Setelah kisruh Freeport, hakim putuskan pembakar hutan tak bersalah, dan gegap gempita Gafatar, kini headline berita seakan makin lengkap dengan berita bom Sarinah. Kejadian ini begitu mencekam pada awalnya, mirip-mirip seperti yang ada di Paris. Namun, makin ke sini berita-berita lucu soal aksi terorisme ini pun muncul. Mulai dari polisi ganteng, polisi ganteng pakai barang branded, sampai bapak jual sate yang dengan santainya tetap mengipasi barbeque lokalnya, seolah tak ada sesuatu yang terjadi.
Meskipun demikian, aksi teror ini tetaplah berbahaya. Berita sampingannya mungkin menghibur, namun jangan pernah lupa ada korban di tragedi ini. Jadi, di samping kita tergelak karena side news yang kocak itu, tetap sadari jika aksi terorisme adalah hal yang mematikan. Kita mungkin tidak akan tertawa sekeras sekarang kalau ada di posisi mereka yang digeranat atau di todong mukanya dengan pistol.
Kejadian kemarin harusnya jadi pelajaran. Tak hanya bagi kita, tapi bagi kepolisian dan negara. Inilah beberapa hal yang harusnya bisa lebih kita perhatikan untuk ke depannya.
Sebenarnya, sebelum kejadian bom ini pecah, pemerintah sudah diingatkan oleh sekelompok hacker Anonymous. Mereka bilang, setelah Paris, Indonesia akan jadi target terorisme selanjutnya. Pernyataan ini awalnya dianggap iseng belaka, hingga akhirnya ‘boom’ pos polisi tak bersalah plus penghuninya jadi awal tragedi bom Sarinah.
Memang susah sih mempercayai informasi yang seperti ini pada awalnya, apalagi broadcasternya adalah Anonymous. Kejadian ini harusnya jadi pelajaran bagi pemerintah dan badan terkait agar selalu mengkaji ulang informasi-informasi yang diterima. Memang kesannya spekulatif sih, tapi bagaimana kalau kejadiannya seperti kemarin? Makanya, pemerintah mulai sekarang ada baiknya untuk menindaklanjuti informasi-informasi seperti itu, terlepas dari siapa pun yang memberikannya.
Gampang ya bilang seperti ini, namun memang tak ada solusi yang paling kongkrit selain melakukan hal ini. Ibaratnya kalau pohon cuma ditebang batangnya, ia bakal tumbuh lagi. Tapi kalau dicabut se-akar-akarnya, maka potensi untuk berkembang lagi pun sirna.
Manfaatkan kemampuan para intelijen, kalau perlu turunkan semua unit untuk mengusut akar terorisme di Indonesia dan musnahkan untuk selamanya. Kejadian Sarinah dan beberapa yang lain adalah bukti jika terorisme di Indonesia belum dipangkas sampai akar. Bisa kok Indonesia memberantas jaringan meresahkan ini. Tak harus pakai kekerasan juga. Buktinya, Din Minimi bisa kok berdamai dengan NKRI.
Sebenarnya kejadian Sarinah kemarin bukan langsung pecah begitu saja, melainkan ada tanda-tandanya. Salah satunya adalah pesan broadcast teror yang isinya adalah adalah perburuan polisi atas nama balas dendam masa lalu. Sayangnya, beredarnya pesan ini terlambat dan membuat bom meledak serta jatuhnya korban.
Jika saja pemerintah bergerak cepat ketika menemukan pesan broadcast ini kemudian bekerja sama dengan pihak-pikah terkait, misalnya provider, maka kejadian kemarin mungkin bisa dihindarkan. Bahkan polisi bisa sekalian melacak siapa otak di balik teror ini. Ke depannya, mudah-mudahan polisi lebih greget lagi dalam menyusuri tanda-tanda ini.
Polisi-polisi sepertinya harus masuk lagi ke akademi dan memperkuat skill mereka. Pasalnya, seperti pesan yang disebarkan si teroris, mereka adalah target utama. Maka, polisi harus lebih jago lagi. Ketika polisi sudah punya bekal mumpuni, teroris pun berpikir seribu kali kalau mau menyerang.
Meminta para pasukan khusus militer yang punya jam terbang tinggi untuk melatih para polisi, bisa jadi solusi yang tepat. Tak perlu belajar semua hal, cukup fokuskan pada masalah-masalah pencegahan teror ini. Jangan sampai polisi tak berdosa jadi korban, apalagi gara-gara mereka kurang kemampuan dalam menghadapi para penebar ketakutan tiu.
Memang lucu sekali ketika melihat masyarakat kemarin yang justru nampak tidak ada takut-takutnya dengan aksi teroris. Ada yang berjalan dengan santainya, bahkan ada yang penasaran dan bergerumul sambil mengambil dokumentasi. Aksi teroris benar-benar serius lho, mungkin kita cukup beruntung sekarang, tapi mungkin tidak di lain waktu.
Masyarakat mutlak harus tahu ilmunya ketika berada di keadaan genting itu. Misalnya dengan tiarap ketika mendengar letusan senjata sambil memegang kepala, bukan malah lari yang akan membuat para teroris punya ruang bidik yang lega sekali di bagian belakang dada atau kepala. Memang negara ini tidak sedang gawat darurat, tapi pengetahuan semacam itu harus segera diberikan.
Benar kata orang-orang soal tagar, makin kita kreatif dengan memainkan tagar-tagar yang bernada negatif untuk Indonesia, maka hal tersebut akan berpengaruh secara nasional. Misalnya, turunnya nilai tukar rupiah, soal kredit, investasi dan semacamnya. Penyebar pesan jangan main tagar sembarangan itu patut diapresiasi.
Kejadian ini harus jadi pelajaran. Memang benar negara dan korban butuh untuk disupport, namun berpikir lebih cerdas lagi. Lagi pula, tak usah pasang tagar aneh-aneh, kalau benar-benar peduli ya sudah lakukan itu. Pray for Indonesia ya sudah berdoa, Jakarta Berani ya sudah tanamkan keberanian melawan terorisme. Sesimple itu.
Terlepas dari banyaknya cerita sampingan yang lucu soal kejadian kemarin, kita harus sadar betul jika aksi terorisme ini serius. Iya kita harus berani memang melawan terorisme, tapi harus juga berpikir logis. Pada akhirnya, kita harus selalu siap dengan kondisi seperti ini. Bukannya menakut-nakuti, tapi kejadian terorisme kadang adalah sesuatu yang tidak pernah kita sangka.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…