Tidak bisa ditampik kalau kekayaan alam dan tambang di Kalimantan menarik banyak sekali bangsa asing untuk bertandang. Jauh sebelum Belanda mampu menguasai kawasan Kalimantan yang sangat kaya ini, muncullah sebuah republik kecil bernama Lanfang. Kawasan yang terletak di sekitar Pontianak ini dihuni oleh para etnis Tionghoa yang rela jauh-jauh datang ke Kalimantan untuk menjadi pekerja tambang.
Seiring dengan berjalannya waktu, kelompok-kelompok pekerja dan kongsi datang mulai berkemban di Kalimantan. Banyak dari mereka membentuk organisasi yang lebih terstruktur untuk menjembatani semua keinginan dari pekerja dan juga mengurangi adanya kecurangan-kecurangan. Dari sekian banyak kongsi dagang yang ada, Lanfang dikenal yang paling kuat hingga memiliki seorang presiden. Berikut kisah tentang Lanfang.
Sejarah Berdirinya Lanfang
Lanfang berdiri pertama kali pada tahun 1777 di Pontianak Kalimantan Barat. Republik yang awalnya hanya kongsi ini memutuskan untuk membentuk negara sendiri. Mereka melakukan itu untuk menyatukan tenis Tionghoa di Kalimantan agar tidak tercerai-berai dan bersatu dengan dengan baik untuk melakukan penambangan dan aktivitas perdagangan lainnya.
Orang yang menjadi presiden pertama dari Lanfang adalah Lo Fang Pak. Dia adalah seorang guru dari kawasan Kwangtung, Tiongkok yang hijrah ke Kalimantan. Melalui pemikirannya yang sangat hebat, puluhan ribu etnis Tionghoa mau bergabung dan bersama-sama membentuk Republik Lanfang yang cukup diakui oleh Pemerintah Tiongkok pada Dinasti Qing.
Sistem Republik Lanfang yang Cukup Terstruktur
Meski hanya sebuah kongsi perdagangan yang tidak ada bedanya dengan VOC, Lanfang memiliki sistem pemerintahan yang unik. Negeri ini memilih presidennya secara langsung. Ada pemilihan umum yang digelar pada periode tertentu guna memilih presiden yang akan memimpin Republik Lanfang yang pada akhirnya bertahan hingga tahun 1884.
Yang paling mengesankan dari Republik Lanfang adalah sudah adanya kitab undang-undang yang mengatur hukum di wilayah negara. Negeri ini juga mulai membuat sistem pendidikan, pertanian, dan perbankan meski tidak sehebat sekarang. Lanfang berusaha berkembang dari sebuah kelompok biasa menjadi sebuah negara yang muncul di dalam sebuah negara atau kerajaan.
Penyerangan Belanda Terhadap Lanfang
Pada abad ke-18 hingga abad ke-19 saat Lanfang akhirnya runtuh, mereka menjalankan kegiatan perdagangan di wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Para penjajah kulit putih itu tentu tidak mau kalau ada republik yang mengeruk hasil bumi begitu saja lalu menjualnya ke kawasan Malaka seperti Malaysia dan juga Vietnam.
Belanda awalnya melakukan perundingan agar kawasan Lanfang mau tunduk dengan kemauan dari Belanda. Sayangnya, Keinginan dari Belanda itu ditolak mentah-mentah oleh pihak Lanfang. Akhirnya Belanda murka dan mulai melakukan serangkaian penyerangan di kawasan Kalimantan dan menyebabkan Republik Lanfang yang selalu setor pajak ke Dinasti Qing runtuh.
Hilangnya Lanfang dan Cikal-Bakal Singapura
Saat Belanda melakukan serangan mati-matian ke kawasan Republik Lanfang, banyak orang meninggal dunia. beberapa di antaranya melarikan diri dengan kapal laut. Mereka berlayar menuju kawasan Sumatra bagian utara dan ada juga yang menetap di kepulauan kecil yang salah satunya adalah kawasan Singapura yang menjadi salah salah satu negeri kuat di Asia Tenggara.
Beberapa pendapat mengatakan kalau cikal-bakal dari Singapura disusun oleh para pelarian dari Lanfang. Mereka mendirikan negeri baru yang pada akhirnya kembali dijajah oleh Bangsa Eropa yang kali ini dilakukan oleh Inggris hingga akhirnya Singapura menjadi negeri persemakmuran.
Saat ini sejarah tentang Republik Lanfang mulai digali lagi oleh beberapa sejawaran di Singapura. Mereka ingin tahu seperti apa peran besar dari Lanfang hingga Kaisar Tiongkok pun mengakui keberadaan mereka mulai dari sistem negara hingga perdagangannya.