Ada banyak teladan inspiratif dari kesuksesan Jokowi yang bisa kita petik hikmahnya. Mulai dari karirnya sebagai pengusaha mebel, awal terjun di dunia politik, dipercaya menjadi Walikota hingga ke tingkat Gubernur. Semua hal tersebut, seolah terakumulasi dengan sempurna saat dirinya terpilih sebagai Presiden ke-7 Indonesia.
Tentu saja, kesuksesan yang ia raih tak didapat dalam semalam. Ada tetesan keringat yang mengiringi perjalanan karirnya hingga berhasil duduk di kursi kepresidenan. Kisah perjalanan Jokowi membangun karirnya di bawah ini, menjadi bukti bahwa dirinya memanglah sosok pekerja keras yang dibutuhkan oleh bangsa.
Bangun aset bisnis di bidang furniture
Sebelum terjun ke arena politik, Jokowi dikenal sebagai pengusaha furnitur ternama di daerah Solo. Diansir dari visitjateng.com, bisnisnya ini dimulai pada 1988 silam. Di mana Jokowi mendapatkan modal dari menggadaikan aset milik orang tuanya kepada bank. Mengusung nama CV Rakabu yang merupakan nama anak pertamanya, Gibran Rakabuming, Jokowi mendulang sukses hingga perusahaannya berubah status menjadi PT Rakabu Sejahtera pada 2009. Tak hanya itu, perusahaan milik Jokowi ini juga menggandeng PT Toba Sejahtera yang didirikan oleh Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan.
Berhasil menjadi walikota Solo dengan prestasi yang mengkilat
Saat memutuskan terjun ke dunia politik, Jokowi berhasil menduduki kursi empuk sebagai Walikota Solo. Prestasinya pun tergolong mentereng. Selama kepemimpinannya, Jokowi sukses menciptakan sistem pemerintahan yang bebas dari praktik korupsi. Dilansir dari tribunnews.com, slogan “Berseri Tanpa Korupsi” sukses menekan angka KKN di kota Solo. Selain itu, Jokowi juga berhasil merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Padahal, generasi Walikota sebelumnya tergolong gagal dalam melakukan hal tersebut.
Gunakan mobil Esemka sebagai kendaraan dinas
Awalnya, Esemka yang digagas pada 2007 silam diniatkan oleh Sukiyat sang pendiri untuk transfer ilmu pada anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dilansir dari oto.detik.com, mobil tersebut benar-benar muncul pada 2009 dan dirakit oleh siswa SMK. Sosoknya mencuat kala Jokowi yang saat itu menjabat sebagai Walikota Solo, menggunakannya sebagai kendaraan dinas harian. Alhasil, Esemka pun menjadi buah bibir di seantero Indonesia.
Dipercaya menduduki jabatan sebagai Gubenur DKI
Prestasinya selama menjabat sebagai Walikota Solo, membuat Jokowi dipercaya untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Tidak main-main, posisi Gubernur DKI Jakarta pun ditawarkan kepadanya. Lewat PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya, Jokowi sukses menjadi orang nomor satu di Jakarta dengan Basuki Tjahja Purnama sebagai Wakilnya. Prestasinya saat menjadi Gubernur adalah melaksanakan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar, Pengambilalihan sumber daya air, Peningkatan upah minimum provinsi, Pembenahan transportasi umum (peresmian MRT dan Trans Jakarta) dan meluncurkan bus tingkat wisata sebagai daya tarik Jakarta.
Sukses mendidik sang anak menjadi seorang usahawan seperti dirinya
Tak hanya berprestasi bagi masyarakat, Jokowi juga sukses mendidik kedua puteranya, Gibran dan Kaesang menjadi seorang pengusaha seperti dirinya dulu. Seperti diketahui, Gibran merupakan pemilik usaha katering Chili Pari dan Markobar (Martabak Kota Barat). Sementara sang adik, Kaesang lebih memilih bisnis yang lebih variatif dibanding sang kakak. Dilansir dari bisnis.tempo.co, ia menekuni usaha kaus bernama Sang Javas dan TRUZ dengan style yang berbeda. Ada pula Madhang, semacam aplikasi marketplace makanan yang digunakan untuk membuka warung dan menjual kuliner secara online. Seperti sang kakak, Kaesang juga membuka bisnis kuliner Sang Pisang.
Kerja keras yang dilakukan dengan cerdas, merupakan salah satu syarat untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Ditambah dengan kesabaran dan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki, bukan tidak mungkin kita juga bisa mengikuti keberhasilan Jokowi di atas. Suka atau tidak, pria asal Solo itu telah membuktikan bahwa slogan “Kerja, kerja, kerja” bukanlah isapan jempol belaka.