Categories: Tips

Gara-gara Twitter, Pembalap Sepeda Dunia ini Diboikot Para Jurnalis 

Sejak hadirnya jejaring media sosial semacam facebook dan twitter, apalagi sekarang muncul Instagram, gaya komunikasi pun berubah. Siapa pun bisa ngomong dan mengomentari cuitan siapa saja. Tidak terkecuali tokoh publik. Bahkan bisa mengkritiknya langsung.

Bagi tokoh publik, kehadiran media sosial macam facebook dan twitter juga merubah ruang komunikasi mereka. Awalnya setiap ingin berkomentar, tokoh publik, baik itu selebritis atau bahkan kepala negara perlu menggelar acara semacam jumpa pers, kini tak diperlukan lagi. Mereka bisa mencuit di twitter, atau bicara di akun facebooknya.

Jadi tak usah lagi susah payah mengumpulkan atau mengundang awak media hanya untuk sekedar komentarnya dapat dimuat di media. Cukup mencuit di twitter, atau menulis di facebook, media akan langsung menyambar.

Sosial media [Image Source]
Dan fenomena itu sudah terjadi. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama misalnya adalah salah satu tokoh dunia yang paling aktif memanfaatkan twitter untuk menyuarakan pendapat atau komentarnya. Paus Fransiskus  salah satu tokoh dunia yang juga aktif gunakan twitter untuk mengomentari suatu masalah.

Di Indonesia, mantan Presiden SBY, adalah tokoh yang lumayan aktif mencuit di twitter. Bahkan SBY, marah-marah pun lewat twitter. Terlebih waktu menjelang pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta, SBY begitu rajin mencuit. Ya, maklum anaknya, Agus Harimurti sedang manggung berebut tiket gubernur. Selain SBY, Presiden RI sekarang, Jokowi,  juga aktif menuliskan cuitan-cuitannya di twitter dan akun facebooknya.

Twitter SBY [Image Source]
Namun tak semuanya awak media senang hanya dengan mengutip cuitan para tokoh twitter. Adakalanya, mereka perlu mewawancarai langsung. Walau memang keberadaan twitter atau facebook, cukup membantu para awak media untuk mendapatkan kutipan nara sumber, apalagi mereka yang sulit di wawancarai. Nah, ada sebuah cerita menarik tentang tokoh tenar yang ‘dimusuhi’ para wartawan gara-gara cuitan di twitter.

Tokoh tenar itu adalah Lance Armstrong,  pembalap sepeda dunia, peraih 7 gelar ajang balap sepeda paling bergengsi di dunia, Tour de France. Hebatnya, tujuh gelar juara yang diraih pemilik nama lengkap Lance Edward Gunderson itu direngkuh secara berturut-turut dari tahun 1999 hingga 2005.

Lance Armstrong [Image Source]
Nah, sejak hadirnya twitter, Armstrong memang rajin memposting cuitannya. Lewat akunnya @lancearmstrong, sang pembalap yang pernah dapat sanksi pencabutan gelar Tour de France karena terbukti menggunakan doping rajin mengekspos pendapat atau komentarnya. Ia pun jarang bicara langsung, misalnya kepada para awak media.

Tapi gara-gara lebih memilih twitter untuk bicara, Armstrong dimusuhi para wartawan. Ceritanya begini. Suatu saat, Amstrong hendak diwawancarai awak media. Namun ia kemudian menolaknya. Dan menyarankan para awak media mengutip saja apa yang ia cuitkan di akun twitternya.
Tentu saja, saran Armstrong itu membuat para awak media ‘marah’. Mereka menganggap Armstrong sombong tak mau lagi diwawancarai langsung. Para awak media juga menganggap saran tersebut ‘meremehkan’ kerja para jurnalis. Mereka pun akhirnya ramai-ramai memboikot Armstrong . Ramai-ramai, mereka tak mau lagi menulis segala berita tentang pembalap sepeda kelahiran Plano, Texas, Amerika Serikat, 18 September 1971 itu.

Lance diboikot wartawan [Image Source]
Dan puncak kekesalan para awak media terhadap Armstrong terjadi pada Mei 2009. Saat itu, Armstrong tengah berkompetisi di ajang Tour of Italy. Ketika itu sejumlah wartawan coba mewawancarai Armstrong. Namun Armstrong menolaknya dan meminta para awak media membuka akun twitternya saja.

Jelas saja, jawaban sang pembalap membuat para wartawan marah. Mereka pun memboikot Armstrong. Pihak manajemen Armstrong coba menengahi untuk meredakan amarah para jurnalis. Mereka secara resmi meminta maaf.

Tentu kisah diboikotnya Armstrong oleh media, harus jadi pelajaran bagi siapa pun yang sedang jadi tokoh publik. Tidak bisa kemudian, hanya karena sudah ada twitter, lantas menolak untuk diwawancarai.  Apalagi jika si tokoh publik itu memang berhadapan langsung dengan para jurnalis.

Share
Published by
Agus Supriyatna

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

3 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago