in

Mengenal Raden Mas Soesalit, Putra Tunggal RA Kartini

Raden Mas Soesalit Saat Masih Kecil
Raden Mas Soesalit Saat Masih Kecil

Habis Gelap Terbitlah Terang. Begitulah satu dari puluhan untaian kata mutiara sang emansipasi wanita Indonesia yang berjuang sekuat tenaga demi keagungan harkat dan martabat kaum hawa tanah air agar diakui oleh semua mata. Raden Ajeng Kartini, ialah namanya yang abadi selalu dikenang setiap tahunnya, hingga hari ini.

Pahlawan kelahiran Jepara, Jawa Tengah ini meninggalkan berjuta inspirasi namun sayang tidak banyak yang tahu mengenai kisah keluarga yang ditinggalkannya. Beliau memiliki seorang putra bernama Raden Mas Soesalit. Lalu siapakah sosok putra ibu pahlawan kita? Mari kita simak:

1. Sosok Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat

Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat, beliau merupakan putra pertama dan tunggal hasil dari pernikahan RA Kartini dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat. Beliau lahir pada 13 September 1904 di Rembang, Jawa Tengah. Namanya Soesalit merupakan singkatan bahasa Jawa yang berarti, Soesah naliko alit (Susah semasa kecil), alasan nama tersebut diberikan karena RA Kartini meninggal 4 hari setelah melahirkan RM Soesalit. RM Soesalit juga memiliki saudara tiri seayah yakni Abdoelmadjid Djojoadhiningrat. Dimana Abdoelmadjid ini merupakan salah satu tokoh dalam Perhimpunan Indonesia dan Partai Sosialis Indonesia.

Raden Mas Soesalit Saat Masih Kecil
Raden Mas Soesalit Saat Masih Kecil [via]
Semasa kecil RM Soesalit lebih banyak menghabiskan waktunya di Rembang dalam naungan sang kakak tiri. Singkat cerita Soesalit yang hidup dimasa penjajahan Belanda lantas sering berinterkasi dengan pihak Belanda, begitupun dengan masa penjajahan Jepang, Soesalit juga banyak dijari tentang strategi perang oleh penjajah asal negeri Sakura itu. Lalu kemudian setelah kiprahnya selama setengah abad lebih Soesalit berpulang pada 17 Maret 1962 tepat ketika usianya 57 tahun. Beliau yang meninggal di Jakarta itu kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman bersama mendiang sang ibu, RA Kartini di Jepara.

2. Loyalitas Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat

Pada masa kependudukan Jepang, RM Soesalit direkrut untuk bergabung dengan tentara pembela tanah air (PETA). Tak hanya itu ia juga menyandang gelar Mayor Jenderal dalam masa kemiliterannya namun pangkatnya turun menjadi kolonel setelah adanya hasil Re-Ra (Reorganisasi – Rasionalisasi) Angkatan Perang Republik Indonesia di tahun 1948. Selain itu Soesalit juga pernah menyandang beberapa pangkat dalam kedinasan kemiliteran yakni sebagai Komandan Brigade V Divisi II Cirebon (sampai dengan Oktober 1946), Panglima Komando Pertempuran Daerah Kedu dan sekitarnya (1948) dan sebagainya.

Orangtua R.M Soesalit: Kartini dan suami
Orangtua R.M Soesalit: Kartini dan suami [via]
Sosoknya yang cerdas membuat beliau dikenal oleh banyak pihak, tak terkecuali dengan presiden pertama RI, Soekarno. Disamping berkutat dengan senjata nyatanya putra tunggal RA Kartini tersebut juga lihai dalam memasak. Bayangkan saja, seorang pejuang berdarah ningrat ini pandai membuat sambal bahkan ibu negara, Fatmawati pun menyukainya. Tak sampai disitu, Soesalit merupakan sosok yang berwawasan ini terbukti pada pengetahuannya atas sejarah wayang. Tak pelak ketika Ir. Soekarno menikmati pagelaran wayang kulit, beliau selalu meminta penjelasan tentang alur dan lakon kepada Soesalit.

