Prostitusi tentu adalah hal yang buruk, tapi aktivitas ini hampir selalu bisa kita jumpai di mana pun. Entah itu di negara-negara miskin Afrika atau kawasan elit Eropa, prostitusi sudah seperti kios koran yang bisa ditemukan dengan mudah. Bangladesh, di negara satu ini pun yang namanya prostitusi juga sangat gampang ditemukan. Saking gampangnya, ibaratnya seperti semudah menangkap anak ayam di kardus mie instan.
Prostitusi di Bangladesh memang sangat marak. Alasannya karena selain legal, juga lantaran penduduknya seolah tak punya pilihan hidup lainnya. Entah karena kurangnya pendidikan atau status ekonomi, wanita-wanita Bangladesh kebanyakan memilih prostitusi sebagai satu-satunya cara untuk menyambung hidup. Sayangnya, prostitusi di Bangladesh ini bisa dibilang kejam. Para wanita yang bekerja di sini tak ubahnya seperti sebuah barang, yang kalau butuh dipakai kalau tidak ya dicampakkan. HAM bagi mereka seperti mimpi saja. Kebebasan untuk mereka hanya terjadi jika pelanggan puas dan sang mucikari memuji.
Ya, seperti inilah gambaran ngerinya prostitusi di Bangladesh. Makanya tak heran kalau di sana disebut-sebut sebagai nerakanya para ‘pekerja malam’. Masih soal prostitusi Bangladesh yang menyeramkan, berikut adalah beberapa fakta tentang fenomena menyayat hati itu.
Pekerja Seks Bangladesh Adalah yang Paling Murah di Dunia
Beberapa waktu lalu Havocscope.com merilis sebuah data yang benar-benar bikin hati meringis sedih. Isinya adalah tentang tarif prostitusi di banyak negara. Dan kamu tahu berapa tarif di Bangladesh? Sangat murah! Nilainya sendiri hanya sekitar $0,6 atau sekitar Rp 8 ribuan. Tarif ini pun jadi yang paling murah di dunia.
Angka Rp 8 ribu yang diterima oleh para pekerja wanita tersebut ternyata juga bukan jumlah utuh yang mereka terima. Sama seperti di Indonesia atau di mana pun, mereka berbagi dengan sang mucikari. Bahkan mucikari selalu mendapatkan bagian yang lebih besar. Kalau dihitung-hitung, total pendapatan bersih per layanan yang didapatkan para wanita di sana hanya sekitar Rp 2.300 saja.
Menjual Diri Untuk Hidup dan Membayar Utang
Selain untuk mendapatkan uang dan menghidupi diri dan keluarganya, alasan lain kenapa wanita-wanita Bangladesh terjun di bisnis ini adalah untuk membayar utang. Soal utang, hal tersebut nampaknya sudah jadi fenomena massal yang hampir dialami sebagian besar para wanita pekerja di sana.
Tak bisa membayar utang dengan uang, mereka pun merelakan tubuhnya sebagai ganti. Dalam hal ini dijajakan kepada pria untuk kemudian hasilnya digunakan untuk melunasi utang. Utang sendiri seringkali digunakan sebagai strategi busuk para mucikari untuk bisa mengikat pekerjanya lebih lama. Buktinya, butuh bertahun-tahun mengabdi bagi seorang pekerja wanita untuk bisa melunasi semua utangnya. Padahal, jumlahnya sendiri tidak seberapa.
Sebagian Pekerja Sengaja Dijual Suaminya
Himpitan ekonomi yang menyesakkan kadang membuat seseorang berpikir tidak waras. Misalnya adalah dengan menjual dan menjajakan istri sendiri seperti yang memang terjadi secara nyata di Bangladesh. Ya, beberapa pekerja wanita awalnya hanyalah ibu rumah tangga biasa, namun kemudian ia diseret oleh suaminya dan dijual.
Tidak diketahui seperti apa sistemnya. Tapi, yang pasti ada beberapa suami yang benar-benar menjual istrinya dalam arti harfiah. Ya, layaknya barang, si istri dijual ke mucikari kemudian si suami akan mendapatkan uang dalam jumlah besar. Hak kepemilikan istri kemudian beralih ke mucikari dan sudah jelas bagaimana nasibnya ke depan.
Remaja Juga Tak Lepas dari Jerat Prostitusi
Hal mencengangkan lain soal prostitusi di Bangladesh adalah pelakunya yang ternyata juga berasal dari usia yang tergolong masih sangat muda. Di sana, remaja-remaja yang sudah berusia lebih dari 12 tahun, bakal dipaksa untuk menjadi wanita pemuas. Rata-rata para remaja ini tidak memiliki pendidikan yang cukup, serta lahir dan besar di kawasan tersebut.
Para gadis biasanya dipatok dengan harga yang agak sedikit lebih tinggi, walaupun hitungannya masihlah terlalu murah. Biasanya, uang hasil bekerja ini mereka berikan kepada orangtua dan tentu saja mucikari. Yang miris lagi adalah soal masa depan mereka. Para gadis ini selalu bermimpi untuk bisa keluar dan mencari hidup yang lebih baik, tapi bagi mereka rasanya hal ini tak mungkin terjadi.
Kekerasan Adalah Hal Lumrah
Sama seperti model bisnis jasa biasanya, prostitusi selalu membawa dua hal, puas dan tidak puas. Bagi para wanita pekerja, dua hal ini sangat penting tentu saja. Ketika mereka bisa sangat memuaskan, maka yang muncul adalah apresiasi dan kadang bonus. Tapi, kalau tidak, hal yang terjadi berikutnya bisa-bisa sangat fatal.
Benar, ketika para wanita ini tak bisa memuaskan, mereka pasti dikenai sanksi. Paling sering tentu hukuman fisik seperti pemukulan dan lain sebagainya. Hal tersebut tak hanya dilakukan oleh si mucikari, pelanggan pun juga kerap melakukannya ketika merasa servis yang diterimanya tidak benar-benar memuaskan. Sadisnya lagi, si mucikari nampaknya tak masalah ketika hal tersebut terjadi.
Seperti inilah potret prostitusi di Bangladesh. Sangat mengerikan dan benar-benar menyayat rasa kemanusiaan. Dari sekelumit ulasan ini kita juga sudah pasti bisa merasakan penderitaan para wanita yang hidup dalam kungkungan prostitusi tersebut. Mereka benar-benar sudah tidak dianggap lagi sebagai manusia, melainkan hanya sebuah obyek yang bisa diperas untuk menghasilkan uang.