Mendengar kata pedang, kita pasti akan langsung menyebut pedang besar Excalibur milik Arthur atau katana dari Jepang sebagai pedang yang paling unggul, paling kuat, hingga paling tajam. Tak mengherankan, sebab gelombang film atau serial tv besutan Hollywood yang kerap kita tonton selalu menampilkan pedang-pedang terkenal itu.
Namun, menurut sebuah studi yang dipelopori oleh Peter Paufler bersama koleganya dari sebuah universitas asal Jerman, mengungkapkan bahwa katana atau pedang besar tersebut bukanlah yang paling hebat. Berdasarkan ilmu metalurgi yang ditelaah secara mendalam, mereka menyimpulkan bahwa pedang paling hebat dengan ketajaman mencengangkan adalah pedang Damaskus.
Pedang Damaskus naik pamornya ketika digunakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, seorang pemimpin Muslimin, bersama pasukannya ketika menghadapi gempuran tentara Kristen pimpinan Richard the Lionheart dalam Perang Salib ke-III. Bahkan, helm dan baju Zirah para pasukan Salahuddin pun menggunakan baja yang sama seperti yang digunakan pada pedang itu.
Menguak kedahsyatan pedang Damaskus
Konon, sehelai sapu tangan berbahan sutra yang melayang di udara bisa dibelah dengan entengnya oleh pedang ini. Bahkan, benda yang keras dan padat seperti sebongkah batu pun dapat dibelah dua tanpa membuat pedang tersebut menjadi tumpul setelahnya.
Tak hanya ketajamannya yang tak tertandingi, pedang ini juga punya keajaiban dalam segi fleksibilitasnya, lentur, sangat ringan dan sangat kuat di waktu yang sama. Ketika melawan pasukan kristen, para prajurit muslim bahkan mampu memotong pedang dan mengoyak zirah lawan dengan mudahnya.
Pedang ini begitu dikagumi oleh kerajaan-kerajaan barat. Orang-orang Eropa bahkan rela membayar uang dalam jumlah sangat banyak untuk memperoleh pedang asli tempaan penduduk Damaskus.
Di masa lalu, pedang ini punya ciri khas melengkung yang semakin runcing ketika sampai ke ujung. Selain itu, pedang asli Damaskus dapat dilihat dari pola aliran air yang ada di sekujur bajanya. Pola tersebut terbentuk bukan hasil dari suatu teknik tertentu, namun memang timbul secara alami.
Apa yang membuat pedang Damaskus begitu superior?
Bahan utama pembuatan pedang ini adalah baja wootz. Namun, karena berkat pertempuran antara prajurit muslim dan prajurit kristen, orang-orang mulai menyebut baja tersebut sebagai baja Damaskus, yang diambil dari nama ibu kota Suriah. Padahal, baja ini merupakan pasokan dari India.
Menurut para ilmuwan asal Jerman, baja wootz saat itu memiliki kandungan Carbon Nano Tubes (CNT). Dengan adanya partikel CNT ini, pedang baja Damaskus menjadi lebih kuat hingga puluhan kali lipat dibanding baja biasa. Mitosnya, pedang atau senjata lain yang menggunakan bahan ini tak akan pernah tumpul dan tak perlu lagi repot-repot diasah.
Namun, rahasia utama pedang ini terletak pada teknik pembuatannya. Tingkat presisi dalam menempa pedang ini disinyalir telah berhasil menghasilkan CNT dalam struktur mikro baja tersebut. Hal yang hingga kini tak mampu dilakukan dengan menggunakan studi paling modern sekalipun.
Namun, sayangnya teknik otentik dalam menempa pedang ini berangsur hilang sejak abad ke-18. Hal itu diakibatkan surutnya pasokan baja wootz dari India. Dan sedikitnya sumber rujukan mengenai cara atau proses pembuatan pedang super tajam ini.
Para pembuat pedang di era modern saat ini bahkan berlomba-lomba untuk mencoba menduplikasi pedang Damaskus. Namun, pedang yang mereka hasilkan tak pernah sama dengan pedang Damaskus asli peninggalan Salahudin Al-Ayyubi atau para prajuritnya.
Material mentah yang digunakan tak lagi sama dengan kondisi baja Damaskus saat itu dan teknik orisinalnya telah jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh para pengrajin besi saat itu. Dan hingga kini tak ada lagi pedang yang mampu menandingi kekuatan dan ketajaman pedang Damaskus.