Ketika peristiwa G30S/PKI meletus, nama Resimen Cakrabirawa disebut-sebut sebagai pasukan yang melakukan penculikan dan pembunuhan pada keenam Jenderal TNI AD. Mereka dikatakan telah melakukan penyiksaan keji dan pembunuhan para jenderal di daerah Lubang Buaya, Jakarta.
Meski kabar ini begitu santer, tapi sampai detik ini kabar mengenai keterlibatan Resimen Cakrabirawa masih menimbulkan perdebatan. Hal ini muncul setelah beberapa fakta mengenai resimen ini berhasil diungkap. Berikut mengenai beberapa hal mengenai Resimen Cakrabirawa termasuk dugaan keterlibatannya pada peristiwa G30S/PKI
1. Dibentuk untuk Mengamankan Presiden Soekarno
Presiden Soekarno beberapa kali tercatat mengalami percobaan pembunuhan oleh beberapa oknum. Hal ini membuat Panglima TNI saat itu, Jendral A.H Nasution, mengusulkan untuk dibentuknya pasukan khusus pengawal Presiden untuk melindungi sang kepala negara.
![Resimen Cakrabirawa [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Resimen-Cakrabirawa.jpg)
2. Seleksi Anggota Resimen
Setelah dibentuk, beberapa orang dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut, serta kepolisian ditunjuk menjadi bagian dari resimen ini. Sebut saja Brigjend TNI Sabur sebagai Komandan Resimen, Kolonel Maulwi Saelan sebagai Wakil Komandan, Letkol Untung sebagai Komandan Batalyon, dan masih ada beberapa lagi lainnya.
![Cakrabirawa diseleksi dari banyak satuan [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Cakrabirawa-diseleksi-dari-banyak-satuan.jpg)
3. Anggota Resimen Melakukan Perbuatan Keji
Pada peristiwa G30S/PKI, resimen ini disebut-sebut sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan ketujuh jenderal yang ternyata hanya 6 jenderal TNI AD (Jenderal A.H Nasution berhasil kabur). Faktanya, tidak semua anggota resimen melakukan tindakan keji tersebut, hanya beberapa orang saja. Namun akibat ulah sebagian anggota inilah, anggota lainnya jadi ikut terkena dampaknya.
![Letkol Untung [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Letkol-Untung.jpg)
4. Peyelidikan Bergulir Hingga Beberapa Tahun
Penyelidikan kasus penculikan dan pembunuhan ketujuh Jenderal TNI AD ini terus bergulir hingga beberapa tahun sesudahnya. Namun banyak kejanggalan terjadi, seperti pernyataan Letkol (KKo) Bambang Setijono Widjanarko, salah satu ajudan pribadi Bung Karno yang tertulis dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dalam BAP tersebut dikatakan jika Presiden Soekarno mengetahui persis tentang rencana penculikan ketujuh Jenderal ini.
![Bung Karno dituduh terlibat G30S [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Bung-Karno-dituduh-terlibat-G30S.jpg)
5. Kesaksian Tersangka yang Menculik
Kesaksian beberapa orang yang melakukan penculikan pada ketujuh Jenderal membuka fakta lain. Mereka menyatakan bahwa sebelum menculik para Jenderal, mereka dikumpulkan dan diberi arahan oleh Letnan Satu Doel Arif (Komandan Resimen Tjakrabirawa) atas perintah Mayjend Soeharto. Soeharto mengatakan jika ketujuh Jenderal itu adalah Dewan jenderal yang akan menggulingkan kekuasaan Soekarno dan membunuhnya.
![Mayjen Soeharto [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Mayjen-Soeharto.jpg)
6. Mantan Resimen Cakrabirawa Angkat Bicara
Soal penyiksaan kepada para Jenderal yang diculik tersebut, para mantan pasukan Cakrabirawa ini mengatakan jika mereka tak melihat adanya tindakan tersebut. Hal ini juga didukung dengan hasil otopsi dan visum terhadap ketujuh Jenderal yang dilakukan oleh kelima dokter. Dari hasil otopsi tersebut tidak ditemukan adanya pencungkilan bola mata maupun sayatan pada tubuh jenderal. Para dokter juga tidak menemukan adanya pemotongan pada alat vital salah satu jenderal seperti cerita yang berkembang selama ini.
![Ilustrasi penyiksaan G30S [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/06/Ilustrasi-penyiksaan-G30S.jpg)
Inilah sekelumit kisah dari G30S/PKI. Benar atau tidak, sampai sekarang masih belum menemukan titik jelas. Saat rezim Soeharto resimen ini dibubarkan dan diganti dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres)