Pencarian korban Lion Air masih terus berlanjut, Tim SAR gabungan terus menelusuri di mana badan dari pesawat yang jatuh di perairan Karawang ini. Pencarian ini memang agak mengalami kendala karena arus air serta kondisi dasar laut yang berlumpur. Alhasil selama satu Minggu dari insiden yang terjadi Senin lalu, pihak yang mengevakuasi menemukan banyak hal.
Selama proses itu berlangsung banyak pula kisah yang mewarnai pencarian. Sebut saja yang tak kalah membuat sedih adalah penyelam yang meninggal dalam tugasnya. Lebih lengkap, simak dalam ulasan berikut ya!
Meninggalnya salah satu penyelam selama operasi
Ada sebuah kisah yang mengharukan selama proses pencarian korban dan puing pesawat Lion Air. Seorang penyelam bernama Syahrul Anto meninggal dunia dalam misinya tersebut karena dekompresi. Syahrul diketahui tergabung dalam relawan Indonesia Diver Rescue. Sosoknya memang dikenal sebagai orang yang punya rasa kemanusiaan yang tinggi dan punya jam terbang banyak, bahkan ini bukan kali pertamanya turun tangan dalam membantu korban bencana.
Syahrul pernah terlibat dalam evakuasi pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Pangkalan Bun pada 2014 lalu. Ia juga masuk dalam misi penyelamatan Kapal Pelni, bahkan saat dikabarkan Lion Air jatuh di Karawang, dirinya baru kembali dari Palu. Sebelumnya, Syahrul sempat dibawa ke rumah sakit, sayang nyawanya sudah tidak tertolong lagi.
Penemuan buku Yasin dan barang-barang penumpang
Di samping mencari korban, Tim SAR gabungan juga melakukan penyisiran untuk melihat masih adakah puing-puing pesawat yang masih bisa diangkat. Saat itu pula mereka menemukan barang milik penumpang, salah satunya adalah buku Yasin. “Tadi pagi, kita nyelam dapat lima baju.
Kemudian dapat seat belt, ada (buku) Yasin,” tutur Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Perairan Karawang, Jawa Barat, dilansir dari Liputan6.com. Selain itu, pada hari ke-6 kemarin, turbin (mesin pendorong pesawat) serta rodanya juga sudah ditemukan.
Korban yang ditemukan utuh
Hampir semua korban pesawat ditemukan dalam keadaan tubuh yang tidak utuh, tapi berbeda dengan Hizkia Jorry Saroinsong. Jenazah Jorry berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI RS Polri Kramat Jati. Menurut Ayah Jorry, jenazah anaknya ditemukan 90% dalam keadaan utuh. Oleh para penyelamat, jenazahnya dibawa ke rumah duka RS PGI Cikini, Jakarta Pusat.
Dilansir dari suara.com, Jorry telah diberangkatkan dari rumah duka RS PGI ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Senin (5/11/2018) sekitar pukul 13.00 WIB siang lalu. Atas kejadian tersebut, banyak sanak saudara dan teman kuliah yang ikut mengucapkan duka sedalam-dalamnya. Karangan bunga dari kampus di mana Jorry kuliah pun terlihat singgah di depan rumah duka.
Cerita tim penyelamat selama berada di bawah laut
Para penyelam masih terus mencari segala hal yang berkaitan dengan korban dan pesawat JT610. Mereka juga fokus mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) yang belum ditemukan. Para penyelam ini mengisahkan jika kemungkinan masih banyak korban yang masih berada di bawah laut atau mungkin terkubur lumpur.
Usaha yang dilakukan oleh para penyelam ini sangat ekstra mengingat mereka harus berjibaku melawan arus bawah laut yang sangat kuat. Selain arus yang bisa menghanyutkan, tantangan lain adalah menembus lumpur sekitar 2 meter. Para penyelam juga mengatakan bahwa jika melihat jasad-jasad para korban tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali menangis di dalam air sambil menahan haru.
Hingga saat berita ini ditulis, para penyelamat masih terus mencari karena badan utama pesawat masih belum bisa ditemukan. Kita doakan semoga segala proses ini berjalan dengan lancar dan para korban, puing-puing pesawat, atau apapun yang bisa menguak penyebab terjadinya kecelakaan tersebut bisa ditemukan.