Ada banyak gunung yang ada di pulau Bali, tapi dari sekian ini Gunung Agung merupakan salah satu yang paling dikeramatkan masyarakat sana. Karenanya, gunung yang juga menjadi daya tarik Bali di mata pelancong ini tak bisa sembarangan dijejaki. Ada beberapa peraturan adat yang harus ditaati baik oleh pengunjung dari sekitar Bali, masyarakat dari daerah lain di Indonesia, bahkan pengunjung dari luar negeri. Intinya, semua orang harus menaati aturan ini.
Ada beberapa peraturan dan pantangan yang harus dicatat baik-baik para pengunjung. Sebab jika sampai lalai, bukan hanya penderitaan yang akan datang bertubi-tubi. Tapi bisa juga keselamatan diri akan terancam. Karenanya, yuk ikuti beberapa aturan berikut ini.
Dilarang Mendaki Setelah Kerabat Atau Saudara Meninggal
Seorang pendaki yang keluarga dekat seperti orang tua, anak, atau sepupunya baru saja meninggal, dilarang untuk menaiki gunung Agung. Komang Kayun, koordinator pendaki mengungkapkan jika dalam hal ini pendaki sedang dalam keadaan bersedih. Setidaknya bagi pendaki yang anaknya baru meninggal (dengan cara biasa, misal sakit) baru boleh naik gunung Agung setelah 21 hari sejak pemakaman. Namun berbeda bagi anak yang meninggal dengan cara bunuh diri misalnya, harus menunggu hingga 42 hari pasca penguburan. Lain halnya jika yang meninggal orang tua, maka masa berkabung hanya 11 hari saja.
Dilarang Mendaki Saat Datang Bulan
Hampir setiap tempat sakral di Bali tidak memperbolehkan wanita haid untuk memasuki area tersebut. Pun begitu dengan gunung Agung yang disucikan oleh masyarakat. Selain alasan tersebut, perempuan yang haid atau menstruasi cenderung sulit mengontrol emosi dan ketahanan tubuh menurun. Tak hanya itu, faktor kebersihan lingkungan dan badan si wanita pun perlu diperhatikan sebab di gunung pun akan sulit melakukan aktivitas bersih diri yang amat dibutuhkan saat haid. Sekian hal di atas cukup sebagai alasan kuat agar wanita haid membatalkan keinginan untuk mendaki. Menurut pengalaman beberapa orang yang nekat ke tempat sakral di saat haid, beberapa kemudian jatuh sakit dan ada juga yang mengalami hal mistis seperti kerasukan.
Dilarang Membawa Daging Sapi
Pendaki gunung juga tidak diperbolehkan mendaki dengan membawa daging sapi. Meski begitu, ada pendaki yang masih kucing-kucingan dan nekat membawa. Menurut Komang Kayun, pelanggaran semacam ini membawa dampak yang terkadang di luar nalar dan berbau mistis. Komang Kayun mengaku seringkali melihat kejadian aneh saat seorang pendaki membawa daging sapi, contohnya tiba-tiba muncul angin kencang di sekitarnya. Alhasil, rombongan pun tertahan dan tak bisa berjalan seolah dihalangi angin. Dan perlu diingat saat membawa makanan lain, jumlahnya harus genap.
Tidak Boleh Asal Mengambil Mata Air Di Gunung
Di gunung ini, terdapat sumber mata air yang terdapat di jalur pendakian dari Pura Besakih ke Gunung Agung. Berbeda dari sumber air pada umumnya, tempat tersebut dianggap suci oleh masyarakat setempat. Karenanya, pengunjung dilarang menggunakannya secara sembarangan. Jika ingin minum atau menggunakan, pendaki harus melakukan ritual bersembahyang terlebih dahulu. Namun untuk pendaki yang beragama non Hindu, maka bisa diwakilkan oleh guide yang menemani.
Dilarang Memakai Baju Berwarna Merah dan Hijau
Tak kalah penting untuk diperhatikan adalah warna pakaian. Sebab saat menaiki Gunung Agung, seseorang dilarang untuk memakai baju berwarna merah dan hijau. Memang belum diketahui dengan jelas alasan larangan tentang warna pakaian ini. Namun, demi keamanan sebaiknya diikuti.
Itulah kelima pantangan yang tidak boleh dilanggar ketika hendak mendaki Gunung Agung. Demi keselamatan, tak ada salahnya mengikuti aturan adat yang berlaku di masyarakat sekitar. Toh, demi kenyamanan dan keamananmu dalam menikmati keindahan. Ya, semoga Gunung Agung segera kembali normal dan dapat didaki pecinta gunung seperti sedia kala.