Setiap hari kita pasti mendengar ada saja ulah para pejabat negara yang tersandung kasus, entah itu korupsi, suap, atau bahkan skandal lain. Hal ini membuat rakyat jengah dan mempertanyakan sebenarnya apa sih tugasnya seorang pejabat itu?
Di Indonesia, pejabat yang benar-benar mengabdi dan bekerja untuk rakyat hanya bisa dihitung jari saja. Hal ini berdasarkan begitu banyaknya pejabat kita yang terkena kasus. Fenomena ini tampaknya membuat kita harus belajar banyak dari negara lain, di mana para pejabatnya sangat bisa menjadi contoh dan figure yang memakmurkan rakyat. Sebagai gambaran, mungkin beginilah perbedaan pejabat di negara kita dan luar negeri.
Mendapat fasilitas mewah
Mengapa semakin banyak orang yang ingin menjadi pejabat negara? Mari kita kesampingkan janji-janji yang pada akhirnya tak pernah mereka tepati. Dengan menjadi pejabat tentu seseorang akan diberikan fasilitas mewah yang tentu tidak didapatkan oleh para rakyat jelata. Duduk di kursi pemerintahan seperti DPR atau MPR tentu menjadi hal yang istimewa. Kapan lagi bisa punya mobil dinas gratis kalau tidak menjadi pejabat? Di sisi lain, jika kalian pernah mendengar kisah tentang Fernando Lugo, hal tersebut berbeda 360 derajat dengan kebanyakan pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia. Fernando yang pernah menduduki posisi sebagai Presiden Paraguay malah memilih untuk memberikan semua gajinya agar rakyat bebas dari penderitaan.
Memanfaatkan kedudukan untuk memperkaya diri
Maraknya kasus korupsi di Indonesia membuat masyarakat geram sekali. Para pejabat yang katanya memakmurkan rakyat, berjanji memberi fasilitas setiap menjelang pemilihan umum, toh semua hanya bualan belaka tanpa ada bukti yang nyata. Ketika sudah mendapat banyak suara dan terpilih, yang terpikirkan pertama kali adalah bagaimana memperkaya diri, mengeruk uang rakyat untuk dimasukkan ke dalam kantong pribadi. Para pejabat ini kadang seenaknya saja, kembali mencalonkan diri setelah tersandung kasus korupsi. Apa tujuannya? Kembali korupsi lagi?
Hidup mau mewah tapi tak ada kontribusi berarti
Setelah menggerogoti uang rakyat, hidup dalam kemewahan, lantas apakah kontribusi yang sudah diberikan para pejabat ini? Nah, ini juga yang menjadi masalahnya. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali mengkritik kinerja pemerintah dan bermanis muka di depan rakyat. Padahal, para pejabat zaman now ini sendiri tidak memberikan kontribusi berarti kepada masyarakat. Jika mau berkaca kepada pejabat negara luar, banyak sekali contoh yang berkontribusi penuh untuk rakyat, Luiz Inacio Lula misalnya. Presiden ke 35 Brazil ini tak malu ikut naik angkutan umum dan kerja serabutan seperti kebanyakan rakyat pada umumnya.
Kehidupan para istri pejabat yang tak kalah bikin pusing
Ada pepatah mengatakan ‘jika lelaki sukses, maka lihatlah siapa perempuan di belakangnya’. Dalam hal ini tak lain adalah istri yang memberi dukungan terhadap apapun yang dilakukan oleh suami. Nah, kalau di Indonesia istri pejabat kerjanya kebanyakan plesir, menghabiskan uang suami, serta serba ingin terlihat mewah dan wah. Enggak heran jika kemudian beberapa kasus korupsi yang menyeret sejumlah pejabat juga melibatkan istri mereka sebagai pendukung di belakangnya.
BACA JUGA: Inilah Perbedaan Gaya Hidup Istri Pejabat Indonesia dan Luar Negeri, Ibarat Bumi dan Langit
Untuk kinerja pejabat, tampaknya kita memang harus mencontoh negara lain. Indonesia saat ini krisis orang-orang jujur, krisis orang yang mau hidup sederhana dan memakmurkan orang lain, pun krisis para pemerintah yang memilih untuk memenuhi janji ketimbang korupsi. Mau seperti apa nasib bangsa kita jika ke depan para pemimpinnya terus ingin memperkaya diri sendiri?