3. Keluarga Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat

Seluk beluk kehidupan RM Soesalit memang tak banyak yang tahu. Keturuan langsung keluarga ningrat ini seolah hilang tanpa jejak, loyalitasnya pun dikala muda tetap terngiang namun jarang ada yang mengetahuinya. Ya, minimnya informasi membuat masyarakat sedikit tabu akan nama-nama penerus RA Kartini, hanya lewat RM Soesalit lah publik dapat memahami walau sedikit. Namun demikian bukan berarti sang darah pahlawan tak berjejak sekalipun. Ya, RM Soesalit menikah dengan wanita Jawa yakni Siti Loewijah, mereka dikaruniai seorang putra bernama Boedi Setyo Soesalit. Namun sayangnya kala Boedi lahir sang ayah (RM Soesalit) sudah meninggal.

Ibu Bijatini, menantu RM Soesalit
Ibu Bijatini, menantu RM Soesalit [via]
Layaknya sang ayahanda, Boedi Setyo Soesalit juga diberkahi dengan kecerdasan yang tinggi. Kala itu Boedi mendapatkan beasiswa ke Australia namun ternyata beliau lebih memilih bekerja di perusahaan swasta. Kemudian cucu daripada RA Kartini tersebut (Boedi) menikah dengan Sri Bijatini, dalam pernikahannya ini Boedi dan istri memiliki 5 momongan. Keturunan sang emansipasi memanglah masih berlanjut namun nyatanya makin kesini makin tak terdeteksi. Boedi dan istri seolah tak dikenali oleh siapapun, bahkan ibu Bijatini (istri alm. Boedi) dan anak-anaknya memilih diam daripada mengaku keturunan RA Kartini, ibu Bijatini yang kini berusia 78 tahun itu mengungkapkan bahwa ia lebih memilih hidup sederhana.

4. Peninggalan Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat

Meski bak hilang ditelan bumi, para darah pahlawan pun tetap meninggalkan kenangan manis bagi bangsanya.. Ya, selain jasa rupanya para sesepuh di atas Soesalit juga meninggalkan kenangan berupa benda yakni, sebuah Al-Quran. Benda suci tersebut disimpan dan dijaga oleh Soesalit atas saran sang paman, yakni RMP Sosrokartono ialah kakak kandung RA Kartini. Al-Quran tersebut merupakan salah satu benda bersejarah dalam kisah RA Kartini. Kala itu sang pahlawan emansipasi ini mendatangi pengajian saat beliau berkunjung ke kediaman pamannya yang juga salah satu tokoh pembesar di Demak. Pengajian tersebut dipimpin oleh seorang Kiai yang berasal dari Dukuh Kedung Jumbleng, Desa Ngroto, Kecamatan Mayong.

Sosok Kartini Saat masih Muda
Sosok Kartini Saat masih Muda [via]
Sang kiai yang diketahui bernama Sholeh Darat tersebut menjelaskan makna Al-Quran dengan lugas dan luas, seketika itu juga RA Kartini tersentuh dan terkesima atas isi Al-Quran yang selam ini hanya bisa dibacanya tanpa mengetahui arti yang sebenarnya. Tak hanya itu, bahkan sang kiai juga menghadiahkan Al-Quran terjemahan bahasa Jawa kepada RA Kartini, kala itu baru juz 1-15 yang berhasil diterjemahkan. Rencananya sisa dari juz 16-30 akan diberikan kemudian, namun sayangnya RA Kartini sudah tutup usia sebelum menerima lanjutan Al-Quran terjemahan itu. Itu mengapa RMP Sosrokartono menyarankan agar RM Soesalit menjaga dan menyimpannya.

Written by Admin

Leave a Reply

4 Wanita Perkasa Yang Masih Bergerilya di Pelosok Indonesia

Video Heboh Para TKI Indonesia Hancurkan Gadget Mahal Miliknya