Berbeda dengan zaman sekarang, anak-anak dulu lebih suka bermain di luar rumah. Mungkin karena perkembangan teknologi yang zaman itu yang belum maju, sehingga kegiatan outdoor jadi pilihan utama. Miris ya kalau melihat generasi sekarang yang mainnya cuma gadget doang, jadi ingin menunjukkan betapa serunya hidup anak-anak di zaman dulu.
Ada banyak kegiatan seru di masa itu, salah satunya adalah apa yang kita sebut dengan layangan. Bukan hanya seru, permainan ini juga bisa itung-itung sebagai olahraga. Main panas-panasan di tanah lapang sambil mengadu layangan, sensasinya memang tidak terlupakan. Apalagi kalau mengejar layangan jatuh serunya bukan main. Sambil sedikit bernostalgia, inilah beberapa hal asyik yang bikin kangen main layang-layang.
Semakin tajam benang, makin besar pula kemungkinan menang
Kalau zaman dulu sih, asal ada angin lumayan kencang, pasti bakal ada anak-anak berbondong-bondong main layangan. Tentu bukan cuma untuk gaya-gayaan, kebanyakan bermain buat diadu dengan yang lain. Istilah populernya dulu “Sambitan”. Oleh sebab itu, agar layangan tidak kalah sambit dengan milik orang lain, mesti dikasih benang gelasan yang super tajam. Tujuannya, agar kalau menyambit atau kena sambit, benang layangan kita tidak putus dengan begitu mudah.
Semboyan layangan hunter, penemu pertama adalah pemilik
Meskipun mungkin yang main layangan hanyalah dua orang, tapi penontonnya bisa sampai puluhan orang. Usut punya usut, mereka ternyata punya tujuan sendiri sih, menunggu salah satu layangan yang terputus. Bisa dibilang para bocah ini sebagai para layangan hunter. Saat melihat kesempatan ada salah satu layangan yang putus, bocah-bocah yang bergerombol ini bakal berlari mengejarnya melewati berbagai rintangan dan halangan. Motonya, “Siapa cepat dia dapat”.
Sebelum adzan, pantang pulang
Seperti permainan lainnya anak bocah zaman dulu, pantang sekali pulang sebelum magrib berkumandang. Asalkan masih ada sinar matahari, di situlah adu layangan masih tetap berjalan. Namun kadang juga ada yang lebih malam dari itu, biasanya para layangan hunter yang mengalaminya.
Yang berekor adalah lambang perdamaian
Kalau zaman dulu ada beberapa aturan yang mengharamkan para pemain layangan aduan ini untuk menyambit yang berekor. Kalau diibaratkan, layangan berekor ini sebagai simbol perdamaian, tidak boleh menyambit ataupun disambit oleh layangan lain.
Sering ada hal yang ngeselin
Meskipun sangat menyenangkan, ternyata ada pula hal ngeselin saat bermain adu layangan ini. Terutama saat sudah kalah sambitan dengan yang lain, kadang benang gelasan mahal sering dicuri oleh oknum ‘kampret’. Ya, kronologinya baru saja kalah sambitan, akhirnya pasrah deh sambil gulung benang gelasan.
Layangan memang permainan yang super duper seru. Namun sayang sekarang ini sudah jarang sekali yang memainkannya. Alasan takut panaslah, takut terlukalah, padahal kalau mereka mau coba, dijamin ketagihan. Itu masih lebih baik ketimbang main hape mulu.