2. Gundik Pemuas Nafsu Petinggi Belanda dan Militer Jepang
Tak semua petinggi Belanda yang datang ke Indonesia membawa serta anak dan istrinya. Banyak dari mereka yang datang sendirian hingga sampai Indonesia akan kebingungan menyalurkan hasrat biologisnya. Akhirnya mereka mengangkat wanita sebagai gundik. Budak nafsu yang harus melayani sang tuan sampai kapan pun. Bahkan kadang mengandung anak-anak mereka hingga lahir menjadi orang Indo (Indo adalah sebutan percampuran darah pribumi dan orang Belanda, sedangkan untuk Belanda asli biasanya disebut Belanda totok).
Gundik ini memiliki tugas juga sebagai orang yang mengajari tuannya segala hal terkait Indonesia. Setiap hari mereka harus melayani sang tua seperti istri meski mereka tidak menikah. Jika anda pernah membaca Tetralogi Buru milik Pramoedya Ananta Toer, maka anda akan mengenal salah satu gundik paling hebat, namanya Nyai Ontosoroh.
Pada masa penjajahan Jepang, perbudakan wanita semakin mengerikan. Tentara Jepang yang saat itu jauh dari istrinya menggunakan wanita ini untuk pemuas nafsunya. Wanita ini diperlakukan seperti benda hingga bisa diapakan saja. Akhirnya banyak dari mereka yang menderita akibat penyakit kelamin hingga tak sedikit yang mengalami kematian.
Jugun Ianfu adalah sebutan mereka yang jadi budak seks saat pendudukan Jepang. Wanita-wanita malang ini diambil dari desa-desa secara paksa dan ditempatkan di kamp militer. Kadang berada di kendaraan militer. Wanita ini tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dan kematian yang datang secara perlahan-lahan.