Setiap wanita di Indonesia tahu betul betapa pentingnya pembalut karena mereka akan selalu mengenakan pembalut untuk alasan kesehatan dan kebersihan saat sedang datang bulan. Jadi, sudah wajar jika mereka menganggap pembalut adalah barang yang aman dan steril karena memang digunakan untuk tujuan kesehatan.
Tapi, bagaimana jika barang yang sangat penting bagi para wanita itu tiba-tiba diberitakan mengandung zat berbahaya? Ya, itulah yang terjadi. Sejak beberapa hari lalu, muncul berbagai pemberitaan tentang pembalut yang mengandung klorin setelah dilakukan tes oleh YLKI.
1. Penelitian dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Mengungkapkan Sembilan Merek Pembalut di Indonesia Mengandung Zat Berbahaya
Setelah melalui penelitian, YLKI menemukan bahwa 9 merek pembalut dan 7 merek pantyliner yang dijual di Indonesia mengandung zat berbahaya, salah satunya adalah klorin. Menurut Arum Dinta, salah satu peneliti dari YLKI mengungkapkan bahwa YLKI mulai menelusuri kasus ini sejak pihaknya menerima banyak laporan mengenai gangguan kulit dari konsumen setelah memakai pembalut tertentu.
YLKI mengambil sampel dari beberapa toko retail dan minimarker pada Desember 2014 hingga Januari 2015. Dari sampel-sampel tersebut, kemudian dilakukan pengujian di laboratorium yang sudah terakreditasi. Arum menyebutkan bahwa klorin memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, jadi satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan penelitian uji laboratorium
2. Bahaya Klorin Bagi Kesehatan
Klorin adalah zat yang berbahaya bagi kesehatan reproduksi. Penggunaan klorin secara terus menerus bisa mengakibatkan keputihan, gatal-gatal, iritasi kulit, bahkan kanker. Tulus Abadi, Ketua Harian YLKI juga menyebutkan bahwa klorin yang terdapat pada dioksin adalah zat yang bersifat karsinogenik.
Menurut WHO, 52 juta orang beresiko terkena kanker servik yang salah satunya dipicu oleh zat yang ada pada pembalut. Karena penggunaan secara terus menerus, zat berbahaya ini bisa berakumulasi dalam tubuh yang dapat memicu masalah gangguan kesehatan.
3. Beberapa Merk Pembalut dan Pantyliner yang Mengandung Klorin
Dari beberapa pembalut yang diuji, CHARM memiliki kandungan klorin paling tinggi dengan 54,73 ppm. Selanjunya ada Nina Anion dengan klorin 39,2 ppm, My Lady dengan 29,44 ppm, V Class Ultra dengan 17,74 ppm, Kotex dengan 8,23 ppm, Hers Protex dengan 7,93 ppm, LAURIER dengan 7,77 ppm, Softex dengan 7,3 ppm dan Softness Standard Jumbo Pack dengan 6,05 ppm.
Sedangkan untuk pantyliner, V Class memiliki kandungan klorin tertinggi dengan 14,68 ppm. Kemudian diikuti dengan Pure Stye dengan 10,22 ppm, My Lady dengan 9,76 oom, KOTEX Fresh Liners dengan 9,66 ppm, Softness Panty Shields dengan 9,00 ppm, CareFree superdry dengan 7,58 ppm, dan LAURIER Active Fit dengan 5,87 ppm.
4. YLKI Mengirimkan Temuan ke Pihak Produsen
Dari hasil temuan yang mengejutkan ini, YLKI telah menghubungi para produsen dan mengutarakan hasil penelitian ini. Beberapa diantaranya telah memberi tanggapan dan mengaku tidak tahu menahu karena bahan yang digunakan untuk memproduksi pembalut memang merupakan bahan impor. Pihak PT Softex Indonesia kemudian melakukan uji ulang pada produk Softex Maxi Wing dan Softex Ultra Maxi Wing. Menurut penelitian tersebut, keduanya memberikan hasil yang negatif.
Sementara itu, lewat halaman websitenya di unicharm.co.id, produsen CHARM memberikan tanggapan resmi dan menyebutkan bahwa CHARM dibuat dengan metode yang aman serta tidak menggunakan gas klorin. Menurut pihaknya, Unicharm sama sekali tidak menggunakan bahan pemutih dalam pembuatan napkin. Proses produksi pulp untuk materi penyerapan menggunakan proses pemutihan tanpa menggunakan gas klorin. Selain itu pulp penyerapan juga dibuat terstruktur agar tidak bersentuhan langsung dengan kulit sehingga aman.
5. Tinjauan Lain Tentang Bahaya Dioksin dan Klorin
Prof. Zullies Ikawati lewat facebooknya memberikan tinjauan lain tentang isu terkait penggunaan klorin pada pembalut ini. Ia menuliskan bahwa banyak barang sehari-hari yang mengandung klorin atau tepatnya senyawa sodium hipoklorit seperti pemutih pakaian. Menurutnya, klorin pada pembalut wanita diperkirakan sisa dari pemutihan pulp yang digunakan sebagai campuran pengisi pembalut. Tapi hal ini sudah tidak digunakan lagi karena khawatir gas klorin bisa menghasilkan dioksin.
Klorin memberikan efek buruk terutama jika terhirup dalam saluran pernafasan. Namun jika hanya kontak berupa sentuhan pada kulit, yang mungkin terjadi adalah iritasi atau alergi bagi mereka yang berkulit sensitif. Namun tidak akan menghasilkan reaksi apa-apa bagi mereka yang tidak berkulit sensitif. Kementrian Kesehatan juga sudah mengklarifikasi bahwa klorin tidak berbahaya jika ditemukan dalam jumlah sedikit dan hanya beracun jika termakan atau terminum. Jadi pembalut yang ada saat ini aman untuk digunakan dan kemungkinan yang dimaksud YLKI adalah dioksin. Dioksin mudah menguap dalam suhu panas dan bisa menimbulkan iritasi serta kanker.
6. YLKI Merekomendasikan Pembalut Kain
Dari munculnya temuan ini, YLKI menyarankan agar masyarakat mulai kembali menggunakan pembalut kain. Tulus mengungkapkan bagaimana pembalut kain tidak memiliki zat klorin serta bisa dipakai ulang dan dicuci kembali. Dengan begini, tingkat keamanan pembalut juga menjadi lebih baik dan berjangka panjang.
Tidak hanya itu saja, pembalut kain juga ramah lingkungan karena tidak menyebabkan pencemaran. Di Indonesia, salah satu bahan pencemar tertinggi berasal dari pembalut yang dalam satu bulan saja mencapai 1,4 miliar sampah pembalut. Sementara itu, pembalut kain dapat membantu mengatasi masalah ini karena dapat dipakai ulang.
Wah, munculnya pemberitaan ini tentu membuat kita semua harus lebih waspada lagi, terutama kaum perempuan. Selalu baca komposisi barang yang akan kamu beli agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, untuk para produsen, diharapkan mampu meningkatkan kualitas mereka dan memproduksi barang yang lebih aman untuk para konsumen.