Nasib malang agaknya menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Yuli Sugianto atau sering disebut Yuli Sumpil. Sang dirigen Aremania ini harus rela ketiban nasib apes setelah melakukan aksi kontroversial di laga Arema Vs Persebaya beberapa waktu yang lalu. Pria yang tinggal di Gang Sumpil Malang ini mendapatkan hukuman seumur hidup tidak boleh datang ke stadion seluruh di Indonesia. Tidak hanya itu saja, berkat hal itu citranya kini juga menjadi buruk di telinga dan mata fans bola tanah air.
Tapi, seperti pada umumnya manusia yang memiliki sisi gelap dan terang, pria yang sering berkacamata hitam ini juga menyimpan hal ‘positif’ dalam kariernya memimpin para pendukung Singo Edan. Sebuah hal yang bisa jadi catatan untuk kita, jika apa yang dilakukan oleh Yuli tidak semuanya beraromakan keburukan seperti menyanyikan lagu rasis “dibunuh saja”. Lalu apa saja ‘prestasi’ dirigen nyentrik ini? Temukan jawaban di ulasan ini.
Merupakan suporter yang memiliki loyalitas yang tinggi
Bukan rahasia lagi dalam diri suporter bola loyalitas merupakan sikap yang penting. Selain akan ciptakan dukungan yang gila-gilaan, perilaku itu juga membuat hubungan klub dan para pendukung menjadi dekat. Dan juga hadirkan hubungan saling menguntungkan antar pendukung timnya. Layaknya menjadi contoh akan hal itu Yuli Sumpil juga memiliki loyalitas yang tak usah diragukan lagi.
Semenjak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang ia mengaku telah mendukung Arema. Selain itu, pria 42 tahun ini juga sempat ‘mempelopori’ penggalangan dan untuk Arema saat krisis keungan. Ketika Singo Edan buruk iya juga jadi pengeritik terdepan untuk bangkitkan tim dari keterpurukan. Begitulah loyalitas Yuli yang disebut-sebut tingginya mengalahkan gunung.
Sempat mengubah suporter Indonesia tahun 2000-an
Selain berkontribusi untuk kesebelasan yang dibelanya, Yuli ternyata juga tebarkan hal-hal positif di ranah suporter sepak bola tanah air. Dilansir laman JawaPos.com, kiprahnya bersama beberapa dedengkot Aremania mampu mengubah wajah suporter Indonesia. Berkat hal tersebut konon Yuli Sumpil sempat dianggap sebagai pelopor suporter kreatif di Indonesia.
Lagu Ayo-ayo Arema sore ini harus menang yang diadopsi banyak kesebelasan tanah air dan gerakan koreografi kala memimpin suporter adalah sedikit bukti akan hal tadi. Berkaca dari kondisi tersebut sebagai pencinta olahraga yang berpegang teguh pada sportivitas, kita harus tetap menaruh respect kepadanya. Yaa, meski ia kini mempunyai citra yang buruk dengan dianggap suporter rasis dan penebar kebencian.
Yuli dan Aremania menjadi suporter terbaik di jagad bola tanah air
Dari sekian hal tadi, mungkin penganugerahan Arema menjadi suporter terbaik di Indonesia dan konon juga di Asia Tenggara adalah catatan emas tertinggi Yuli Sumpil. Dilansir laman Bolanews, suporter Aremania ini menjadi yang terbaik di Asia sebanyak tiga kali. Sedangkan, kala tahun 2000-an lantaran sering membuat banyak orang menaruh dejak kagum, mereka diberi label terbaik oleh Agum Gumelar.
Sebuah kisah manis yang jadi salah bukti bagaimana selain hal-hal negatif, dirigen yang sering memakai kaca mata ini juga ternyata juga mampu ukir prestasi. Bahkan ketika Aremania terkena saksi tahun 2008 tidak boleh memakai atribut, Yuli dan rekan (suporter) tetap mendukung dengan beragam kreativitas.
Berkarya lewat film berganre sepak bola di Indonesia
Selain di lapangan hijau, nama Yuli juga sempat harum di kancah perfilman Indonesia. Kendati bukan film-film besar yang ia bintangi, namun agaknya pesan kebaikan begitu lancar disampaikannya kala berperan di depan kamera. Dari penelusuran penulis ada dua cinema layar lebar yang pernah memunculkan sosok pria 42 tahun ini olehnya yakni Romeo& Juliet dan The Conductors.
Dan hebatnya ketika bermain di The Conductors filmnya tersebut berhasil torehkan kisah emas. Dilansir laman Indosport, film yang menceritakan tentang diregen di tanah air itu terpilih sebagai cinema layar lebar terbaik Festival Film Indonesia tahun 2008. Melihat hal tersebut agaknya dunia peran bisa jadi pilihan Yuli Sumpil setelah sepak bola.
Seperti yang telah diungkapkan di awal tadi, kalau kehidupan manusia seperti koin yang memiliki sisi satu dan lainnya, apa yang tergambar di ulasan tadi adalah bukti bagaimana Sam Yuli ini bisa kok goreskan hal positif. Jadi buat kalian harusnya tetap menjunjung respect terhadap siapa saja, meski di matamu mereka buruk. Ingat, rivalitas hanyalah 90 menit selebihnya kita adalah putra dan putri yang berkewarganegaraan Indonesia.