Negara besar punya banyak cara untuk mendapatkan pemasukan. Mulai dari pariwisata, industri, tambang, perdagangan, dan banyak lagi. Namun untuk negara kecil, tentu tidak semudah itu.
Negara yang kecil tidak selalu bisa memanfaatkan pariwisata atau hasil bumi untuk pendapatannya. Nah, negara-negara kecil ini punya cara yang aneh sekaligus unik untuk menambah kas negara.
1. Menjual Paspor Untuk Orang Kaya
Dengan populasi hanya sebanyak 48 ribu jiwa dan industri gula yang gagal, Saint Kitts and Nevis berada dalam kondisi keuangan yang buruk pada tahun 2006. Negara kecil di Karibia ini kemudian berpaling ke penjualan pasport.
Hanya dengan investasi real estate sebesar 250 ribu dollar atau 400 ribu dollar, siapa saja di dunia bisa menjadi warga Saint Kitts and Nevis. Program ini begitu diminati karena warga Kitts punya keistimewaan bebas visa perjalanan ke 132 negara termasuk ke sebagian besar negara di Eropa.
Pada tahun 2013, Kitts berhasil menghasilkan 100 juta dollar dari program ini. Tidak lama, negara kepulauan kecil lainnya ikut menjalani program yang sama.
2. Menjual Paspor ke Orang Miskin
Saat ini, setidaknya ada 10 juta orang tanpa negara di dunia. Di antara mereka adalah orang Arab Bedoon, keturunan suku nomaden yang tidak mendapatkan kewarganegaraan baik di Kuwait atau Uni Emirat Arab, ketika kedua negara tersebut merdeka. Sejak saat itu, kedua negara ini tidak pernah memberikan status warga negara pada lebih dari 100 ribu masyarakat Bedoon.
Bashar Kiwan, seorang warga Kuwait kemudian menemukan ide bagus. Kiwan menawarkan kepada Comoros, sebuah negara kepulauan kecil di samudra Hindia. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Uni Emirat Arab akan membayar Comoros 200 juta dolar untuk paspor 4 ribu keluarga Bedoon.
Comoros adalah negara yang miskin, sehingga presiden tersebut kemudian menyetujui perjanjian tersebut. Namun warga Comorian dan Bedoon tidak senang dengan perjanjian ini. Warga Bedoon dipaksa untuk menerima status warga negara Comoros, dan terancam dideportasi ke negara tersebut yang tidak pernah mereka kunjungi sebelumnya.
3. Berpindah-pindah Pihak Demi Bantuan Dana
Tahun 1949, pemerintah China kabur ke Taiwan untuk menghindari kekuatan komunis Mao Tse Tung. Dua negara ini sejak saat itu terus berdebat tentang siapa pemerintah sah China sebenarnya dan tidak pernah mengakui keberadaan negara lawannya. Meski membingungkan, konflik ini ternyata menjadi keuntungan tersendiri bagi beberapa negara terkecil di dunia.
Tahun 2004, Dominica di kepulauan Karibia awalnya mengakui Taiwan, tapi kemudian pindah mengakui China demi bantuan 110 juta dollar dalam waktu 6 tahun. Grenada mendukung Taiwan tahun 2003, tapi ganti ke China tahun 2005 demi pembiayaan stadion cricket mahal yang dibutuhkan negara tersebut untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Cricket.
Di Pasifik, Nauru dan Tonga mendapatkan dana bantuan dari China sementara Kiribati ganti mendukung Taiwan demi bantuan ekonomi. Tahun 2011, Vanuatu yang mengalami kekurangan budget berencana akan membuka kantor perdagangan di Taiwan. Pemerintah China yang kesal kemudian setuju membayar kekurangan tersebut sebagai ganti agar Vanuatu tetap membela China.
Tapi, Saint Lucia lebih parah lagi. Negara kecil ini membela Taiwan sejak 1984, tapi kemudian ganti membela China tahun 1997 setelah mendapatkan bantuan besar dan stadion cricket. Tapi karena turis China tidak ada yang berkunjung dan Taiwan sukses dengan program pertaniannya, pada tahun 2007 Saint Lucia berterimakasih atas segala bantuan China dan kembali mendukung Taiwan dengan harapan negara tersebut mau membantu pertanian, pariwisata, mengembangkan peternakan, dan membuat pusat pembelajaran teknologi.
4. Negara yang Memeras Rakyatnya
Eritrea adalah sebuah negara kecil di Afrika Timur dan memiliki reputasi sebagai salah satu diktator terburuk di dunia. Akibatnya, banyak orang berusaha kabur ke luar negeri demi kehidupan yang lebih baik. Tapi, pergi ke luar negeri tidak cukup untuk kabur dari pemerintahan Eritrea.
Eritrea yang sadar banyak warga negaranya yang memilih kabur ke luar negeri memutuskan untuk memberlakukan pajak diaspora. Artinya, setiap warga Eritrea yang tinggal di luar negeri harus membayar penghasilan tahunannya sebesar 2 persen ke pemerintah Eritrea.
Masalahnya, PBB menemukan bahwa usaha mendapatkan uang ini seringkali dilakukan dengan menggunakan ancaman, intimidasi, dan gangguan yang dilakukan konsulat atau wakil pemerintahan Eritrea di dunia. Menurut penyelidikan Kanada, anggota keluarga yang masih tinggal di Eritrea akan diancam sampai mereka membayar.
Yang lebih parah lagi, pemerintah Eritrea diduga menggunakan uang tersebut untuk membiayai kelompok militan Somalia Al-Shabab untuk mengganggu ketentraman saingan mereka, Ethiopia.
5. Menjadi Kaya Setelah Menjual Domain
Pada tahun 1999, Tuvalu mendapatkan domain internet ‘.tv’. Ternyata, suffix internet tersebut dengan segera menjadi rebutan para perusahaan internasional. Tidak kurang dari lima perusahaan internet mengirimkan perwakilan ke negara pulau kecil tersebut untuk menawar hak milik ‘.tv’.
Suffix tersebut tentu akan menjadi alamat website yang begitu dicari oleh website media. Sehingga banyak perusahaan berjuang untuk bisa mendapatkannya. Akhirnya, penawaran yang disetujui membuat Tuvalu mendapatkan 30 juta dollar sebagai uang muka. Angka tersebut merupakan dua kali lipat pendapatan Tuvalu tahun itu. Hingga tahun 2011, Tuvalu menerima 1 juta dollar per tahun untuk royalti .tv.
Negara yang kaya sumber daya alam biasanya memang tidak terlalu bingung dengan bagaimana caranya mendapatkan pemasukan negara. Namun negara berukuran kecil yang tidak terlalu kaya sumber daya alam atau karena memiliki masalah lainnya, harus lebih kreatif dalam mencari sumber dana agar ekonomi negaranya tetap bertahan.