Siapa sangka perhelatan akbar Olimpiade Rio 2016 yang begitu megah kini berubah miris. Di tahun itu, pemerintah Brazil yang habis-habisan menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah untuk membuat gelanggang-gelanggang olahraganya mentereng. Sayangnya, saat hajatan besar itu selesai bangunan-bangunan mewah lantas berubah jadi tempat kotor yang hanya layak ditempati tikus dan para cecunguknya.
Tak butuh waktu lama, rentang waktu enam bulan saja telah berhasil mengubah kompleks Olimpiade Rio 2016 tak ubahnya rumah hantu. Di sana-sini fasilitas rusak, kotor, dan tak lagi layak untuk digunakan. Belum lagi, kasus pencurian fasilitas membuat stadion olahraga tersebut nyaris kosong mlompong. Tanpa adanya perawatan, bangunan-bangunan mulai runtuh dan menunggu waktu untuk sekedar jadi debu. Ini loh potret sudut-sudut kompleks Olimpiade Rio 2016 yang sungguh menyedihkan.
Arena renang yang dulu kinclong kini nggak segar lagi. Kolam biru jadi menjijikkan dan kursi-kursi yang hilang entah kemana
Masih segar diingatan kalau media center tempat berkumpulnya awak media sedunia, kini tinggal puing-puing tak berbentuk
Merupakan satu-satunya arena yang masih digunakan, tempat ini sudah usang tak terawat
Stadion Maracana dibiarkan rumput hijaunya mengering tak berdaya
Karya seni yang dibuat seniman professional mulai runtuh satu per satu
Dulu ramai digandrungi orang-orang dari berbagai penjuru dunia, kini kompleks Olimpiade Rio kosong tanpa pengunjung.
Kursi-kursi indah yang tertata rapi dibuat seperti gigi ompong, dicuri tangan tak bertanggung jawab
Miris melihat kenyataan saat ini jika dibandingkan upaya mati-matian membangun tempat tersebut
Masih terasa upacara pembukaan dan penutupan olimpiade, tapi semua kenangan dipaksa mengering bersama rerumputan lapangan
Lapangan golf yang dulu amat indah berubah layaknya tempat pembuangan sampah
Selain nasib miris bangunan yang telah digunakan di Olimpiade Rio 2016, ada cerita lain yang lebih menghentakkan emosi. Adalah ketidakjelasan nasib ratusan warga di permukiman padat yang direlokasi ke tempat lain. Kabarnya, uang ganti rugi yang semestinya dibayar tak kunjung menemu kejelasannya. Kenyataan ini menjungkirkan janji-janji bahwa keberadaan gelaran akbar itu akan membawa keberkahan bagi penduduk lokal. Yah, semoga semua pihak bisa mengambil pelajaran dari kasus ini.