Semua pasti tahu sosok berkacamata yang satu ini. Mumpung masih di bulan kelahiran sang proklamator, tidak ada salahnya kita bahas pribadi unik Bung Hatta. Lepas dari banyak perjuangan dan jejak sejarah yang ditinggalkan pahlawan asal Sumatera Barat ini, Boombastis ingin mengulik hobi sang Bapak Koperasi, yaitu membaca buku.
Pasti banyak yang suka. Apalagi belakangan ini minat baca generasi muda cukup tinggi. Bahkan banyak penulis baru dan buku-buku yang bagus. So, kalian yang suka baca buku, jangan sampai melewatkan ulasan berikut ini.
Buku dan Hatta sudah seperti belahan jiwa. Dalam susah dan senang, Bung Hatta tak pernah jauh dari buku-buku kesayangannya. Dan ada banyak cerita unik tentang Hatta bersama dengan buku-bukunya. Apa saja? Yuk kita mulai.
Satu Dari Empat Kekasih Bung Hatta
Seperti musisi yang menganggap instrumennya sebagai kekasih, atau pembalap yang kadang lebih sayang mobil daripada pacar, Bung Hatta pun demikian. Ada 4 kekasih dalam kehidupannya, yaitu Indonesia, rakyat Indonesia, buku dan Rahmi Hatta.
Karena membaca buku, Bung Hatta mampu menyumbangkan pikiran-pikiran yang memajukan untuk bangsa ini. Banyak tulisannya yang menginspirasi pemuda hingga terjadilah Sumpah Pemuda. Pria kelahiran Bukittinggi ini mungkin tidak melawan penjajah dengan bambu runcing atau senapan. Tapi dengan pemikirannya yang mampu menggerakkan generasi bangsa di masa lalu, dan itu semua, berkat buku-buku yang mengisi harinya.
Dan Ia Memahami Semua ‘Kekasihnya’
Di dunia ini, ada beberapa jenis penyuka buku. Ada yang suka beli, tapi kadang malas baca. Ada yang suka baca, belum tentu bisa beli. Ada pula yang membaca, tapi belum tentu paham dengan bukunya.
Nah, kalau Bung Hatta sudah membeli buku, dia tak akan melewatkan satupun, bahkan memahami semua isinya. Oleh karena itu, dia disebut dengan Bibiliofil, yakni orang yang membeli buku, membaca, hingga memahami isinya.
Tidak hanya untuk dirinya sendiri. Ada kebiasaan unik Bung Hatta dalam mengoleksi buku. Bila ada yang pinjam bukunya, maka saat orang itu mengembalikan, dia akan bertanya, “Sudah paham isinya atau belum?” Kalau belum, niscaya Bung Hatta akan menyuruh orang itu pulang lagi dengan bukunya untuk dibaca kembali.
Hatta juga tidak suka ‘kekasihnya’ ternoda atau rusak. Jadi, kalau kita pinjam buku beliau dan mengembalikannya dalam kondisi kotor dan rusak, Bung Hatta tidak akan meminjamkan kita kembali sampai sebulan. Wuih..
Susah Senang Tidak Pernah Lepas Dari Buku
Sejak kecil, menginjak usia dewasa, melalui pengasingan sampai melalui masa tua, tiada hari bagi Hatta tanpa membaca buku. Dalam sehari, Bung Hatta bisa menghabiskan 6-8 jam untuk membaca. Suatu ketika wakil presiden pertama Indonesia ini pulang dari Belanda, dengan membawa 16 peti buku.
Saat diasingkan, Bung Hatta membawa beberapa koper yang sebagian besar isinya adalah buku. Ia bahkan pernah bilang, “Dengan buku, penjarakan aku di mana saja. Karena dengan buku, aku bebas.” Hal ini membentuk karakternya. Meski terlihat sederhana dan tenang, semua tahu bahwa Hatta adalah seorang yang terpelajar. Lebih-lebih, banyak sekali yang ia pikirkan dan sumbangkan untuk bangsa ini.
Hatta Juga Menulis Buku
Selain membaca, Hatta juga menulis buku. Ia menuliskan sudah lebih dari 40 judul buku. Yang ditulis macam-macam, tapi sebagian besar terinspirasi dari kecintaannya pada tanah air. Ada yang tentang pendidikan, gagasan untuk Indonesia dan sebagainya. Itu masih buku, belum tulisan lepasnya yang banyak dimuat di media cetak jaman itu.
Jaman sekarang, buku-buku hasil karya sang proklamator masih banyak dicari. Harganya pun sudah mencapai ratusan ribu. Karena sejak dulu, Bung Hatta sudah terkenal akan penulisannya yang luas dan mendalam, sehingga karya-karyanya yang sudah langka, kini makin bernilai tinggi.
Buku Jadi Mas Kawin Pernikahan Hatta untuk Rahmi
Nah, ini dia yang unik. Setelah membaca banyak sekali buku, Bung Hatta sempat menulis sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani. Buku inilah yang kemudian digunakan Hatta sebagai mas kawin untuk menikah dengan Rahmi Hatta.
Ciri khas Hatta memang lebih kepada budi luhur dan sederhana. Meski awalnya ibunda Hatta sempat cemas dengan tindakan anaknya. Tapi, saat itu Hatta yakin dengan apa yang ia lakukan. Toh walau demikian, pada akhirnya Hatta dan Rahmi tetap bisa bahu-membahu menjalani rumah tangga, bahkan di tengah kemelut perjuangan kala itu.
Harta Bung Hatta bukanlah uang. Meski ia dekat dengan penguasa negeri ini, hidupnya tidak pernah bermewah-mewah. Tapi ingat, dengan buku, ia merasa bebas. Ada satu cerita pamungkas kehidupan Bung Hatta yang disampaikan anak perempuannya, “Mungkin orang tak percaya, ayah tak punya deposito,” ujarnya. “Tapi ada sekitar 30 ribu buku di perpustakaannya.”
Semoga terinspirasi.