Ada kabar baik nih buat kamu yang udah lama ngidam produk branded yang masuk kategori barang mewah. Yup, dalam waktu dekat pemerintah akan menghapuskan PPnBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah) untuk barang kategori mewah. Asik banget, kamu nggak perlu ngumpulin lebih banyak uang nih karena dipastikan beberapa produk mahal akan dibanderol lebih murah setelah pajaknya dihilangkan.
Nggak semua yang masuk kategori barang mewah dihapuskan sih pajaknya. Hanya khusus untuk barang-barang elektronik semisal pendingin ruangan, mesin cuci, microwave dan alat rumah tangga lain. Aksesoris juga masuh tuh, termasuk tas atau pernik outfit branded yang lain. Buat kamu yang pengen gitar atau keyboard bermerek, pemerintah juga bakal menghapuskan pajaknya nih untuk instrumen musik serta sport.
Kesannya emang positif banget sih, para konsumen udah nggak perlu lagi ragu untuk membeli barang-barang branded. Namun, ada pula dampak yang kurang menyenangkan pastinya, terutama bagi produsen dalam negeri. Well, ada beberapa hal yang harus kamu tahu tentang dampak dari penghapusan pajak barang mewah ini. Simak yuk!
1. Mendorong Masyarakat Makin Konsumtif
Masyarakat Indonesia khususnya kaum hawa paling nggak bisa lihat yang barang murah, apalagi kalau mereknya terkenal. Penghapusan pajak barang mewah ini udah pasti bakal membuat daya beli masyarakat terhadap barang branded makin melonjak. Mungkin kalau dulu bakal pikir-pikir dulu tuh, kali ini buyer bakal lebih leluasa.
Dampak naiknya daya beli masyarakat ternyata juga bakal berimbas positif tuh untuk perekonomian secara nasional. Meskipun tentunya lewat proses yang berkesinambungan. Ini juga jadi solusi yang pas buat pemerintah, secara mereka kehilangan nilai pajak menggiurkan dari barang mewah tersebut. Sebelum dihapuskan sih, pemerintah bisa mengantongi hingga Rp 900an miliar pertahun. Jumlah ini pastinya bakal turun drastis setelah regulasi penghapusan tersebut direalisasikan.
2. Bye-Bye Barang Ilegal
Bagi mereka yang berduit sih sama sekali nggak masalah ketika membeli barang branded berpajak tinggi. Tapi, buat beberapa orang yang ngidam tapi minim saldo, nggak ada cara lain tuh selain membeli secara ilegal. Kemasannya sama, hanya saja harganya lebih murah lantaran lewat jalur belakang tanpa pajak. Nah, setelah regulasi ini diberlakukan maka otomatis bakal nggak ada lagi tuh barang ilegal.
Kenapa masih minat barang ilegal kalau kamu bisa mendapatkannya dengan cara halal yang harganya sama? Dampak dari regulasi ini pun positif banget untuk mengurangi aksi importir ilegal yang udah merugikan negara dengan jumlah nominal yang nggak sedikit.
3. Banjir Impor
Banyak barang mewah nggak kena pajak. Artinya? Para produsen merek branded tersebut udah nggak ragu lagi mengirim banyak barang produksinya ke Indonesia. Hal ini pun bakal berpengaruh terhadap aktivitas impor yang makin greget. Ketika persediaan barang melimpah, hal ini pun tentunya bakal bermanfaat juga bagi para konsumen.
Yup, masyarakat bakal punya banyak pilihan variasi produk nih. Buat jangka panjangnya, supply barang bakal aman dan mungkin aja bakal semakin murah harganya. Untungnya kembali lagi buat konsumen.
4. Industri Lokal Jadi Ketar-Ketir
Selama ini masyarakat memilih barang produksi lokal sebagai imbas dari mahalnya produk branded yang kena pajak. Nah, gimana jadinya kalau sekarang pajaknya dihapus? Tentu aja berpotensi mematikan bisnis lokal tuh. Kalau bisa bersaing secara kualitas dan dibanderol dengan harga bersaing sih pasti masih bisa bertahan.
Masalahnya banyak produksi lokal yang quality-nya di bawah standar barang branded. Kalau nggak bisa mengimbanginya, pasti menimbulkan dampak yang lumayan. Tabiat orang kita gitu sih, minat banget sama barang branded. Mahal aja diborong, apalagi pajaknya dihapus. Bisa berpotensi menenggelamkan keberadaan barang lokal.
Penghapusan PPnBM harus tampaknya akan mengundang reaksi dari berbagai pihak. Emang sih bikin daya beli masyarakat makin naik. Namun ternyata juga punya dampak yang nggak main-main terhadap industri lokal. Bagaimana menurutmu? Harus senang lantaran barang branded bakal murah, atau miris melihat nasib para pebisnis lokal yang kembang kempis bersaing produk import?