in

Nostalgia 6 Petasan Legendaris Ini Pasti Dulu Pernah Meriahkan Bulan Ramadanmu

Petasan Bambu [image: source]

Entah sejak kapan dimulai, tradisi menyalakan petasan merupakan warisan turun-temurun yang hampir selalu dilakukan di bulan Ramadan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa kerap menyalakan benda yang memiliki nama lain mercon ini. Meski sudah dilarang peredarannya, masih saja mudah terdengar bunyi petasan di mana-mana.

Petasan pun ada banyak macam dan ukurannya. Ada petasan berbahan dari kertas, bambu, bahkan dari tanah. Ukurannya pun ada yang mungil seiprit, ada juga yang sebesar anak kingkong. Dari sekian banyak jenis petasan, beberapa di antaranya sangat populer dan hampir dimainkan setiap penggemar petasan. Berikut ini deretannya.

Petasan Rawit

Petasan Rawit [image: source]
Saat masih bocah (usia SD), anak-anak biasanya memainkan petasan rawit. Bahan dasar petasan ini dari kertas dan bunyi yang dihasilkan tidak begitu keras. Bentuknya imut menyerupai cabai rawit hingga mercon jenis ini dinamai petasan rawit. Saat tahun 90-an, petasan rawit dijual dalam wadah plastik kecil. Tiap bungkusnya berisi sekitar lima sampai enam biji petasan.

Petasan Banting

Petasan Banting [image: source]
Petasan banting bisa dimainkan siapa saja termasuk bocah perempuan. Sebab memainkannya cukup dengan dilempar atau dibanting di aspal atau batu maka akan keluar bunyi. Petasan banting adalah satu-satunya petasan yang dibuat dari logam, bahannya umumnya terbuat dari busi bekas atau dop velg sepeda motor. Adapun bahan peledak bukan menggunakan bubuk mesiu yang berbahaya, tetapi memakai bahan bakar batang korek api. Karena tak begitu menantang saat memainkan petasan banting, banyak yang menyebut petasan ini adalah kelas paling cemen untuk tingkatan mercon. Meski begitu, petasan satu ini cukup efektif untuk mengagetkan orang lain.

Petasan Tanah (Mercon Pendhem)

https://www.youtube.com/watch?v=M2o2q6bMwsc

Langkah membuat petasan ini adalah dengan membuat lorong sepanjang 50 hingga 75 cm di permuakaan tanah, dalamnya bisa sekitar 15 cm. Selanjutnya tutup dengan batu bata. Sementara di antara dua batu bata dibuat lubang sebesar ranting pohon kecil untuk menyalakan mercon. Bahan bakar yang digunakan berupa karbit yang yang dimasukkan ke air lalu disulut dengan api di bagian lubang. Orang Jawa kerap menyebut petasan ini dengan mercon pendhem Biasanya orang-orang di desa-desa akan membunyikannya sebelum fajar untuk membangunkan warga untuk sahur atau saat menjelang maghrib serta di malam lebaran.

Petasan Pukul

Petasan Pukul [image: source]
Petasan pukul memiliki kesamaan dengan petasan banting dalam hal cara kerja. Bahan bakar dan alat untuk menampung bahan bakarnya pun sama, yaitu menggunakan bahan bakar korek api batang dan busi atau dop sepeda motor. Yang berbeda dari keduanya adalah cara membunyikannya. Jika petasan banting hanya dilempar, petasan pukul harus dipukul keras pada benda seperti batu untuk mengeluarkan bunyinya.

Petasan Bambu (Mercon Bumbung)

Petasan Bambu [image: source]
Jenis petasan yang satu ini rata keberadaannya di seluruh wilayah Indonesia. Seperti namanya, bahan dasar dari mercon jenis ini adalah bambu yang diberi lubang kecil pada ujungnya. Sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah karbit yang dimasukkan ke air. Uap yang dihasilkan dinyalakan lewat lubang kecil di ujung bambu. Beberapa anak memainkan petasan ini dengan berandai-andai sedang membunyikan meriam perang.

Petasan Jangwe

Petasan Jangwe [image: source]
Petasan yang satu ini kerap disebut sebagai roket tradisional. Bahannya berwujud lintingan kertas yang memiliki pegangan kayu tipis semacam lidi. Petasan jangwe mengeluarkan bunyi yang tidak hanya mengagetkan tapi juga muncul percikan ledakan warna-warni yang inidah.

Enam jenis petasan di atas pasti membuat kamu terkenang masa kecil yang begitu berwarna. Meski hingga hari ini masih ada anak-anak yang bermain petasan, tapi tidak semeriah jaman dulu saat belum ada gadget seperti sekarang. Dan lagi, peredaran petasan saat ini memang tidak diizinkan karena membahayakan. Karenanya, pengawasannya pun lebih ketat ketimbang jaman dulu.

Written by Aini Boom

Leave a Reply

Miris, Dicampakan oleh Istri dan Mertua Pria Ini Berjalan dari Madura-Sumatera Sambil Gendong Anak

Kisah Hartono, Pembuat Spanduk Soto Lamongan Ikonik yang Miliki Ribuan Pelanggan Meski Masih Pakai Cara Manual