in

Menengok Uniknya Bahasa Ibu di Indonesia, Ada yang Hampir Punah Loh

Kemarin, 21 Februari, diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hari Bahasa Ibu ini sendiri diresmikan pertama kali oleh UNESCO pada tanggal 17 November 1999. Bahasa Ibu sendiri merupakan bahasa pertama yang dikuasai oleh anak, saat mereka bisa berbicara. Biasanya sih, bahasa ibu ini merupakan ajaran dari orang tua dan juga didapat dari komunikasi dalam lingkungan.

Bahasa Ibu sendiri bisa berupa bahasa daerah, bahasa nasional ataupun internasional. Nah, di Indonesia sendiri, bahasa ibu umumnya adalah bahasa daerah di mana seseorang tinggal. Bahasa daerah di Indonesia sendiri cukup unik dan ratusan jumlahnya ya guys. Lengkapnya, yuk kita simak ulasan berikut ini.

Bahasa daerah di Indonesia yang jumlahnya ratusan

Anak-anak di Flores [sumber gambar]
Karena mayoritas dari orang Indonesia bahasa ibunya adalah bahasa daerah, maka yang akan Boombastis.com bahas kali ini adalah bahasa daerah. Melansir okezone.com, berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Indonesia sendiri memiliki kurang lebih 652 bahasa. Jumlah tersebut jauh unggul jika dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat yang tercatat memiliki 422 bahasa, atau Nigeria dengan 526 bahasa. Akan tetapi, Indonesia bukanlah negara yang paling banyak jumlah bahasanya,rekor paling tinggi dipegang oleh Papua Nugini dengan 839 bahasa.

Satu pulau bisa berbeda-beda dalam berbicara

Bahasa daerah [sumber gambar]
Ya, keragaman bahasa yang lebih dari 600 tersebut karena memang setiap daerah punya cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Contohnya saja di Pulau Sumatera. Setiap provinsi, mulai dari Aceh hingga Bandar Lampung punya kosa-kata berbeda-beda. Belum lagi, setiap desa atau kabupaten punya bahasa yang berbeda lagi. Misalnya saja di Sumatera Selatan, penyebutan kata ‘tidak ada’ disebut dengan ‘dak katek’ dalam bahasa Palembang kota. Sedangkan mereka yang berada di wilayah Kabupaten Banyuasin menyebut dengan ‘dak ade’, berbeda lagi dengan Musi Banyuasin yang menyebut dengan ‘dak suek’. Hal yang sama juga berlaku di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Faktor yang menyebabkan bahasa daerah berbeda-beda

Suku Dayak [sumber gambar]
Bahasa daerah sendiri berasal dari satu rumpun bahasa, yakni Astronesia. Misalnya saja, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Aceh, Bahasa Madura, Bahasa Batak, dan Bahasa Bali. Rumpun Astronesia ini tak hanya ada di Indonesia saja, tetapi juga di beberapa negara lain, seperti Madagascar, Filipina, dan juga Hawaii. Adapun alasan mengapa bahasa setiap daerah itu berbeda, tak lain karena bahasa terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan ini bisa saja terjadi karena proses migrasi dan juga asimilasi, sehingga sangat mungkin adanya pertemuan dengan bangsa lain yang menggunakan bahasa berbeda pula. Selain itu, perkembangan teknologi juga berperan terhadap perubahan suatu bahasa.

Bahasa daerah yang terancam punah

Bahasa daerah banyak yang punah [sumber gambar]
Pada awal tahun 2018 lalu, ada 11 bahasa daerah asli Indonesia yang dinyatakan sudah punah. Bahasa ini adalah bahasa daerah dari Maluku, yaitu Kajeli/Kayeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua, dan Nila. Kemudian dua bahasa lainnya adalah bahasa dari Papua yaitu Tandia dan Mawes, seperti dilansir dari grid.id. Adapun penyebab kepunahan bahasa ini tak lain karena jarangnya dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berkurangnya jumlah penutur juga bisa disebabkan oleh peperangan, bencana alam yang besar, perkawinan antar-suku, sikap bahasa penutur, dan letak geografis. Hal ini disampaikan sendiri oleh Ganjar Harimansyah dari Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa.

BACA JUGA: 6 Fakta Tentang Bahasa Jawa yang Mengagumkan

Oleh karena itu, tentu kemajuan menuntut setiap orang tak hanya pandai berbahasa nasional saja, tapi juga internasional. Namun, jangan lupakan bahasa daerah sebagai salah satu budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita dulu ya. Di setiap kesempatan, tentu tak ada salahnya untuk menggunakan bahasa daerah.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Bikin Gemas, Ini Deretan Pernyataan Nyeleneh Pejabat Menanggapi Isu Terkini di Indonesia

Kenapa WNI pada Akhirnya Bisa Terjangkit Corona setelah Guyonan Kerokan Angin?