Selain terkenal dengan JPop, harajuku, dan lolita-nya, Jepang juga terkenal dengan karakter manga-nya. Bahkan beberapa di antaranya merebak di Indonesia dan menjadi favorit para anak muda dan anak-anak. Sebut saja serial Dragon Ball, Doraemon, dan One Piece yang sampai sekarang tak pernah kehilangan penggemarnya.
Keberadaan karakter-karakter keren ini tak lepas dari buah pikir dan kerja keras seorang mangaka. Mangaka adalah orang yang bekerja membuat karakter manga di Jepang, atau kalau di Indonesia disebut komikus. Banyak yang menyangka kalau menjadi mangaka itu enak, dapat gaji gede dari kesenangan menggambar manga. Hmm, yakin seenak itu jadi mangaka?
Nah, biar lebih mengenal kehidupan mangaka, simak ulasan berikut.
1. Mangaka Bekerja sesuai Arahan Editor
Pekerjaan mangaka yang ‘sekedar’ menuangkan ide dalam bentuk gambar mungkin tak sepenuhnya salah. Tapi tahu nggak sih, mangaka musti bolak balik ngerasain ditolak editor sebelum gambar mereka terbit di majalah loh. Yups, di Jepang saat ini sudah ada beberapa majalah yang menerbitkan serial manga, baik yang mingguan atau pun yang bulanan.
Peran editor dalam karya seorang mangaka nggak sebatas memberi masukan saja. Editor juga akan memberikan ide saat mangaka lagi buntu. Dan ketika tuntutan serial makin tinggi, maka editorlah yang akan menyiapkan segala kebutuhan mangaka. Maklum makin terkenal dan digemari tokoh manga-nya, maka makin padat jadwal seorang mangaka. Mereka bahkan takkan sempat mengurus dirinya sendiri.
2. Mangaka Juga Butuh Asisten
Perjuangan menjadi seorang mangaka terkenal nggak cuma berhenti di meja editor. Mereka juga harus duduk berjam-jam untuk menggambar manga dengan tangan. Yups, untuk membuat gambar satu halaman saja, seorang mangaka bisa menghabiskan waktu 10 jam. Waktu ini bisa kian bertambah jika manga mereka mendapat rating tinggi dan memiliki banyak penggemar.
3. Di Balik Gaji Tinggi Mangaka
Menjadi seorang mangaka memang punya finansial yang tinggi. Tapi itu bisa didapat bila karya mereka diterbitkan dalam bentuk komik dan mendapat royalti, seperti serial Naruto dan One Piece. Nahlo, kalau belum dapat royalti gimana?
Tapi gaji sebesar itu nggak dipakai untuk kebutuhan hidup mangaka semuanya. Seorang mangaka biasanya menggunakan gaji itu untuk membayar asisten, membeli perlengkapan gambar, membayar sewa studio, membayar pajak, dan sisanya barulah dipakai untuk kebutuhan hidup mangaka itu sendiri.
4. Padat dan Ketatnya Jadwal Kerja Mangaka
Meski punya finansial tinggi, seorang mangaka punya kehidupan yang nggak manusiawi banget. Selain pembuatan manga yang menghabiskan waktu 10 jam lebih seperti yang disebutkan di atas, mereka juga hanya punya waktu tidur antara 3 sampai 6 jam per hari. Parahnya lagi, waktu free mereka dalam sepekan hanya 3 jam dalam seminggu. Ingat, seminggu bukan sehari.
5. Tetap Berkarya Meski Tertekan Tingkat Dewa
Kurangnya jatah tidur, pola makan yang serba delivery, dan duduk berjam-jam, membuat para mangaka beresiko tinggi terserang penyakit. Mulai dari penyakit ginjal, jantung, atau pun pencernaan. Karena itulah menjadi seorang mangaka juga harus memiliki strategi khusus untuk menghindari permasalahan kesehatan ini.
Ternyata menjadi mangaka tak semudah yang kita bayangkan kan Sob? Tapi buat kalian yang tetap keukeuh ingin menjadi seorang mangaka, ya belajarlah untuk survive dengan jadwal padat dari sekarang. Fighting mangaka!