Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki pertumbuhan tinggi di segala bidang, terutama di ranah teknologi. Salah satu bentuk dari perkembangan pesat daripada negeri tirai bambu itu adalah Huawei, produsen ponsel yang kini tengah berseteru dengan AS dan Google.
Huawei yang kini dikenal sebagai produsen ponsel ternama dunia, tak lepas dari sosok Ren Zhengfei yang merupakan pendiri sekaligus CEO Huawei Technologies Co. Ltd. Kerja kerasnya dalam mendirikan perusahaan tersebut, terbayar lunas seiring dengan keberhasilan Huawei yang telah mendunia. Seperti apa kiprah Ren Zhengfei dalam membesarkan usahanya?
Mantan prajurit yang banting setir menjadi pengusaha
Ren Zhengfei yang lahir pada 25 Oktober 1944 di daerah pedesaan, merupakan putera dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai guru. Dilansir dari laman huawei.com, ia sempat belajar di Institut Teknik Sipil dan Arsitektur Chongqing pada tahun 1963 dan dipekerjakan di industri teknik sipil hingga 1974 setelah lulus. Ren pun sempat bergabung dengan Korps Teknik militer sebagai seorang tentara, di mana ia ditugaskan untuk mendirikan Pabrik Serat Kimia Liao Yang.
Setelah pensiun dari dinas ketentaraan pada 1983, Ren sempat bekerja di basis layanan logistik dari Shenzhen South Sea Oil Corporation. Merasa tak puas dengan profesinya di perusahaan tersebut, ia akhirnya memutuskan untuk mendirikan Huawei dengan modal CNY21,000 pada tahun 1987. Kemudian sejak 1988, Ren menjadi CEO Huawei hingga saat ini. Di bawah kendalinya, perushaan teknologi tersebut sukses menembus pasar ponsel dunia. Bersaing ketat dengan merek ternama seperti Apple (AS) dan Samsung (Korea Selatan).
Sukses bawa merek Huawei mendunia
Agresivitas Huawei dalam menghadirkan ponsel berkualitas buatannya, kini mulai menuai hasil. Laman cnbcindonesia.com menuliskan, perusahaan yang berlokasi di Shenzhen, China itu berhasil mempertahankan posisinya sebagai pembuat ponsel pintar (smartphone) terlaris kedua di dunia pada kuartal pertama tahun ini, menurut lembaga riset dan konsultasi Gartner. Prestasi ini diraih sebelum Huawei dimasukkan daftar hitam perdagangan oleh Amerika Serikat (AS).
Masih menurut Gartner, Samsung mempertahankan posisi tertingginya dengan capaian pangsa pasar 19,2% di kuartal pertama 2019. Sementara itu, Huawei menyusul dengan 15,7% pasar dan Apple di posisi ketiga dengan 11,9%. Penjualan pabrikan pimpinan Ren Zhengfei itu melonjak 69% di Eropa dan 33% di China. Di dalam negeri, Huawei bahkan memiliki 29,5% pangsa pasar ponsel pintar yang juga disesaki oleh produsen asing macam Samsung dan Apple.
Hadapi perang dagang dengan AS dan perusahaan barat lainnya
Buntut dari ketegangan yang terjadi antara Huawei dan AS, otoritas negeri paman Sam tersebut akhirnya melarang perusahaan dalam negeri membeli produk-produknya. Dilansir dari laman dunia.tempo.co, pemerintahan Trump telah melancarkan kampanye global melawan Huawei, melarang lembaga pemerintah AS melakukan bisnis dengannya dan mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk tidak menggunakan peralatan telekomunikasi buatan mereka.
Alhasil, kebijakan ini membuat sejumlah perusahaan teknologi lainnya memutuskan hubungan dengan Huawei, seperti Google dan ARM Holdings. Hal ini juga diikuti dengan operator top di Inggris Raya dan Jepang yang kemudian menunda peluncuran smartphone Huawei di negara masing-masing. Awal bulan ini, Departemen Perdagangan AS menempatkan Huawei pada daftar perusahaan asing, yang dianggap berpotensi merusak keamanan nasional Amerika atau kepentingan kebijakan luar negeri mereka.
BACA JUGA: 5 Kekuatan Huawei, Produsen Elektronik China yang Ditakuti Amerika dan Negara Eropa
Melihat perkembangan Huawei yang semakin pesat pada saat ini, membuat persaingan di ranah teknologi semakin sengit antara pihak barat yang digawangi oleh AS dan China dari belahan Timur. Meski dilarang berbisnis di negeri Paman Sam, Ren Zhengfei bersama Huawei yang didirikannya sukses mendunia dan menjadi pesaing bagi merk ponsel ternama lainnya.