Diskriminasi terhadap orang-orang Tionghoa di Indonesia bukanlah hal baru. Mulai dari zaman Belanda dulu sampai pemerintahan Soeharto, orang-orang Tiongkok di sini mengalami banyak perlakuan tidak menyenangkan. Bahkan di masa Belanda dulu, mereka pernah diperlakukan seperti binatang yang dibantai sedemikian rupa hanya gara-gara menguasai ekonomi pasar. Yang miris lagi, kesan buruk tentang orang Tionghoa sedikit banyak juga rupanya masih bertahan sampai hari ini.
Tentu sikap buruk terhadap orang-orang Tionghoa ini tidak bisa dibenarkan. Apalagi kalau kita melihat fakta sejarah di mana ternyata orang-orang Tionghoa pernah berdarah-darah demi Indonesia. Salah satu buktinya adalah peristiwa 10 November 1945, di mana orang-orang Tionghoa juga ikut menyerang sekutu lewat pasukan mereka yang bernama TKR Chungking.
Tanpa banyak yang tahu, pasukan ini ternyata begitu besar perannya di pertempuran dahsyat tersebut. Seumpama mereka tidak ada ketika itu, mungkin saja Indonesia takkan bisa memberikan perlawanan yang begitu menohok kepada musuh. Lebih dalam soal TKR Chungking, berikut adalah fakta-fakta tentang pasukan Tionghoa tersebut.
Marah Saat Indonesia Diganggu, Masyarakat Tionghoa Bentuk Chungking
Kemerdekaan di bulan Agustus 1945 ternyata tidak hanya menjadi sesuatu yang sangat dinanti orang pribumi, tapi juga masyarakat Tionghoa. Alasannya tak lain karena mereka juga mengalami hal-hal buruk selama masa penjajahan. Alhasil, kemerdekaan pun jadi hal yang ditunggu.
Lantaran kemerdekaan ini begitu susah didapat, maka tentu saja orang-orang Tionghoa nggak rela kalau Indonesia kembali terjajah. Kemudian atas dasar inisiatif dan rasa cinta tanah air, kemudian mereka membentuk pasukan bernama Chungking. Pasukan ini tercatat sangat aktif melawan Sekutu dan Belanda di pertempuran Surabaya.
Kemampuan Hebat TKR Chungking
Kesannya mungkin dibikin dadakan, tapi TKR Chungking sama sekali bukan pasukan ecek-ecek. Mereka ini punya kemampuan hebat yang sering kali bikin Sekutu dan NICA kocar-kacir. Hal tersebut tertuang dalam sebuah buku berjudul Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis oleh Iwan Sentosa.
Tidak hanya punya kemampuan militer yang cukup mumpuni, TKR Chungking juga didukung oleh persenjataan bagus. Misalnya senapan Karaben 98-K, serta amor helm bernama Fritz yang diketahui berasal dari Jerman. Tidak hanya kemampuan dan persenjataan, di atas itu, ada kekuatan lain yang bikin TKR Chungking trengginas. Hal tersebut tak lain adalah semangat rela mati demi Indonesia yang juga tumpah darah mereka.
Tergabung dalam Medis dan Laskar Berani Mati
Tidak hanya tergabung di front-front depan, TKR Chungking juga tersebar di bagian penting lainnya seperti medis. Diketahui ketika itu merekalah yang menginisiasi berdirinya beberapa pos-pos pengobatan saat perang 10 November. Sayangnya, beberapa dihancurkan oleh sekutu, beserta para penghuninya.
Selain medis, tercatat juga TKR Chungking tergabung bersama para pejuang dalam laskar berani mati. Ketika itu tugas mereka adalah menyerbu benteng Sekutu yang diperkuat oleh Gurkha. Sedikit informasi, pasukan Gurkha di masa itu sangat ditakuti dunia, tapi orang-orang TKR Chungking seolah tidak peduli dan dan tanpa ragu menerjangnya.
Memerangi Kaum Sendiri Demi Indonesia
Memang ketika terjadi pergolakan 10 November itu, tidak semua orang Tionghoa ikut berjuang. Beberapa malah menjadi mata-mata Belanda. Uniknya, ketika ini terjadi, TKR Chungking turun sendiri untuk menyelesaikannya. Mereka ketika itu mengadakan semacam pembersihan terhadap kaumnya yang membelot membela Belanda dan anteknya.
TKR Chungking yang ketika itu dipimpin oleh Tse An Hui, boleh dibilang berhasil membersihkan kaum Tionghoa dari para pengkhianat-pengkhianat. Hal ini jadi bukti lain jika TKR Chungking lebih mencintai kedaulatan Indonesia daripada sukunya sendiri. Sayangnya, cerita ini nggak banyak orang yang tahu.
Seribu Tionghoa Tewas dalam Perang 10 November
Tragedi 10 November ini bisa dibilang sebagai salah satu perang terbesar pasca kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyak korban yang jatuh di pihak kita. Perkiraannya, sekitar 6 ribu – 16 ribu tentara kita tewas, termasuk juga orang-orang TKR Chungking.
Untuk Chungking, diperkirakan sebanyak seribu anggotanya meninggal dalam peristiwa penting ini. Nggak terbatas Chungking saja, banyak juga penduduk Tiongkok biasa yang tewas dalam pertempuran tersebut. Ini adalah pengorbanan besar dari mereka yang harus diketahui oleh semua orang Indonesia sebagai bukti kecintaan terhadap bangsa ini.
Adalah hal yang lucu sekali kalau ada yang bilang orang-orang Tionghoa tidak nasionalis. Padahal, mereka juga pernah berjuang demi Indonesia, termasuk memerangi kaumnya sendiri demi bangsa ini. Cerita ini layak untuk diangkat sebagai bukti jika orang-orang Tiongkok Indonesia pun berdarah merah putih.