Berbicara prestasi sepak bola Indonesia, tentu negara kita kalah jauh bila dibandingkan dengan Italia. Bahkan bila diberi waktu untuk mengejar capaian-capaian bagus Gli Azzurri, kemungkinan besar Tim Merah putih memerlukan waktu yang sangatlah lama. Apalagi dalam treck recond-nya, Tim Garuda acap kali kesulitan untuk jadi terbaik di Asia Tenggara. Meski level kita masih terlampau jauh, namun sebetulnya ada kesamaan kedua negara itu.
Persamaannya sendiri terletak pada beberapa hal tentang kompetisi sepak bolanya. Tim Italia dan Indonesia sama-sama pernah bangkrut, menggunakan stadion milik pemerintah, dan alami kasus pengaturan skor. Khusus untuk hal terakhir itu, baik di negeri pizza atau tanah air kasus tersebut sama-sama menggegerkan publik. Dan kabarnya caranya ada indikasi kemiripan. Apakah hal tersebut benar? Temukan jawabannya di ulasan berikut ini.
Pengaturan skor di kompetisi Italia
Mendengar praktek pengaturan skor terjadi di sepak bola Italia tentu bukan sesuatu yang asing. Bahkan berkat hal itu pada tahun 2006, beberapa kesebelasan kasta atas Seria A di negara Eropa itu harus rela menerima hukuman berat, lantaran diduga melakukan hal picik di olahraga tersebut. Seperti salah satu contohnya sanksi diterima Juventus yang ketika itu harus mencopot gelar juaranya dan turun kasta.
Di Italia sendiri praktek semacam ini banyak terjadi, kompetisi-kompetisi kasta bawah. Pada umumnya masalah krisis financial klub liga rendah menjadi peluang empuk untuk disusupi hal ini. Selain itu jarangnya disorot media juga menjadikan pertimbangan lain untuk lakukan match fixing. Salah satu tim Seri B diduga melakukan ini adalah kesebelasan legenda Parma.
Sedangkan prakteknya sendiri menurut mantan pesepakbola Seri B Itali Carlo Gervasoni yang dikutip laman Detik.com, pemberian uang sebelum laga menjadi kunci praktek ini bisa berhasil. Meski ungkapnya hal itu sulit, namun dengan caranya itu ia sudah sukses membuat 60 orang yang ditemui mau melakukan hal ini.
Selain pemain, wasit yang memimpin jalannya pertandingan juga dilibatkan untuk hasilkan skor sesuai keinginan oknum. Contohnya adalah, saat direktur umum Juventus, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo melakukan percakapan dengan beberapa pejabat dari sepak bola Italia untuk mempengaruhi penunjukan wasit.
Praktek Macth Fixing di Indonesia
Kisah pengaturan skor di Indonesia sebetulnya sudah lama terjadi, namun baru-baru ini lantaran diangkat dalam acara Tivi kembali rame lagi. Berkat hal tersebut, saat ini banyak oknum namanya disebut-sebut mendalangi pengaturan skor. Meski belum semua terbongkar, namun hal laknat ini menjadi sesuatu yang mudah diendus oleh insan bola nasional.
Menurut mantan runner Bambang Suryo, ungkapnya cara pengaturan skor adalah dengan mendekati pihak manajemen klub, kalau tidak bisa maka nahkoda kesebelasan yang dituju, dan bila hal itu tetap gagal lagi baru pemain dijadikan sasaran terlibat hal ini. Ujarnya yang dilansir Boombatis dari laman Bola.com, melakukan praktek ini dengan pemain menjadi hal paling sering berhasil.
Selain pemain, pengadil lapangan juga menjadi sasaran dalam praktek ini di Indonesia. Dilansir laman Metrotvnews.com, mantan wasit Liga Super Indonesia di musim 2014, Solihin mengaku pernah disogok oleh sejumlah klub untuk membantu sebuah tim meraih kemenangan.Tuturnya bonus yang diberikan kepada orang mau melakukan selalu bertambah menjelang laga berlangsung.
BACA JUGA: Mengenang SEA Games Manila, Ketika Kesuksesan Pemberantasan Mafia Bola Berujung Juara
Dari dua hal tadi, tentu kita bisa melihat bagaimana persamaan pengaturan skor diantara kedua negara tersebut. Dimana seorang Bandar sama-sama mengincar posisi penting di sepak bola, seperti pemain, wasit dan manajemen. Selain itu, persamaan lainnya adalah penggunaan uang dalam jumlah besar untuk menggoda orang mau melakukan hal ini. Lalu kompetisi sering terjadi praktek ini apakah sama? Tentu kalian sudah bisa menjawabnya sendiri.
Walaupun mempunyai kemiripan dalam proses pelaksanaannya, namun di Italia polisi dilibatkan secara aktif dalam mengusut hal-hal semacam ini. Jadi, tidak mudah untuk federasi sepak bola negeri pizza menciduk insan bola melakukan hal tersebut. Mungkin hal itu juga bisa ditirukan oleh PSSI.