Memang citra polisi dari tahun ke tahun kurang begitu baik di mata masyarakat karena banyaknya kasus yang melibatkan intern di dalamnya. Akan tetapi, bukan berarti dapat dipukul rata bahwa polisi semuanya buruk, karena setidaknya masih ada beberapa di antara mereka ya layak diteladani.
Memang dapat dikatakan bahwa sangat langka dapat menemukan polisi-polisi baik, jujur dan dapat dijadikan teladan serta inspirasi bagi semua orang karena cap jelek yang sudah melekat selama bertahun-tahun terhadap instansi pemerintah satu ini sudah sangat kuat.
Nah, untuk melihat sisi baik dari instansi polisi, tidak ada salahnya juga jika kita harus mengetahui bahwa setidaknya ada beberapa polisi-polisi yang layak diacungi jempol karena kerja keras, usaha, kejujuran dan kebaikannya. Berikut daftar para polisi teladan tersebut.
1. Agus Setyoko
Agus Setyoko adalah seorang polisi yang pernah menjabat sebagai Kapolres di Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Masa jabatannya di daerah tersebut terbilang singkat, yaitu hanya 6 bulan, karena dia harus pindah ke Jakarta untuk menduduki posisi lain.
Selain itu, sepak terjangnya dalam melawan mafia-mafia di daerah tersebut juga patut diacungi jempol. Kerap kali dia menolak sogokan yang diberikan pihak tertentu untuk memuluskan suatu tender atau proyek. Tidak hanya itu saja, Agus Setyoko juga memerangi ilegal logging, membereskan oknum-oknum nakal di instansinya sampai dengan mengawasi secara ketat penyaluran BBM.
2. Jailani
Polisi baik lainnya ada di Kota Gresik, Jawa Timur, bernama Aiptu Jaelani. Dia adalah seorang anggota Satlantas Polres Gresik yang terkenal dengan ketegasan, kedisiplinan dan kejujuran dia saat mengemban tugasnya.
Jaelani bukanlah seorang kaya ataupun lahir dari keluarga berkecukupan yang dapat mengantarkannya ke pendidikan polisi tingkat tinggi, dia hanyalah anak seorang petani yang berusaha terus meneladani dan melaksanakan apa yang diajarkan ibunya sejak kecil, yaitu kejujuran dan kerapian.
3. Seladi
Masih di Jawa Timur, kali ini di Kota Malang, ada seorang polisi yang menjadi buah bibir banyak orang di Indonesia karena keuletan, kejujuran, kesederhanaan dan kerja kerasnya dalam bertugas dan menjalani hidup, yaitu Brigadir Kepala (Bripka) Seladi.
Kisah lain dari Seladi yang tak kalah menarik adalah selepas bertugas, dia kembali bekerja sebagai pemulung. Menurutnya bekerja seperti itu lebih baik daripada harus menerima uang haram dan mencoreng nama instansi juga merugikan negara.
4. Mustamin
Jika Anda pergi ke daerah kawasan Monumen Mandala, Makassar, Sulawesi Selatan, setiap sore pastinya akan dapat menemui seorang tukang tambal ban yang jika ditilik dari umurnya, pria tersebut sudah berusia lanjut. Siapa sangka tukang tambal ban itu adalah seorang anggota satuan Sabhara Polsek Ujung Pandang bernama Aiptu Mustamin. Selama 20 tahun lebih, Mustamin melakoni pekerjaan sebagai tukang tambal ban seusai pulang bertugas.
5. M Taufiq Hidayat
Jika selama ini ada pandangan bahwa seorang polisi tentunya bergaji besar dan memiliki tempat tinggal layak, maka coba koreksi lagi pandangan tersebut dengan melihat kehidupan Bripda M Taufiq Hidayat atau seorang anggota korps Bhayangkara di Yogyakarta yang tinggal di bangungan bekas kandang sapi dengan orang tua dan adik-adiknya.
Keteguhan, keuletan dan kesabarannya tersebut membuatnya dianugerahi penghargaan sebagai ikon Kepolisian Republik Indonesia dari World Peace Committee.
6. Rochmat Tri Marwoto
Brigadir Rochmat Tri Marwoto adalah seorang anggota Brimob Detasemen C Satbrimob Polda Jawa Timur yang namanya melambung karena memiliki hati yang mulia, yaitu menyekolahkan 54 anak kurang mampu, walaupun jabatan dan gaji yang diterimanya tidak terlalu tinggi.
Kegigihan dalam menjalan tugas serta mengarungi kehidupan pantas diacungi jempol. Dengan gaji yang tidak seberapa, Rochmat rela membagi rezekinya untuk menyekolahkan anak kurang mampu. Bahkan dia pernah menjadi tukang ojek untuk mencari tambahan penghasilan ketika ditugaskan di Jakarta.
7. Miran
Bagi warga Kota Malang asli, pastinya akan mengenal nama Miran, seorang mantan anggota polisi di Polresta Malang. Dia juga pernah menjabat sebagai waka primko (Wakil Kepala Primer Koperasi) dan Kasat Sabhara (Satuan Bhayangkara) Polresta Malang.
Kejujuran dan ketegasannya tersebut berbuah manis dengan didapatkannya penghargaan dari mantan Presiden Soeharto pada tahun 1997 silam.
8. Ruslan
Mungkin bagi seseorang yang sudah menjabat sebagai kepala unit, tentunya akan malu jika harus bekerja sebagai tukang sol sepatu di pasar. Akan tetapi, hal ini tidak dirasakan oleh aiptu Ruslan, seorang Kanit Binmas Polsek Pidie di Aceh.
9. Kaharoeddin Dt Rangkayo Basa
Kaharoeddin Dt Rangkayo Basa adalah seorang perwira polisi pertama di Indonesia yang diangkat untuk menduduki jabatan sebagai gubernur berdasarkan keputusan mantan Presiden Soekarno.
Bahkan dia selalu menolak menerima uang di luar gaji yang wajib diterimanya. Tak ayal, hingga akhir hayatnya, Pak Kahar tidak memiliki rumah sendiri dan melarang keluarganya untuk menggunakan fasilitas negara, sampai-sampai menolak tawaran Kapolri pada waktu itu yang ingin memberangkatkannya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.
10. Ursinus Ellias Meddelu
Irjen Ursinus Ellias Meddelu juga termasuk dalam golongan polisi jujur dan patut diteladani. Betapa tidak, selama tujuh tahun bertugas di tempat yang ‘basah’ dan dapat dengan mudah dia pergunakan untuk kepentingan pribadi, Ursinus tak tergoda untuk mencoba mengambil keuntungan dari tempat di mana dia bekerja.
Walaupun kehidupannya terbilang memprihatinkan, namun dia bangga karena Ursinus tidak pernah tergoda untuk melakukan korupsi atau membuat negara merugi.
11. Hoegeng Imam Santoso
Yang terakhir dan menjadi panutan serta legenda di Korps Kepolisian adalah Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso. Dia dianggap sebagai salah satu dari pejuang kepolisian yang ingin menegakkan hukum dan kebenaran di Indonesia walaupun banyak halangan menghadang.
Bahkan banyak hal yang membuat banyak pihak termasuk pejabat negara geram terhadap Hoegeng karena dia selalu ingin membongkar kasus yang dirasanya aneh dan tidak berkesudahan, seperti kasus SUm Kuning sampai dengan penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahjadi. Dia dicopot dari jabatannya dan ditawari untuk kembali bertugas sebagai diplomat di negara lain. Akan tetapi Hoegeng menolak karena dia merasa hal tersebut merupakan langkah halus untuk menyingkirkannya.