Menjadi seorang pejabat atau wakil rakyat sejatinya tidak semudah seperti apa yang orang pikirkan. Terlepas dari segala kemewahan, banyak tanggung jawab yang menanti mereka. Bahkan tak jarang ada pula para pejabat yang sampai “hampir gila” hanya untuk memikirkan nasib rakyat. Oleh sebab itu kadang sebagian orang enggan berhadapan dengan tanggung jawa sebesar itu.
Seperti beberapa pejabat ini, lantaran melakukan kesalahan kecil, ternyata mereka sampai rela mengundurkan diri dari jabatannya. Bukan karena apa, wakil rakyat itu malu dan merasa tidak bisa melakukan tanggung jawab. Lalu siapa saja mereka itu? Simak ulasan berikut.
Terlambat hanya satu menit, pejabat pilih mengundurkan diri
Ada-ada saja kelakuan pejabat yang satu ini, lantaran merasa malu terlambat satu menit, dia memutuskan untuk mengundurkan diri saja. Ya, dialah Michael Bates salah satu menteri utama di Inggris. Tentu adanya kejadian tersebut sempat membuat kaget para pejabat lain yang sedang duduk bersiap melakukan rapat. Usut punya usut,pejabat yang satu ini melakukan aksi tersebut lantaran merasa malu atas ketidaksopanan yang telah dilakukan.
Alhasil semua yang duduk di meja rapat tersebut menyatakan ketidakrelaan dan penolakan atas aksi Bates ini. Menurutnya, permintaan maaf darinya sudah cukup dan semua mengapresiasi rasa tanggung jawab besar yang dia miliki. Kalau di Indonesia sih, jangankan terlambat, bisa hadir rapat saja sudah beruntung.
Staf kecemplung korupsi, pejabat Jepang mundur karena malu
Mantan menteri ekonomi Jepang Akira Amari, sempat menggegerkan publik Jepang. Pasalnya pengunduran dirinya melakukan pengunduran diri secara tiba-tiba. Usut punya usut, ternyata semua itu dilakukan atas tuduhan korupsi kepadanya. Namun setelah ditelusuri lebih dalam, mantan menteri ini ternyata tidak melakukan apa yang sudah dituduhkan.
Malahan justru para stafnyalah yang terbukti melakukan tindak korupsi. Lantaran malu, sebagai seorang pemimpin yang tidak bisa mendidik anak buahnya. Selain itu dia merasa telak merusak kepercayaan pemerintah dan masyarakat Jepang terhadapnya. Salut ya dengan pejabat satu ini, gak perlu kucing-kucingan atau pura-pura sakit, langsung mundur padahal hanya kena tuduhan yang belum terbukti.
Ketahuan plagiat, mendiknas Jerman mengundurkan diri
Beda lagi dengan yang ada di Jerman, salah seroang menteri bernama Annette Schavan, ternyata melakukan pengunduran diri dengan alasan yang tak terduga. Menteri yang diangkat tahun 2005 ini rupanya diduga melakukan plagiarisme “ringan” dalam upaya mendapatkan gelar pendidikannya.
Hal ini diungkap oleh salah seorang blogger yang sengaja menggunakan nama palsu. Lantaran mengaku malu dengan plagiarisme ringan itu Schavan memilih mundur dari jabatan yang selama ini ditempatinya.
Bantu mantan pacar urus visa, pejabat Inggris turun jabatan
Mantan menteri Inggris David Blunkett, ternyata juga menggundurkan diri dengan alasan yang lumayan edan. Bayangkan saja, dirinya rela melepas jabatan lantaran ketahuan membantu mantan pacarnya dalam mengurus visa. Semua itu diawali saat mantan kekasih Blunkett bernama Quinn sedang kesusahan mengurus visa pengasuh bayinya yang berasal dari Filipina.
Ketimbang di depak dari negara tersebut, alhasil Quinn meminta “bantuan” Blunkett untuk mempercepat proses perpanjangan visa pengasuh bayi mantan kekasihnya itu. Namun sayang aksi “mempercepat” visa ini sudah tercium publik, lantaran malu Blunkett pilih mengundurkan diri saja.
Traktir para relawan makan, menteri rela mengundurkan diri
Kembali lagi ke Jepang, ada kisah lain para pejabat yang mengundurkan diri dengan alasan yang tidak diduga. Yuko Obuchi adalah mantan menteri perdagangan dan industri di Jepang. Dalam satu kegiatan ternyata wanita yang satu ini menggunakan anggaran negara untuk mentraktir para relawan yang memang lelah dalam membantu.
Beberapa waktu kemudian lantaran merasa melakukan hal yang salah, alhasil Yuko memilih mengundurkan diri dari jabatannya. Tentu hal ini jadi tamparan keras pada pemerintahan Shinzo Abe waktu itu, pasalnya Yuko adalah salah satu menteri yang diandalkan dalam menstabilkan ekonomi Jepang.
Rasa bertanggung jawab mereka mungkin dianggap terlalu berlebih, namun menjadi bukti kalau memang amanah harus benar-benar dijaga. Mungkin hal ini bisa jadi pelajaran, bukan hanya untuk para pejabat, namun juga kita semua jika diberi tanggung jawab.