.
Gaya sepak bola Polandia yang berbeda menjadi hal akan menyulitkan
Berbicara gaya permainan sepak bola di Polandia pastinya seribu kali berbeda dengan Indonesia. di negara kita banyak mengandalkan akselerasi dan kecepatan pemain. Namun, berbeda apabila di Eropa, sebuah klub akan mementingkan kolektivitas serta postur saat bermain. Tidak hanya itu saja organisasi permainan menjadi hal selalu di utamakan saat bertanding. Apabila nantinya tidak pemain asal Medan itu, tidak cepat beradaptasi dengan gaya tersebut, mimpi Egy untuk terus bermain di benua biru akan sulit sekali. Kebiasaan seperti salah pasing dan kurang tepatnya saat mengambil keputusan di atas lapangan mutlak harus segera untuk diperbaiki.
Postur tubuh Egy yang kecil mempersulitnya saat bermain di Liga
Melihat pemain Eropa postur tubuh besar pasti akan tergambar di pikiran kita. Apabila melihat Egy sendiri, hal tersebut menjadi kelemahan nyata dari pria blesteran Arab tersebut. Bahkan, kalau hal ini tidak diatasi akan mempersulit dirinya untuk dapat berpartisipasi dalam permainan tim. Seperti apa yang diungkapkan Beto Goncalves yang mengatakan bahwa setiap pemain Brazil yang di Eropa selalu menambah nutrisi dan masa otot untuk mampu bersaing. Meski diuntungkan dengan tubuh kecilnya yang mampu mengolah bola baik, namun, saat di berada di kompetisi benua biru hal tersebut tidaklah cukup. Kita bisa bayangkan kalau Messi tetap bertubuh kecil pastinya tidak akan sehebat sekarang.
Mental menjadi hal penting saat bermain di luar negeri
Dari beberapa cerita tadi mental memegang kunci sangat penting untuk kiprah Egy saat di Eropa. Seperti apa yang diungkapkan oleh Kurniawan yang pernah bermain di Swiss, mantan pemain PSM Makasar mengungkapkan, ” Yang paling utama adalah mental, bagaimana untuk bisa melawan diri sendiri dan harus selalu optimis serta percaya diri, jika lengah sedikit saja pasti akan tertinggal. Karena semua pemain di sana berkompetisi dan profesional,” Selain harus melawan suhu memang sangat diperlukan untuk mampu menghadapi tekanan yang pastinya jauh lebih kuat dari pada saat di Indonesia. Ditambah rasis terhadap pendatang akan menjadi musuh benar ditaklukkan oleh Egy Maulana Vikri.
Beberapa kendala akan tersebut, tentunya menjadi alarm untuk Egy terus bekerja keras. Iklim dan budaya yang jauh berbeda harus disikapinya dengan serius. Pasalnya sudah banyak pemain Indonesia yang gagal berahkir dengan kegagalan saat bermain di luar negeri. Dan pencapaian ini harus ditanggapi dengan tidak jumawa, pasalnya, apa yang dicapainya saat ini sudah pernah dilakukan oleh pemain Legenda Indonesia.