Setiap orang yang sukses pasti telah melalui perjalanan panjang yang berliku, karena tak ada yang didapat instan di dunia ini. Jika membicarakan pilpres 2019, Presiden Joko Widodo kembali mencalonkan diri untuk periode 2019-2024. Sebagai wakil yang akan menemani mengurus negara, Jokowi memilih Ma’ruf Amin, ketua Majelis Umum Indonesia (MUI).
Sejak resmi dipilih oleh Jokowi, nama Ma’ruf Amin menjadi perbincangan semua orang. Ternyata, sebelum berkecimpung dalam organisasi keagamaan Ma’ruf sudah lebih dulu terjun ke dunia legislasi dan pemerintahan. Berikut jejak kariernya sebelum menjadi calon orang paling penting dalam negeri ini.
Sudah mengenyam pendidikan agama sejak dini
Bisa memegang jabatan sebagai rais ‘aam MUI bukanlah tanpa sebab. Sejak kecil Ma’ruf Amin sudah sangat lekat dengan pendidikan keagamaan. Lahir di Tangerang pada 11 Maret 1943, di umur yang masih 12 tahun, ia sudah belajar di Sekolah Rakyat (SR) Kresek, Tangerang sekaligus murid di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kresek, Tangerang.
Lulus pendidikan Sekolah Dasar, Ma’ruf melanjutkan menjadi santri di Pondok Pesantren Tebuireng hingga lulus SMA. Kehidupan sebagai seorang santri Tebuireng semuanya 6 tahun. Tak puas, Ma’ruf melanjutkan nyantri di salah satu Pesantren di Banten. Pada tahun 1967, Ma’ruf melanjutkan kuliah sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun, Bogor.
Mendapat gelar guru besar walaupun tak kuliah tinggi
Sebagai seorang yang paham ilmu agama, kariernya sudah mulai dibangun sejak tahun 1964, ketika itu ia menjadi seorang guru di kawasan Jakarta Utara. Pada tahun 1967, Ma’ruf menjadi Direktur dan Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan dan Yayasan Al-Jihad.
Setahun setelahnya (1968) ia menjadi dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Nahdhatul Ulama (Unnu) Jakarta. Walaupun tak pernah mengenyam pendidikan master dan doktor, ia dinobatkan sebagai guru besar oleh UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang bidang Mu’amalah Syari’iyah di Fakultas Syariah.
Terjun ke dunia politik dari tahun 1971
Kiprahnya di dunia politik sudah sejak lama, yaitu tahun 1971. Ketika itu, ia adalah anggota dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dirinya tercatat pernah masuk dalam komisi A fraksi PPP. Selama berada di PPP, Ma’ruf pernah menjabat sebagai anggota DPR RI pada 1973-1977.
Usai berkarier di PPP, ia pindah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dar 1977-2007. Nah, di sini juga banyak sekali jabatan yang pernah ia pegang: anggota MPR RI untuk 1997-1999, anggota DPR RI Fraksi PKB selama 1999-2004 memasuki masa reformasi, terakhir sebagai Ketua Dewan Syuro PKB pada 1998.
Menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pengalaman yang kaya di dunia politik, serta santri selama bertahun-tahun menjadikan ia sosok yang religius-nasionalis. Sebelum dipilih oleh Jokowi untuk maju nyapres, kita semua tahu kalau Ma’ruf Amin adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2015-2020.
Tak hanya itu, dalam jangka waktu bersamaan dirinya tercatat sebagai Rais Aam PBNU pada periode 2015-2020, serta, menjadi ketua komisi fatwa MUI pusat. Sebelum jadi orang nomer wahid di MUI, ia pernah mengemban tugas sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (kehidupan beragama) di 2007.
Memiliki latar belakang ilmu agama dan kental dengan dunia pesantren, lama berkecimpung dalam politik, serta pernah memegang banyak organisasi membuat Jokowi merasa beliau mampu mendampinginya maju ke periode kedua. Walaupun banyak yang kurang setuju, faktanya karier yang berliku dan panjang membuat Ma’ruf layak sebagai pendamping Jokowi.