Menurut KBBI rasisme adalah ketidaksukaan terhadap ras dan suku tertentu. Sebagai tindakan negatif hal tersebut kerap sekali mengancam para pemain di jagad sepak bola. Bahkan acap kali berubah menjadi pedang yang melukai meski tidak berdarah. Rasisme sendiri menjadi perbuatan keji yang hingga kini belum ada obatnya. Banyak sekali pemain top dunia yang telah merasakan hal itu.
Seperti contoh yang dialami Mario Balloteli saat masih aktif berlaga di kompetisi Italia. Tidak hanya itu Dani Alves pun juga pernah terkena tindakan rasisme dengan dilempari pisang. Dan beberapa nama tadi merupakan contoh kecil dari tidak keji tersebut. Sebagai perilaku yang dilarang di dunia sepak bola, orang melakukan rasis selalu mendapatkan tindakan tegas. Namun sayang kondisi itu tidak pernah berhasil menjinakkan mulut-mulut kotor penonton.
Meski menjadi hal yang sangat dilarang, tapi Piala Dunia 2018 Rusia nanti rasisme diprediksi sangat rawan terajdi. Hal ini lantaran masih banyak orang dari negara Eropa tersebut menganut paham Chauvinistic atau tak suka dengan kulit hitam. Kondisi inilah yang sempat membuat pemain asal Pantai Gading, Yaya Toure melakukan aksi boikot agar para pemain dari Afrika tidak mengikuti ajang tersebut. Mereka pada umumnya akan menyebut orang berbeda kulit dengan sebutan monyet, melempar barang yang provokatif dan nyanyian-nyayian diskriminatif.
Hal ini jelas sebuah ancaman berat untuk kontestan yang berasal dari penjuru dunia. Apalagi dipastikan mereka akan akan datang dengan keragaman ras, suku dan budaya yang berbeda. Kendati sempat dihukum FIFA akibat ulah penontonnya, Rusia tetap negara yang rawan tindakan tersebut. Dilansir laman PanditFootball, terdapat 92 kasus rasisme dan diskriminasi lewat nyanyian yang dilantangkan suporter di dalam stadion-stadion Rusia pada musim 2014/15. Dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah saat pagelaran Pildun nanti.
Berkat ulah oknum penonton yang melakukan tidak tersebut beberapa bulan Rusia mendapatkan batunya. Dilansir laman Viva, mereka terkena denda oleh FIFA sekitar 430 juta. Setelah para ada nyanyian diskriminatif dan rasis kepada pemain Prancis. Tidak hanya itu kecaman dari berbagai pihak terus berdatangan.
Sebagai olahraga untuk mempersatukan banyak orang. Perilaku keji ini harusnya harus ditindak tegas. Dan bila perlu orang yang melakukannya diberi hukuman paling keji. Jangan sampai lantaran rasisme sepak bola kehilangan filosofinya yang menjadi permainan mengberikan dan tidak pernah membedakan ras, suku, dan agama.