in

 Miris! 4 Pasien Kurang Dana ini Harus Merenggang Nyawa Karena Ditolak Rumah Sakit

Seperti namanya, ‘Rumah Sakit’ memang ditujukan bagi mereka yang tengah terbaring sakit tanpa pandang status ataupun materi. Tapi nyatanya, saat ini masih ada beberapa RS yang mengabaikan fungsi utama untuk menolong sesama hanya karena masalah dana. Memang, pemerintah sudah menerapkan asuransi untuk mempermudah masyarakat untuk berobat di rumah sakit atau klinik lainnya.

Mirisnya, program yang dibuat oleh pemerintah tersebut tak banyak membantu masyarakat kecil untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan. Bahkan, tak sedikit kasus di mana pasien yang sangat membutuhkan justru ditolak dengan ragam alasan klise. Hingga saat ini, tak sedikit nyawa yang harus melayang karena keterlambatan hingga penolakan rumah sakit, berikut ini beberapa contohnya.

Uang muka kurang, bayi Debora akhirnya merenggang nyawa

Sebagai orangtua, Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang hanya bisa mengenang bayi mereka yang telah pergi. Awalnya, bayi Debora mengalami pilek selama seminggu. Tiga hari sebelum meninggal, Debora juga batuk-batuk. Khawatir karena kondisi bayinya makin parah, akhirnya Rudi dan Henny melarikan Tiara Debora ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan.

Bayi Debora meninggal [image source]
Hingga Sabtu malam, Debora terus mengeluarkan keringat dan juga sesak napas. Henny dan suami langsung melarikan Debora kembali ke rumah sakit. Bayi tersebut langsung dipasangi beragam alat, mulai monitor, infus, uap dan obat-obatan. Hingga pukul 03.30, Debora akhirnya bisa kembali bernapas dan menangis kencang. Semula Henny mengira jika anaknya sudah sembuh, namun pihak rumah sakit mengatakan jika Debora harus masuk pediatric intensive care unit (PICU), namun sayang rumah sakit tersebut tidak menerima BPJS.

Tanpa pikir panjang, Rudi segera mengurus administrasi agar putrinya bisa masuk PICU.  Di sana, Rudi disodori daftar harga yang harus dibayar, setidaknya sekitar 19.800.000. Tak memiliki uang sejumlah itu, Rudi hanya bisa membayarkan senilai 5 juta. Namun pihak rumah sakit mengembalikan uang tersebut karena dinilai tidak cukup. Meski sudah memohon, namun Debora tetap tidak bisa masuk PICU dan akhirnya meninggal dunia.

Bayi Mesiya meninggal setelah ditolak empat rumah sakit

Mesiya Rahayu, bayi berusia 15 bulan meninggal setelah ditolak empat rumah sakit di Tangerang. Bayi malang tersebut diketahui mengalami infeksi paru-paru dan terlambat mendapatkan pertolongan. Berawal dari gejala muntah dan sesak napas yang dialami Mesiya, kedua orangtuanya pun membawa bayi tersebut ke klinik setempat. Dari klinik, pasien langsung dirujuk ke RS untuk mendapatkan perawatan. Sampai di rumah sakit, ayah Mesiya mengajukan BPJS, namun tidak diterima karena BPJS yang diajukan merupakan BPJS Ketenagakerjaan.

Mesiya meninggal setelah ditolak empat rumah sakit [image source]
Akhirnya mereka mendaftar sebagai pasien umum dengan Rp. 370 ribu. Namun, tak lama kemudian pihak rumah sakit menjelaskan jika mereka tidak memiliki alat untuk menangani Mesiya. Tanpa memberi tahu harus ke mana, orangtua Mesiya harus keliling mencari rumah sakit untuk merujuk putrinya. Setelah berkeliling, Mesiya ditolak rumah sakit hingga empat kali dengan alasan penuh, penolakan tersebut juga tanpa melihat kondisi Mesiya. Akhirnya, karena telat mendapatkan pertolongan, bayi 15 bulan tersebut akhirnya meninggal.

Balita 2,9 tahun terombang-ambing dan akhirnya meninggal

Muhammad Rizky Akbar, balita berusia 2,9 tahun meninggal pada pertengahan Agustus tahun 2016 lalu. Dan lagi-lagi, penyebab meninggalnya bocah polos tersebut juga karena penolakan dari rumah sakit. Mirisnya, penolakan yang diberikan oleh rumah sakit juga terlalu klise, karena pihak RS tidak menerima BPJS. Awalnya, Rizky mengalami gejala penyakit seperti amandel. Namun, makin hari kondisinya makin memburuk, tubuhnya membiru dan kakinya membengkak.

Rizky meninggal [image source]
Orangtua Rizky melarikan bocah tersebut ke rumah sakit, dari sana diketahui jika Rizky mengalami pembengkakan jantung. Karena tidak memiliki cukup peralatan, akhirnya pihak RS merujuk ke tempat lain. Namun, setelah Rizky hanya sempat dirawat selama 20 menit dan diperbolehkan pulang. Dari sana, diketahui jika Rizky ditolak secara halus. Dari sana, Rizky beberapa kali pindah-pindak rumah sakit dan mendapat penolakan hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Mendatangi sekitar 40 rumah sakit, tak ada satupun yang bisa membantu Abbiyasa Rizal Ahnaf

Abbiyasa mengalami penyumbatan saluran pencernaan yang membuat kondisinya terus melemah. Menurut sang ayah, Edi Karno, putranya membutuhkan fasilitas pediatric intensive care unit (PICU). Namun, saat tengah membutuhkan pertolongan yang darurat, purtanya justru mendapat penolakan beberapa rumah sakit. Namun, demi kesembuhan Abbiyasa, Edi Karno tanpa kenal lelah keliling Jakarta, Depok, dan Bekasi untuk mencari rumah sakit yang bersedia menampung anaknya.

Abbiyasa Rizal semasa hidup [image source]
Setidaknya, ada 40 rumah sakit yang ia datangi, namun beberapa beralasan tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan dan sebagian lainnya memintai uang muka sekitar 10 juta hingga 30 juta rupiah lebih dulu, barulah bayi sekarat tersebut bisa ditangani. Padahal, diketahui jika warga Jalan SMP 160 RT. 02 RW. 05, Ceger, Cipayung, Jakarta Selatan tersebut memiliki Kartu Jakarta Sehat.  Lama tak mendapat pertolongan, nyawa Abbiyasa akhirnya tak bisa diselamatkan.

Dari empat kasus di atas, setidaknya kita bisa bercermin betapa mirisnya menjadi orang yang tidak memiliki dana. Dengan meledaknya kisah-kisah miris di atas, semoga pihak rumah sakit di mana pun itu bisa lebih peka dengan kondisi orang-orang yang membutuhkan.

Written by Nikmatus Solikha

Leave a Reply

Dari Knalpot Racing Hingga Tas Carier, 5 Mahar Pernikahan Unik Ini Dipilih Pasangan Pengantin yang Berhobi Sama

10 Slentingan Nyeleneh Komentator Sepakbola yang Ramaikan Pertandingan, Lucu Banget