in

Satu-satunya di Dunia, Transaksi di Pasar Temanggung Ini Hanya Boleh Pakai Uang Bambu

Tidak salah memang Indonesia menjadi primadona di mata dunia, tak hanya alamnya saja yang indah, budaya di setiap daerah pun ada beragam. Salah satunya adalah tradisi jual beli yang ada di Temanggung. Tempat jual beli yang disebut sebagai Pasar Pring ini membuat banyak orang penasaran karena sistem transaksinya.

Ya, di mana-mana kamu tentu menjumpai pasar yang jual-belinya menggunakan uang bukan? Namun, beda halnya dengan Pasar Papringan. Sesuai dengan namanya, di pasar yang terletak di Dusun Ngadiprono Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung ini transaksinya memakai uang bambu loh. Enggak percaya? Simak deh ulasan berikut!

Penjual dan pembeli di Pasar Papringan [Sumber gambar]
Unik memang, Pasar Papringan ini hanya buka pada setiap dua kali dalam sebulan (Minggu Wage dan Minggu Pon) mulai pukul 6 pagi, sampai semua dagangan laku. Kalau mau berkunjung ke sana, jangan terlalu siang ya, karena di atas jam 10 dagangan sudah mulai ludes. Mengenai mata uang bambu, sebelum masuk dan berbelanja, pengunjung terlebih dahulu menukarkan uang rupiah dengan uang bambu (pring) di stand yang sudah panitia sediakan.

Per satu mata uang pring dihargai 2 ribu rupiah. Mata uang bambu yang sudah ditukarkan dengan rupiah tersebut tak bisa dikembalikan jika tidak habis. Intinya, calon pembeli harus membuat rincian apa saja yang harus dibeli sehingga nantinya tak ada kelebihan uang. Di pasar tersebut, kebanyakan yang dijual adalah makanan tradisional. Menurut Bu Ela selaku Koordinator Keuangan, ada sekitar 140 makanan jadul yang dijajakan di Pasar Papringan.

Uang Pring [Sumber gambar]
Ya, seperti namanya, Pasar Papringan dulunya adalah tempat yang angker. Lahan kosong yang dipenuhi bamboo itu tak jauh dari pemakaman dan tempat pembuangan sampah. Karena hal tersebutlah, muncul pemikiran kreatif sang founder, Singgih Susilo Kartono untuk menyulapnya menjadi tempat yang indah, dan hal tersebut memang terwujud dengan adanya Pasar Papringan. Pasar ini didesain oleh seorang pria Thailand. Yang menjadi keunikan tersendiri di bagian tengah pasar ada lintasan berbentuk angka 8, yang konon sebagai simbol keberuntungan.

Tempat bermain dan belajar budaya [Sumber gambar]
Selain pasar tempat berjual beli, ada pula pertunjukkan kesenian daerah seperti gamelan, ruang baca dan tempat bermain bagi anak-anak. Keberadaan pasar ini pun sebagai bentuk nyata pemberdayaan terhadap masyarakat desa sekitar untuk memajukan ekonomi sekaligus menjaga kearifan desa. Semua yang ada di sana adalah ‘dari masyarakat dan kembali ke masyarakat sendiri’. Adanya pasar juga tak merusak lingkungan karena segala yang dijual oleh para pedagang bebas plastik.

BACA JUGA: Pasar Bisu, Tempat Jual Beli di Sumatera Barat yang Tak Berbicara Sedikitpun

Untungnya lagi, karena banyak yang penasaran dengan keberadaan Pasar Papringan ini, ia kemudian menjadi tempat wisata yang dikunjungi oleh para turis, baik lokal maupun dari mancanegara. Jika  mungkin kamu kepo dan ingin tau lebih banyak tentang Pasar Papringan ini, kamu bisa cek langsung di akun Instagramnya @pasarpapringan. Di jamin deh, kamu enggak bakalan menyesal.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Gaji Wasit di Italia Ternyata Buat Upah Pengadil Lapangan Indonesia Tidak Ada Apa-apanya

Gara-gara Usia Pernikahan, 5 Artis Ini Malah Disebut Hamil di Luar Nikah