Masa orientasi siswa maupun mahasiswa harusnya menjadi saat-saat di mana para senior memberikan banyak pelajaran kepada junior. Entah itu pengetahuan tentang institusi, maupun yang berkaitan dengan softskill seperti misalnya kemampuan bekerja sama, jiwa kepemimpinan, empati dan lainnya. Namun faktanya beberapa institusi di Indonesia kerap kali merancang masa orientasi yang tidak manusiawi bagi pesertanya.
Syukur-syukur bila sang junior cukup tangguh mengikuti segala prosesnya, tapi bila hal sebaliknya yang dirasakan bisa-bisa masa orientasi hanya berujung kematian. Dan di bawah ini ada 12 potret masa orientasi anak muda Indonesia yang memang pantas dihentikan.
Baru-baru ini ada foto di mana siswa berseragam Pramuka diminta makan nasi langsung dari tanah. Aksi ini dikecam habis-habisan oleh netizen dan dikritik keras oleh penggerak Pramuka.
Aksi seperti ini sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang akademisi pada juniornya.
Dandanan aneh yang jadi bahan tontonan sehari-hari pada masa orientasi masih sering dianggap ‘melatih mental’.
Adik-adik ini sepertinya diminta melakukan oper benda atau makanan dengan menggunakan mulut
Melakukan kekerasan fisik di kalangan sekolah dinas. Kalau sudah makan korban, penyesalan datang belakangan.
Model kekerasan fisik seperti ini cenderung bisa ditemukan di banyak instansi di Indonesia, hanya saja kadar tingkat kekerasannya yang berbeda
Mulai dari menggigit sandal jepit hingga sampah lain dan diminta untuk bergaya. Lebih mirip bullying daripada ‘pembinaan’.
Pikir lagi, melakukan orientasi siswa semacam ini lebih banyak sia-sianya daripada manfaatnya.
Berangkat dengan perintah untuk mengenakan kemeja putih, dan pulang dengan baju penuh cap telapak sandal atau punggung lebam-lebam.
Metode minum berbahaya seperti ini hampir sama dengan cara penjara kelas kakap di Amerika memaksa napinya mengaku. Jadi ini orientasi siswa atau narapidana?
Tujuan utama mereka masuk sekolah atau kampus bukan buat bahan lelucon, tapi dapat pendidikan.
Tujuannya mestinya lebih mengenal medan di alam. Bukan diinjak-injak seperti tawanan.
Sekali lagi negeri ini ‘kecolongan’ dalam menjalankan sistem orientasi siswa. Sudah banyak yang menerapkan tradisi plonco dengan dalih ‘seru-seruan’, tapi lantas kalau sudah makan korban, di mana letak serunya dan siapa yang mau mempertanggungjawabkan?
Satu lagi, sebagian dari senior mengaku melakukan hal tersebut sebagai bentuk balas dendam dari apa yang pernah dilakukan senior mereka dulu. Hal ini salah besar, karena kalau mereka paham betapa sakit dan malunya, mestinya tidak melakukan hal yang sama. Syukur deh pemerintah telah menghapuskan budaya ini di wajah pendidikan negeri, meski masih ada saja yang pakai ‘tradisi lama’. Semoga sistem OSPEK kita bisa berkaca dan belajar dari sistem di luar yang lebih mendidik, bukan tertinggal pada cara lama yang malah ‘mencekik’.