Di balik pesona Gunung Sumbing yang menjulang tinggi di Jawa Tengah, ada sebuah kisah haru yang telah menjadi cerita dari masa ke masa. Sebuah potret perjuangan anak manusia yang harus bekerja keras demi sesuap nasi. Mereka adalah para wanita tangguh yang mencari kayu bakar di lereng-lereng curam Gunung Sumbing. Jika bukan karena kondisi sulit yang dirasakan, mereka pasti mencari pekerjaan lain yang lebih nyaman.
Para wanita yang rata-rata adalah seorang ibu rumah tangga itu, sejatinya bukanlah sosok pencari kayu dengan cara melakukan penebangan secara liar. Mereka hanya mengambil dari sisa-sisa pohon yang telah meranggas dan mati. Hanya berbekal sepatu boot dan secarik kain selendang sebagai tali pengikat, mereka pun berangkat untuk mencari kayu bakar. Menyusuri lereng dan perbukitan curam Gunung Sumbing.
Berdasarkan kisah Maulana Arsyad yang ditulis pada blog wingmanarrows, para pencari kayu bakar tersebut mulai beraktifitas sekitar pukul 4 pagi. Di mana pada saat itu ia sempat berpapasan dengan rombongan para ibu-ibu ‘perkasa’ yang tengah melakukan aktifitasnya mencari kayu bakar. Ketinggian gunung yang mencapai 3371 dpl, tentu bukan perkara mudah bagi seorang pendaki yang ingin menaklukannya.
Namun, para rombongan wanita tersebut dengan entengnya mendaki punggung bukit, sembari memikul batangan kayu yang terlihat cukup berat untuk ukuran mereka. Tak seperti laiknya pendaki gunung yang membekali diri dengan sejumlah alat lengkap, mereka malah memakai baju alakadarnya. Plus sepatu boot dan kain yang digunakan untuk mengurangi dingin dan melindungi kepala dari sengatan sinar matahari. Makanan dan minuman pun hanya dibawa seadanya untuk mengganjal perut.
Berangkat pada pagi hari menuju lereng Gunung Sumbing, para wanita tersebut bahkan bisa mencapai rumahnya pada pukul satu siang. Tentu saja dengan kondisi membawa pikulan kayu bakar yang ditopang oleh punggungnya. Jika Sahabat Boombastis melakukan hal tersebut, kira-kira apa yang bakal dirasakan?
Dari sini, kita menyadari bahwa masih ada saudara-saudara kita yang harus bersusah payah mengisi perutnya dengan hal demikian. Bahkan, bisa jadi mereka akan kembali pada keesokan paginya untuk mengulang aktifitas yang sama. No pain, no gain!
Tak hanya wanitanya, para kaum laki-lakinya pun ikut menjadi pencari kayu bakar di Gunung Sumbing. Dalam sebuah akun Facebook milik Stevanus Arib Agustinus, terlihat sebuah gambar yang menceritakan betapa kerasnya perjuangan mereka memanggul kayu bakar.
Seolah tanpa kenal istirahat, mereka hanya diperbolehkan mengambil kayu dri pos 3 dan 4. Dalam captionnya, ia juga menuliskan bahwa para pria itu merupakan warga Dusun Butuh Kaliangkrik yang terletak di sekitaran Gunung Sumbing. Heran sekaligus takjub ya Sahabat Boombastis.
Cerita di atas, bisa menjadi sebuah informasi sekaligus kisah inspiratif yang bisa ambil pelajarannya. Terutama dari sisi kehidupan. Di usia kemerdekaan Indonesia yang menginjak 73 tahun pada 2018, ternyata masih ada masyarakat yang harus bersusah payah mencari kayu bakar demi memenuhi tuntutan hidupnya. Kita hanya bisa berharap, agar siapapun yang kelak dipercaya untuk memimpin negeri ini, bisa sedikit melihat ke bawah. Bahwa masih ada rakyatnya yang hidup seperti di zaman kolonial Belanda.