in

3 Fakta dari Penobatan Raja Thailand, Dibaluri Air Suci Hingga Pakai Baju dan Mahkota Emas

Pada tahun 2016 lalu, Thailand kehilangan pemimpin mereka, Bhumibol Adulyadej karena meninggal dunia. Adulyadej berpulang karena sakit yang sudah dideritanya selama beberapa tahun terakhir. Sejak kepemimpinannya sejak tahun 1946, ia disebut sebagai bapak pemersatu negara Gajah Putih itu, tak heran jika kemudian rakyat berduka.

Setelah ia meninggal, takhta diwariskan kepada sang anak, Vajilarongkorn. Upacara penobatan sendiri baru dilakukan pada Sabtu (4/5) lalu. Upacara ini digelar secara mewah dan besar-besaran. Tak heran jika kemudian kabar dilantiknya sang raja tersebar ke berbagai penjuru dunia. Lebih detailnya, beginilah prosesi yang terjadi sebelum dan saat pelantikan.

Penobatan berlangsung selama tiga hari, diawali dengan baluran air suci

Upacara penobatan sebagai raja ini berlangsung selama tiga hari, dimulai dari Sabtu (4/5) lalu. Di hari pertama ini, sang raja upacara Buddha dan Brahmana yang secara simbolis menempatkan Raja Vajilarongkorn sebagai dewa. Sang raja tampak mengenakan pakaian putih saat menjalani ritual pemurnian kerajaan, seperti dilansir  dari republika.co.id. Raja juga dibaluri dengan air suci oleh Pemimpin Agung Buddha di Thailand.

Penyiraman dengan air suci [Sumber gambar]
Pengguyuran air ini diikuti oleh para imam Brahmana dan anggota keluarga kerajaan. FYI, air suci tersebut diambil dari 117 sumber mata air pada bulan lalu. Air tersebut kemudian diberkati oleh para biksu Buddha dan para imam Brahmana di kuil-kuil di sekitar Thailand sebelum akhirnya digabungkan dan disucikan, masih melansir republika.co.id.

Benda keramat yang mengikuti penobatan sang raja

Dalam penobatannya, raja Vajilarongkorn diberikan lima benda sakral sebagai simbol kepemimpinan kerajaan di Negeri Gajah Putih tersebut. Lima benda tersebut merupakan barang yang bernilai sejarah, menunjukkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak dari periode Ayutthaya (1350-1767). Benda sakral ini konon sudah diilhami oleh para brahma. Adapun barang-barang tersebut adalah 1) Mahkota yang disebut sebagai The Great Crown of Victory (dengan berat 7 Kg) yang terbuat dari enamel emas dilengkapi berlian.

Mahkota emas raja Thailand [Sumber gambar]
2) pedang ‘Phra Saeng Khan Chai Sri’ yang juga berhias berlian dan emas. Pedang ini sebagai lambang raja yang akan melindungi rakyatnya. 3) Tongkat raja bernama ‘Than Phra Kon’ sebagai simbol kebenaran sang pemimpin Thailand. 4) Sebuah kipas dengan nama ‘Walawichani’ yang merupakan simbol tugas raja sebagai pengusir masalah bagi rakyatnya. Serta 5) sandal emas bertahtakan berlian bernama ‘Chalong Phrabat Choeng Ngon’ perlambang tempat tinggal Dewa Indra.

Pawai keliling dan pemberian penghormatan dari masyarakat

Sebagai prosesi terakhir setelah penobatan raja di hari terakhir, hari ini (6/5), raja diarak berkeliling Kota Bangkok. Sang raja menerima penghormatan dari seluruh rakyat Thailand yang berkumpul di jalanan Bangkok. Dilansir dari sindonews.com, sang raja dianikan ke atas tandu yang diangkat oleh 16 pengawal. Dia mengenakan topi semi militer berwarna hitam yang pernah digunakan ayahnya saat pelantikan raja sekitar 69 tahun lalu.

Pawai keliling Bangkok [Sumber gambar]
Pawai tersebut dikawal pasukan pengawal kerajaan baik yang mengenakan seragam bergaya Barat dan Thailand. Masyarakat yang ingin melihat sengaja diberikan fasilitas berupa kereta dan bus gratis oleh pemerintah. Mereka rela berpanas-panasan bahkan ada yang membawa payung hanya untuk menyaksikan sang raja baru yang akan memimpin Thailand.

BACA JUGA: 4 Fakta Ini Membuktikan Thailand Saat Ini Berubah Jadi Negara Miskin

Penobatan Raja Thailand, Vajilarongkorn ini termasuk salah satu selebrasi paling mewah di negara Gajah Putih. Biaya yang dibutuhkan untuk tiga hari pesta tersebut ditaksir sekitar 1 miliar baht atau sekitar Rp 445 miliar. Ya, enggak heran sih karena memang raja kaya raya. Tidak hanya dilantik sebagai pemimpin baru saja, ia juga kemudian membagikan gelar kepada keluarga kerajaan, Mulai dari Ibu Suri, Putri, serta Pangeran, yang kelak akan jadi pewaris takhta setelah dirinya lengser atau tidak lagi menjabat sebagai raja.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Sempat Jadi “Mesin Perang”, 4 Artis Indonesia Ini Ternyata Dulunya Adalah Tentara

Kisah Jho Low, Buronan Malaysia yang Korupsinya Lebih Sangar Daripada Edy Tansil Asal RI