Ketika hati kecil tak terima dengan keadaan sedangkan suara tak mampu untuk menyampaikan kekesalan, jangan pernah berkecil hati. Karena di luar sana pasti ada seseorang yang mengalami nasib serupa. Kini, tinggal bagaimana kita menyatukan suara-suara senada ini dan membuat perubahan. Caranya? Ya, benar sekali, dengan membuat petisi.
Kebebasan berpendapat dan juga mudahnya menyebarkan informasi, membuat petisi saat ini punya kekuatan besar. Yang perlu kita lakukan hanya dengan membeberkan deskripsi serta bukti, maka tanda tangan dukungan akan berdatangan dan hal ini bisa jadi modal untuk melakukan aksi yang lebih besar. Sepanjang tahun ini sudah banyak petisi yang masuk di kotak masuk email kita. Hampir semuanya menyuarakan ketidakadilan dan ingin mengembalikan kebenaran. Namun, sayang tak semua petisi ini viral dan mendapatkan realisasi yang bagus.
Namun demikian, tercatat ada beberapa petisi yang sangat sukses. Ini jadi bukti jika masyarakat Indonesia masih peduli dan kekuatan suaranya tetap berpengaruh. Berikut deretan petisi paling sukses sepanjang tahun 2015.
1. Pilkada Langsung
Setahun lalu pernah muncul gembar-gembor masalah pilkada langsung yang rencananya akan dihapuskan. Sebagai gantinya, dewan terhormat lah yang punya otoritas untuk memilih siapa-siapa saja calon kepala daerah yang bakal memimpin. Kejadian ini membuat rakyat tak terima. Yang merasakan kepemimpinan ya rakyat kok, maka memilih pemimpin harus dikembalikan seperti biasanya, di tangan rakyat.
Untuk membuka mata anggota dewan, kemudian petisi pun dibuat. Isinya adalah mengembalikan proses pemilihan kepala daerah kepada rakyat. Petisi ini ditandatangani seratusan ribu lebih plus ditambah dengan aksi-aksi turun ke jalan dan juga kampanye media. Petisi ini pun sukses luar biasa dan hasilnya adalah tinta biru di ujung kuku pada tanggal 9 Desember kemarin.
2. Jaminan Hari Tua
Petisi ini dibuat oleh Gilang Mahardika yang merasa kecewa betul dengan kebijakan pemerintah soal pengambilan dana pensiun. Pria tersebut mengaku tidak bisa mengambil uang pensiun yang memang haknya, gara-gara regulasi pemerintah terbaru yang kesannya diberlakukan secara tiba-tiba. Tak terima, Gilang pun angkat bicara lewat sebuah petisi.
Tak sampai berminggu-minggu, petisi tersebut sudah ditandatangani oleh sekitar 111 ribuan orang. Bahkan hal tersebut juga langsung ditanggapi oleh Menaker sendiri dan akhirnya kebijakan pun diganti.
3. #RIPYongki
Yongki merupakan nama seekor gajah jinak milik petugas penjaga Taman Nasional Bukit Barisan yang ada di Lampung. Peranan Yongki begitu sentral, karena ia adalah partner patroli petugas selama ini. Malangnya, pada suatu pagi Yongki ditemukan tewas dengan kaki dijerat rantai serta gadingnya diambil. Mengetahui ini, pihak setempat pun kecewa luar biasa dan akhirnya tercetuslah sebuah petisi.
Petisi ini berisi agar toko-toko online berhenti menjual produk-produk gading gajah. Langkah ini tak hanya sebagai bukti kekecewaan atas matinya Yongki, tapi juga untuk menyelamatkan gajah-gajah lain. Syukurlah, petisi ini pun dipertimbangkan oleh para pemilik toko online. Mereka pun menghentikan iklan-iklan yang menawarkan produk gading gajah.
4. Tarif Data di Indonesia Timur
Seperti yang kita tahu, tarif penggunaan jasa provider seluler dibeda-bedakan berdasarkan wilayahnya. Atas pertimbangan tertentu, wilayah timur Indonesia selalu mendapatkan tarif paling mahal dibandingkan yang lainnya. Bahkan biayanya berkali-kali lipat. Ketidakadilan provider ini pun menggugah seorang pemuda Maluku bernama Djali Gaffur untuk membuat petisi.
Inti dari petisi ini adalah kekecewaan Djali dan juga harapan agar tarif biaya seluler provider bisa dikurangi. Didukung 16 ribu orang lebih, aksi ini akhirnya menggugah hati Menkominfo, Rudiantara. Beliau kemudian memanggil pihak provider terkait masalah ini. Kini berangsur-angsur harga tarif layanan para provider pun turun.
5. #PapaMintaSaham
Petisi sukses yang tak boleh dilewatkan adalah soal polemik Papa minta saham yang mencatut nama mantan ketua DPR Setya Novanto. Novanto ditengarai melanggar kode etik, termasuk perihal pencatutan nama presiden. Berminggu-minggu seperti tak menemui kejelasan, akhirnya dibuatlah petisi yang intinya menginginkan kasus ini segera selesai dan Novanto dipecat sebagai ketua DPR.
Petisi ini mendapatkan 90 ribuan tanda tangan yang kemudian direalisasikan dengan aksi turun ke jalan. Tak lama setelah itu, petisi ini pun seakan menemui keberhasilannya. Hingga pada akhirnya Setya Novanto pun mundur sebagai Ketua DPR.
Kekuatan suara massa memang tak bisa diremehkan. Deretan petisi sukses inilah buktinya. Membuat petisi adalah cara yang cerdas untuk menarik kesadaran banyak orang. Maka dari itu, tak usah ragu lagi jika ingin menyuarakan keadilan. Cukup paparkan kejadiannya lalu berikan bukti-buktinya, jika benar-benar sesuai realita, maka tak perlu kita memohon pastilah banyak orang yang akan mendukung. Semoga makin banyak orang-orang yang berani meneriakkan suaranya sehingga perubahan bisa segera dilakukan.