Konflik Israel-Palestina yang terjadi sepanjang zaman membuat negara ini dibenci oleh hampir seluruh penduduk di dunia. Namun, militer dan kuasa yang kuat membuat ia tetap tak takut akan ancaman dari manapun juga. Israel tak hanya menembak, membombardir serta menghancurkan yang menghalangi jalannya saja, tetapi juga memenjarakan mereka yang dianggap bersalah.
Nerve Tirza adalah salah satu penjara khusus perempuan yang berada di Ramle, Israel tak jauh dari Tel Aviv, penjara khusus wanita ini dibuka pada tahun 1968. Jangan bayangkan jeruji besi ini bisa memberikan kebahagiaan, semua tahanan di dalamnya harus mendekam dengan berbagai macam cerita kehidupan yang memilukan.
Memiliki daya tampung 200 orang, penjara ini diisi oleh para wanita rentan usia 18-70 tahun dengan berbagai macam latar belakang kejahatan. Seperti dilansir dari grid.id, semua kejadian dalam penjara ini terekam sejak 2011. Ketika itu, seorang fotografer bernama Tomer Iffrah mendapat akses ke penjara untuk melihat, memotret kehidupan para narapidana di dalamnya.
Ada banyak foto-foto yang berhasil diambil oleh Tomer Iffrah. Dalam penjara tersebut, para tahanan perempuan harus tinggal berdesakan di ruangan kecil dan berbagi tempat tidur dengan para tahanan lain. Satu sel bisa diisi hingga lima orang. Berada di dalam penjara seolah tak cukup untuk menebus kesalahan yang dilakukan.
Neve Tirza sangat kotor, penuh sesak dan bobrok. Ukuran setiap sel penjara ini hanya 13 meter persegi termasuk toilet dan kamar mandi. Hal ini jelas menyalahi HAM seperti yang sudah dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahwa setiap manusia berhak memiliki 8 meter persegi ruang untuk hidup di muka bumi.
Cerita lain datang dari seorang perempuan Palestina bernama Rasmiah Odeh. Ia mengakui kalau dirinya tidak mendapat kebebasan untuk berpendapat, tak boleh menuliskan perasaan mereka, serta yang lebih parah adalah tidak mendapat kebebasan untuk beribadah sesuai dengan keyakinan. Mereka juga terkadang mendapat penyiksaan, bahkan hamil di dalam penjara.
Ketika para perempuan ini mendapat penyiksaan secara fisik, mereka juga tidak akan diberikan perawatan medis yang memadai. Ketika kembali ke masyarakat, perempuan akan mendapat pandangan negative dari masyarakat. Keadaan seperti ini membuat mereka memilih tinggal di dalam penjara saja, walaupun sering diperlakukan secara tidak manusiawi.
Begitu miris kehidupan para perempuan ini. Baik ketika tinggal di penjara ataupun bebas, para perempuan tak mendapat hak yang sama. Selalu ada yang megucilkan mereka, menganggap mereka secara kasar, serta membuat kepercayaan dirinya hilang. Makanya tak heran, saat setelah bebas, banyak yang memilih kembali ke penjara karena tak sanggup menghadapi kehidupan dalam masyarakat.