in

4 Perpustakaan Keliling Unik yang Ada di Jalanan Indonesia, Mulai dari Pakai Kuda sampai Bemo

Kuda pustaka [image source]

Menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia memang hal yang susah susah gampang untuk dilakukan. Faktanya saja sekarang sudah banyak sekali perpustakaan di seluruh daerah Indonesia, tapi tetap saja peminatnya hanya orang itu-itu saja. Apalagi banyak yang beralasan lebih suka membaca dan mencari refrensi dari internet karena cukup bisa dilakukan di rumah saja.

Hal itulah yang kemudian membuat beberapa orang berinisiatif membuat perpustakaan keliling dalam rangka ‘menjemput bola’. Bila alasan selama ini adalah rasa malas mengunjungi perpustakaan, kali ini justru perpustakaan yang mengunjungi kita. Dan di bawah ini ada empat perpustakaan keliling di Indonesia yang unik dan dicetuskan oleh orang-orang inspiratif.

Kuda pustaka

Di lereng Gunung Selamet setiap hari selasa sampai kamis kita akan disuguhkan pemandangan seekor uda berjalan dengan seorang pria paruh baya dengan membawa buku di punggungnya. Kuda pustaka, seperti itulah masyarakat sekitar Desa Serang, Purbalingga mengenalnya. Laki-laki bernama Ridwan itu berinisiatif membuat perpustakaan keliling dengan bantuan kuda milik kawannya.

Kuda pustaka [image source]
Kuda pustaka ini sudah berjalan sejak awal 2015 lalu di mana Ridwan mendapatkan buku-bukunya dari seorang teman. Setiap harinya mereka berkunjung dari desa ke desa untuk menarik perhatian masyarakat agar gemar membaca. Kuda yang diberi nama Luna ini biasanya membawa sekitar 100 buku di punggungnya. Dan bila terlihat keberatan, Ridwan memindahkan sebagian buku itu ke tas punggung yang digendongnya.

Bemo penebar ilmu

Jakarta juga memiliki sosok pahlawan yang fokus menumbuhkan minat baca anak-anak dengan membuat perpustakaan keliling dari demo kebanggaanya. Sutrisno Hadi, atau yang biasa dikenal dengan nama Kinong adalah seorang sopir bemo yang dulunya gemar memodifikasi kendaraannya untuk menarik para penumpang. Itulah yang kemudian membuat Kinong diajak oleh dosen Universitas Tarumanegara untuk menjalankan proyek bemo listrik.

Bemo pustaka [image source]
Bemo listrik itu sayangnya tidak bisa berjalan lama, dan akhirnya Kinong dibantu oleh seorang dosen Universitas Indonesia untuk mengembangkan jiwa sosialnya dengan menjalankan program perpustakaan keliling. Buku-buku yang sehari-hari dibawa Kinong merupakan sumbangan dari sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Pernah suatu hari anak-anak langganan ayah dari empat anak ini mengeluh karena buku yang dibawanya tetap itu-itu saja. Namun beruntungnya Kinong karena dia mendapat bantuan buku baru yang kembali mampu menarik masyarakat untuk gemar membaca.

Angkot pustaka

Tidak jauh dari Jakarta ada sepasang suami istri yang memiliki keinginan mulia untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Pian dan Elis adalah pasangan suami istri yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir angkot dan guru honorer. Suatu hari sang istri yang sangat ingin membangun perpustakaan ini memberi saran pada Pian untuk membawa serta buku-buku dalam angkotnya. Dengan begitu para penumpang bisa menikmati perjalanan sambil membaca.

Angkot pustaka [image source]
Ide itu dengan cepat diwujudkan Pian dengan memasukkan keranjang ke dalam angkotnya untuk diisi buku. Sehari-harinya ayah satu anak ini membaca 20-an buku, namun sayangnya dalam satu kali perjalanan biasanya hanya ada 4-5 penumpang saja yang membaca buku Pian. Sementara penumpang lainnya lebih memilih mengotak-atik ponsel mereka. Pian dan Elis berharap langkahnya ini bisa membuka jalan bagi mereka untuk membangun perpustakaan kecil di rumah.

Motor pustaka

Di Lampung ada seorang pria bernama Sugeng Haryono yang memprakarsai lahirnya motor pustaka. Program ini dilakukan Sugeng karena merasa prihatin atas kurang tersedianya akses bahan bacaan bagi anak-anak Indonesia di daerah-daerah kecil. Sarjana jurusan Ilmu Perpustakaan ini kemudian memodifikasi motor GL Max nya agar dapat digunakan sebagai perpustakaan keliling.

Motor pustaka [image source]
Setiap harinya pria ini harus menempuh jarak sekitar 8 sampai 10 kilometer demi membawa buku-bukunya untuk anak-anak yang haus akan buku bacaan. Sugeng mengaku melakukan segalanya dengan ikhlas meskipun tidak dibayar. Prinsip laki-laki ini adalah 1 – 1 = 10 bukan 1 – 1 = 0, dia yakin bahwa selama dilandasi niat yang baik, Allah akan membantunya melanjutkan kebaikan tersebut.

Ada banyak cara memang yang bisa kita lakukan untuk berbuat kebaikan sekaligus membantu masyarakat Indonesia untuk meningkatkan minat bacanya. Seperti empat pria di atas yang dengan kreatifnya mengubah kendaraan pribadi dan hewan kesayangannya agar dapat digunakan membawa buku untuk dibaca masyarakat. Jadi, rencana apa yang kalian punya untuk meningkatkan minat baca orang di sekitar?

Written by Faradina

Leave a Reply

Bissu, Dukun ‘Waria’ dari Tanah Bugis yang Sakti Mandra Guna

Inilah 5 Tempat Kumuh Indonesia yang Berhasil Diubah Jadi ‘Surga Dunia’