in

Mengenal PrePex, Teknologi Sunat Tanpa Rasa Sakit yang Ternyata Dikembangkan Israel

Khitan atau sunat mungkin menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan oleh para pria. Bukan dalam artian positif namun pengalaman sakit yang telah diterima. Meskipun kenyataannya bagi yang sudah merasakan ternyata gak sakit-sakit amat, namun sukses bikin anak yang belum sunat jadi ngeri sendiri.

Sekarang ternyata ada teknologi sunat yang minim sakit dan bebas dari jarum suntik. Dikembangkan dari Israel, teknik khitan ini sekarang diterapkan di seluruh dunia, bahkan di Indonesia. Lalu kenapa bisa se ‘ajaib’ itu? Biar gak penasaran, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Alat sunat yang dikembangkan Israel dan sudah mendunia

Umumnya kita mungkin mengenal khitan paling mutakhir menggunakan sinar laser, tidak terlalu sakit dan cepat sembuh. Namun ternyata lagi teknik lain yang dianggap lebih ‘ajaib’ ketimbang laser. Tak memerlukan teknologi canggih, PrePex hanyalah sebuah perangkat sederhana yang ditempelkan pada areal kulit kemaluan.

prepex [sumber gambar]
Bentuknya seperti cincin, setelah alat tersebut diletakkan dalam areal yang akan dipotong, aliran darah dibagian tersebut akan terhambat dan cincin akan terlepas sendiri tanpa mengakibatkan sakit yang berlebih. Pun demikian dengan bekas luka yang ada hanya tinggal diolesi salep luka, tak sampai beberapa minggu sudah bakal sembuh. Lantaran khasiatnya, PrePex digunakan di banyak negara.

PrePex disetujui oleh WHO sebagai alat khitan aman

Menjadi salah satu terobosan dalam khitan, tentu tidak mudah dan harus memenuhi persyaratan khusus. Salah satunya lulus tes uji keamanan dari lembaga kesehatan seperti WHO. Setelah beberapa kali diuji, akhirnya alat buatan Circ MedTech lulus uji sehingga dapat digunakan di banyak negara.

Sudah digunakan banyak negara [sumber gambar]
Usut punya usut, awal mula ide pengembangan PrePex ini diawali lantaran banyaknya keluhan atas masalah khitan yang sering dialami. Ya rasa sakit yang sering bikin ngeri anak-anak atau remaja yang ingin dikhitan, baik itu dari jarum suntik ataupun pengguntingan kulit. Oleh sebab itu PrePex digunakan, minim sakit, luka cepat sembuh dan tanpa jarum suntik atau bius.

Digunakan di Afrika untuk mencegah HIV

Awal disetujuinya PrePex dalam praktek khitan, ternyata Afrika jadi salah satu negara awal yang ingin mencobanya. Hal ini berhubungan dengan tingkat HIV AIDS yang sangat tinggi di sana, salah satunya karena masalah khitan ini. Alhasil sudah dilakukan sampai 20 juta prosedur di benua hitam tersebut.

Dipakai di Afrika [sumber gambar]
Tentunya, dilakukan oleh para tenaga ahli yang telah melakukan pelatihan khusus mengenai PrePex. Tak sampai di situ, ternyata sebelumnya pada tahun 2012 teknik ini juga sudah diakui dan mendapatkan sertifikat di Uni Eropa serta Amerika yang membutikkan kalau teknik khitannya juga diterapkan di sana.

Bahkan Indonesia juga menggunakan alat yang satu ini

Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, rupanya Indonesia juga menggunakan teknologi medis ini untuk menyelesaikan masalah khitan. Tidak hanya diterapkan di rumah sakit atau lembaga resmi bahkan PrePex juga dipakai untuk sunat massal.

Papua menggunaka PrePex [sumber gambar]
Seperti yang dilakukan di Papua pada tahun 2016 lalu dimana sebanyak 3000 alat digunakan untuk membantu saudara kita di sana dalam melakukan khitan secara gratis. Iming-iming minim sakit, tanpa bius serta bekas luka cepat sembuh tentunya semakin menarik minat mereka yang ingin melakukan khitan di sana. Langkah ini juga menjadi salah satu langkah pencegahan menularnya HIV AIDS yang ada di Papua.

Sebagai mayoritas penduduknya penganut agama Samawi, adalah hal yang wajar kalau teknologi untuk khitan dipikirkan matang-matang di Israel. Toh hasilnya banyak negara juga kebagian manfaat dari teknologi ini. Selain minim rasa sakit juga cepat sembuh lagi, makin banyak yang berminat khitan.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

Mewahnya Bikin Ternganga, Beginilah Jadinya Kalau Pangeran Arab Menikah

Luar Biasa! 5 Pemain Muslim Ini Berpeluang Menjadi Juara Piala Dunia 2018