Bagi seorang pendaki, menaklukkan satu-satunya gunung tertinggi di dunia alias Everest adalah sebuah impian besar. Maka, saat bisa menginjakkan kaki di puncak gunung setinggi 8.848 m itu pasti merasa amat bangga. Namun siapa sangka jika keberhasilan para pendaki itu tak lepas dari andil Sherpa yang begitu penting.
Tanpa adanya para Sherpa, belum tentu orang-orang hebat itu mampu sampai hingga puncak. Sherpa bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk membantu para pendaki sampai di puncak gunung itu. Sayangnya, hingga kini Sherpa hanya dipandang sebelah mata. Lantas, siapakah sebenarnya Sherpa? Berikut ini pembahasannya.
Sekilas Tentang Sherpa
Sherpa adalah suku yang hingga saat ini lekat disebut sebagai para pemandu Everest. Mayoritas Sherpa merupakan kelompok setempat beretnis Nepal dan Tibet. Mereka tinggal di lereng-lereng pegunungan Himalaya. Tak hanya menemani, Sherpa juga berperan sebagai porter alias pembawa barang-barang para pendaki. Tidak sembarang orang bisa menjadi Sherpa, hanya mereka yang memiliki keahlian khusus yaitu mampu membaca situasi sekitar gunung Everest, mampu mendaki ice climbing, dan lain sebagainya. Karenanya, kebanyakan anak seorang Sherpa yang kemudian hari menjalani profesi ini sebab telah terlatih sejak kecil.
Tugas Berat Sherpa
Berjalan sambil membawa beban yang berat bukan hal yang mudah. Karena itu, sejak zaman Sir Edmund Hillary (orang yang diyakini sebagai penakluk Puncak Everest pertama) adalah karena jasa para Sherpa yang membawakan barang-barangnya. Walau berbahaya, para Sherpa tetap melakukan hal ini demi menghidupi keluarganya. Tidak semua pendakian berhasil. Seperti yang dikatakan Sherpa bernama Karma (40), dari 15 ekspedisi yang ia pandu hanya sekitar tujuh saja yang berhasil sampai di puncak. Kalau sudah begitu, para Sherpa akan menjadi orang yang dipersalahkan meski hal itu kadang karena kondisi alam atau para pendaki yang kurang fit.
Beresiko Kehilangan Nyawa
Terkadang seorang Sherpa harus mengalami dilema saat menjalankan tugasnya. Contohnya ketika para pendaki yang diberitahu bahwa situasi sedang berbahaya, namun mereka tetap ngotot untuk melanjutkan perjalanan. Dalam suatu ekspedisi Everest, Karma harus menyaksikan rekan seprofesi dan 10 pendaki hilang. Hal ini terjadi sebab para pendaki kurang mempedulikan perkataan Sherpa dan nekat melanjutkan perjalanan di situasi berbahaya.
Cerita Edmund Hillary Pencapai Puncak Pertama Everest dan Sherpa yang Membantunya
Edmund Hillary dikenal sebagai orang pertama yang menaklukkan Everest, puncak tertinggi Pegunungan Himalaya. Berhasil menginjakkan kaki di gunung tertinggi itu pada 29 Mei 1953, Edmund Hillary didukung banyak pihak. Di antaranya 150 pendaki professional, 750 orang pendukung perbekalan, dan yang paling berperan penting adalah seorang Sherpa bernama Tenzing Norgai. Kegiatan ini bukan bertujuan untuk kesenangan semata. Yang dilakukan Enmund Hillary adalah memusatkan perhatian pada perbaikan kondisi hidup kaum Sherpa di Nepal.
Film Dokumentasi tentang Sherpa
Film dokumentasi berjudul Sherpa diproduksi untuk mengenang kisah-kisah tragis yang dialami Sherpa di balik keberhasilan pada pendaki. Secara tak sengaja, film ini juga mengabadikan tragedi meninggalnya 16 penduduk suku Sherpa lantaran kejatuhan balok es raksasa di rute pendakian. Diambil oleh sinematografer Renan Ozturk, film Sherpa juga menceritakan tentang hubungan yang tak setara antara ekspedisi asing dan pemandu lokal. Bagi kaum Sherpa, gunung bukan hanya tempat untuk digali lantas selesai. Lebih jauh, gunung menghubungkan nilai spiritual unik yang dirasakan penduduk Sherpa.
Selama ini, tak banyak orang yang tahu tentang kerja keras Sherpa dibalik kesuksesan para pendaki. Tanpa adanya Sherpa, tak ada jaminan bahwa para pendaki bisa menginjakkan kaki di puncak. Bahkan tanya Sherpa pula mungkin cerita heroik soal pendaikan Everest takkan pernah ada.