Sepanjang sejarah, ada banyak cerita tentang orang-orang yang memprediksi akan terjadinya sesuatu. Yang namanya prediksi, kadang memang nggak selalu benar terjadi. Tapi ada kemungkinan peringatan yang disampaikan sebenarnya juga berdasarkan pengalaman atau kejadian serupa yang pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: 5 Fakta Letusan Gunung Krakatau yang Nyaris Bikin Dunia Mengalami Kiamat Kubra
Masalahnya, kadang peringatan seperti ini nggak terlalu diperhatikan dan malah dianggap remeh. Akibatnya kini beberapa masalah dan bencana benar-benar terjadi gara-gara nggak mau sedikit saja memperhatikan peringatan yang sudah diberikan.
Jepang dengan lokasi yang terletak di daerah cincin api memang selalu menjadi langganan gempa bumi. Karena lokasinya yang dikelilingi lautan, maka gempa kadang juga bisa mengakibatkan tsunami. Masalah seperti ini sudah ada sejak ratusan tahun sebelumnya, jadi masyarakat pada masa itu sudah mempersiapkan peringatan untuk anak cucunya kelak lewat beberapa buah prasasti batu.
Di beberapa daerah yang dekat dengan pantai, ditemukan beberapa buah prasasti batu yang berusia ratusan tahun. Beberapa malah berusia sampai 600 tahun dengan ketinggian 3 meter. Prasasti itu memperingatkan agar penduduk nggak membuat rumah di daerah yang lebih rendah dari tempat batu-batu itu berada karena bahaya tsunami yang dulu pernah terjadi dan mungkin akan terjadi. Sayangnya di Aneyoshi, nggak banyak yang mengikuti peringatan itu. Jadi ketika tsunami menyapu wilayah tersebut pada 2011 lalu, sebanyak hampir 29 ribu jiwa menjadi korban.
Global warming sebenarnya bukan masalah yang baru-baru ini saja muncul, tapi sejak dulu sudah disadari. George Perkins Marsh sadar setelah melihat banyaknya batu-bara yang dibakar, rawa yang kering, hutan yang terus ditebang, dan suhu bumi yang terus naik perlahan. Karena itulah dia langsung mengadakan rapat untuk membicarakan temuannya ini pada tahun 1847.
Sayangnya, peringatannya tentang bahaya global warming ini nggak dipedulikan oleh masyarakat. Meskipun Marsh sebenarnya juga termasuk orang yang terpandang. Buku-buku yang ia tulis tentang pemanasan global juga nggak banyak membantu. Bagi masyarakat saat itu, manusia nggak mungkin bisa membuat bumi makin panas hanya karena menggunakan semua sumber daya alamnya. Tapi kini ternyata, peringatan yang sudah diucapkan lebih dari 1 abad lalu itu menjadi nyata.
Heine menulis sebuah drama yang berjudul Alamansor pada tahun 1821 yang menceritakan kisah pembakaran buku-buku bernuansa Islam oleh Kristen fundamentalis. Aksi ini kemudian membuat si tokoh dalam cerita berkata, “Jika ada manusia yang membakar buku-buku, mereka juga akan membakar orang-orangnya pula pada akhirnya.” Segera setelahnya, terjadilah genosida massal. Kejadian yang sama ternyata terjadi di Jerman puluhan tahun kemudian.
Pada 10 Mei 1933, Nazi memerintahkan para mahasiswa untuk membakar semua buku yang tidak “Jerman. Sebanyak 25 ribu buku dibakar dalam kejadian tersebut. Tidak lama setelahnya, bukan hanya buku non-Jerman saja yang dimusnahkan, tapi para Yahudi juga. Nazi tidak hanya ingin membunuh manusianya, tapi juga menyingkirkan segala bukti bahwa manusia selain ras Arya pernah ada.
Kekhawatiran kehilangan privasi di internet itu nggak cuma muncul baru-baru ini saja. Sejak tahun 1970an, rasa takut itu sudah ada, tapi memang nggak sebesar sekarang. Tahun 1975, internet baru berusia beberapa tahun dan namanya masih APARNET. Saat itu fungsinya juga cuma digunakan di bidang komersil dan industri saja. Tapi Tad Szulc sudah melihat kalau APARNET punya potensi memata-matai manusia.
Karena terhubung langsung antar komputer dari berbagai tipe, ada kemungkinan segala kegiatan yang dilakukan masyarakat ini terekam dan bisa dilacak orang lain. Ternyata ini juga bukan sekedar prediksi karena sejak tahun 1975, APARNET sudah dihubungkan dengan NSA. Artinya, kegiatan memata-matai ini sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
Pintu kokpit pesawat saat ini bisa terkunci dari dalam dan dengan bahan anti peluru, sehingga jika ada ancaman teroris pilot tetap aman. Tapi sayang, desain seperti ini ternyata juga punya kekurangan. Yaitu bagaimana kalau yang mengancam keselamatan pesawat ternyata pilot itu sendiri? Dua bulan sebelumnya, seorang pilot lain bernama Jan Cochret menuliskan kekhawatirannya tentang hal ini. Ia khawatir seorang pilot dengan niat buruk bisa saja memanfaatkannya.
Hal inilah yang terjadi pada 24 Maret 2015 lalu. Pilot Andreas Lubitz meminta co-pilot untuk ke toilet. Saat itulah ia mengunci pintu kokpit dari dalam. Co-pilot tersebut berusaha mendobrak pintu kokpit tapi nggak membuahkan hasil. Sementara itu Andreas Lubitz kemudian menurukan ketinggian pesawat dan menabrakkannya ke pegunungan Alpen Perancis sehingga menewaskan semua yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Inilah 5 Alasan Kenapa Indonesia Masih Berteman dengan Negara Komunis Meski Menolak Marxisme
Pada akhirnya, prediksi yang diugkapkan itu benar-benar terjadi. Sayang kekhawatiran yang diungkapkan tidak dipedulikan akhirnya terjadilah tragedi mengerikan tersebut. Kita memang tidak bisa percaya pada ramalan begitu saja, tapi jika prediksi yang dibuat adalah berdasarkan pengamatan situasi dan sejarah, ada baiknya kita lebih waspada karena mungkin saja tragedi tersebut bisa terjadi.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…