Masa-masa libur panjang memang kerap dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk berlibur. Entah itu bersama teman-teman maupun keluarga, memang saat itulah waktu yang tepat untuk menyambangi tempat-tempat wisata tanah air. Kalau berbicara mengenai tempat wisata di Indonesia, tentu dari Sabang sampai Merauke memiliki andalannya masing-masing. Namun jika diminta menyebutkan salah satu kota wisata favorit, mungkin Yogyakarta adalah jawaban andalan.
Kota pelajar tersebut memang memiliki aneka macam wisata favorit, mulai dari budaya sampai alam. Dan siapapun yang mengunjungi kota gudeg tersebut pasti tidak akan melewatkan Malioboro dalam daftar mereka. Namun belakangan ini nama Malioboro santer dibicarakan oleh masyarakat. Bukan lagi tentang keunikannya, melainkan mengenai pedagang nakal yang memasang harga tak wajar untuk jualannya.
Cerita pedagang nakal tersebar di sosial media
Beberapa waktu yang lalu netizen nampaknya menyoroti Malioboro lebih dari biasanya. Pasalnya di salah satu daerah andalan wisata Yogyakarta itu lagi-lagi terdapat sebuah kehebohan. Berawal dari unggahan seorang pengguna sosial media facebook bernama Bayu E. Prasetyo mengenai harga yang harus dia bayar untuk makan di Malioboro. Tak lupa Bayu mengunggah foto dari nota makanannya di salah satu lesehan Malioboro tersebut.

Harga makanan mencapai ratusan ribu
Bila melihat nota yang diunggah Bayu, kita bisa langsung dengan jelas menengok total belanjaannya mencapai nilai Rp 490 ribu. Harga tersebut mungkin wajar bila kita makan di restoran atau jika kita mengajak banyak rombongan mencicipi kuliner lesehan tersebut. Namun di sini, sang pengunggah hanya makan bersama beberapa orang di sebuah lesehan pinggir jalan bernama ‘Lesehan Intan’. Saat dilihat rincian makanan yang dipesan, bayangkan saja harga nasi mencapai Rp 10 ribu-an padahal harga nasi normal di Jogja kebanyakan hanya Rp 2000.

Pihak penjual langsung ditindak
Saking viralnya berita ini di media sosial, tentu saja tidak butuh waktu lama untuk pihak Koordinator Keamanan dan Ketertiban UPT Malioboro memanggil si pemilik Lesehan Intan tersebut. Ternyata diketahui bahwa itu bukanlah kali pertama lesehan tersebut melakukan kecurangan serupa. Bahkan pihak UPT juga sudah mengamati tempat itu hingga dua lebaran terakhir. Oleh karena itu tanpa menunggu lagi, pihak UPT langsung menutup lesehan tersebut sampai jangka waktu yang belum ditentukan.

Kalau dipikir-pikir mungkin kita semua tahu ya bahwa harga makanan di sebuah tempat wisata memang cenderung lebih mahal. Namun ya kalau keterlaluan mahalnya tentu akan membuat wisatawan berpikir dua kali untuk memilihnya. Skorsing yang diberikan pada pihak pengelola warung mungkin bisa jadi sanksi yang tepat. Karena dengan demikian mereka akan berpikir ulang bila ingin melakukan hal serupa lagi. Ayam goreng lesehan Rp 30 ribu mah sudah menyamai yang di restoran cepat saji saja.