Categories: Tips

Pasar Serikin, Pusat Perbelanjaan di Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Isinya Pedagang WNI

Indonesia dan Malaysia memiliki 2.019 kilometer perbatasan darat di kawasan Kalimantan. Dari panjangnya perbatasan ini, pos penjagaan dan jalan resmi hanya ada beberapa buah saja. Selebihnya adalah jalanan tidak resmi dan minim sekali penjagaan baik dari satuan imigrasi Indonesia dan Malaysia.

Salah satu kawasan perbatasan antara kedua negara yang tidak resmi adalah kawasan Jagoi (Indonesia) dan Serikin (Malaysia). Di kawasan ini penduduk di perbatasan yang berasal dari Indonesia bisa lalu lalang untuk melakukan banyak aktivitas yang salah satunya adalah berdagang di Pasar Serikin yang oleh Pemerintah Malaysia dianggap sebagai destinasi wisata unggulan.

Masih tentang Pasar Serikin, yuk kita simak seperti apa suka duka penduduk Indonesia di perbatasan yang sampai menjadi pedagang di pasar ini.

Pasar Serikin dan Kehidupannya

Pasar Serikin adalah sebuah pasar tradisional yang hanya buka saat akhir pekan saja. Pasar ini mulai buka pada Sabtu pukul 07.00 pagi dan tutup pada siang hari pukul 13.00. Pasar akan kembali buka esok harinya di waktu yang sama dan tutup selama lima hari sesudahnya. Senin hingga jumat tidak ada pedagang di sini kecuali pedagang sayuran yang mulai berdagang sejak kamis pagi.

pasar Serikin dan kehidupannya [image source]
Saat malam menjelang, kawasan Pasar Serikin hanya akan diisi oleh pedagang atau warga yang ingin mencari makan. Selebihnya hanya akan ada semacam pub kecil yang isinya para penyanyi dangdut dari Indonesia. Rata-rata mereka berasal dari Bandung dan selalu berpakaian cukup berani dan dandanannya cukup menor.

Tempat Bekumpulnya Pedagang Indonesia

Berkebalikan dengan lokasi pasarnya, kawasan Pasar Serikin justru banyak diisi oleh WNI. Mereka datang sejak jumat malam lalu bermalam di kamar-kamar yang disewakan oleh penduduk lokal. Kamar ini biasanya digunakan oleh pedagang untuk beristirahat dan menyimpan dagangannya dengan tarif sekitar RM 50-70 setiap minggunya.

barang kerajinan dari Indonesia [image source]
Saat sabtu pagi akhirnya tiba, para pembeli yang berasal dari kawasan Kota Bau akan datang. Dengan waktu tempuh hanya 1 jam saja, pasar ini dipenuhi oleh pembeli dan pelancong dari Malaysia. Penjual yang ada di sini rata-rata bisa berbahasa Malaysia karena sudah sejak lama menawarkan barangnya kepada pembeli Malaysia. Bahkan jika dilihat sekilas semua orang di sini seperti penduduk Malaysia.

Lebih Akrab dengan Malaysia dan Uangnya

Satu hal yang sangat disayangkan dari keberadaan Pasar Serikin ini adalah akrabnya warga Indonesia dengan Malaysia. Bagi mereka, kawasan ini sudah seperti rumah sendiri. Untuk masalah infrastruktur, kawasan Serikin lumayan memadai untuk tinggal ketimbang perbatasan yang ada di wilayah Indonesia yang memiliki keadaan cukup memprihatinkan.

tugu perbatasan [image source]
Penduduk perbatasan menggunakan ringgit sebagai mata uangnya. Apa saja dijual dan dibeli dengan mata uang Malaysia itu. Saat Idulfitri tiba, penduduk di Indonesia akan melakukan perjalanan ke Kota Bau. Di sana mereka akan membeli pakaian baru dan jajan khas Malaysia yang kelak di bawa ke Indonesia untuk dipakai dan dimakan bersama-sama.

Mengais Rezeki di Negeri Orang

Alasan yang mendasari kenapa banyak warga Indonesia datang dan berjualan di sini adalah masalah ekonomi. Di kawasan perbatasan di Indonesia mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan berpenghasilan tetap. Akhirnya mereka memilih untuk hijrah ke kawasan inti untuk mendapatkan banyak rezeki. Dalam sehari, pedagang di sini bisa mengantongi keuntungan hingga RM 1.000 atau setara 3 juta rupiah.

mengais rezeki d negeri orang [image source]
Keberadaan penduduk Indonesia yang menjual barang kerajinan khas daerahnya membuat penduduk Malaysia senang. Mereka tidak segan memborong barang kerajinan dan juga sayuran yang dijual penduduk perbatasan ini. Hubungan timbal balik antara penduduk Indonesia dan Malaysia ini membuat Pasar Serikin terus ramai dan menjadi destinasi unggulan di Malaysia.

BACA JUGA: Menjelajahi Bukit Soeharto, Kawasan Hutan di Kalimantan Timur yang Kerap Meminta Tumbal

Melihat keadaan ini pemerintah kita sudah sepantasnya merasa miris. Jika saja penduduk di perbatasan lebih diperhatikan mereka tidak akan hijrah ke negara tetangga. Bagaimana jadinya kalau penduduk ini mau bergabung ke Malaysia karena masalah kesejahteraan?

Share
Published by
Adi Nugroho

Recent Posts

4 Kontroversi Seputar Doktif yang Kerap Bongkar Produk Skincare Overclaim

Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…

1 week ago

Serba-serbi Tol Cipularang yang Kerap Makan Korban, Mitos hingga Sejarah Pembangunan

Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…

2 weeks ago

4 Live Action Paling Booming di Netflix, Bisa Jadi Teman Malam Minggu

Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…

2 weeks ago

Fenomena Joged Sadbor yang Ubah Nasib Warga jadi Kaya, Benarkah Disawer Judol?

Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…

3 weeks ago

Pengusaha Budidaya Jamur Tiram Modal 100 Ribu Bisa Dapat Omzet Puluhan Juta Sekali Panen

Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…

3 weeks ago

6 Tahun Merawat Suami Lumpuh Sampai Sembuh, Perempuan Ini Berakhir Diceraikan

Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…

3 weeks ago