Kalau di Indonesia, kita punya Pagit-pagit, makanan Suku Batak Karo, Sumatra Utara yang bahannya dari sisa rumput usus sapi yang diolah menjadi makanan enak dan nagih. Nah, di Filipina ternyata lebih parah lagi. Makanan bernama Pagpag ini bahan bakunya diambil dari sisa makanan yang sudah menjadi sampah.
Jika dinilai masih layak dimakan, sisa tersebut akan diambil dan dicuci bersih, kemudian diolah lagi lengkap dengan racikan bumbu agar nikmat. Mungkin, sekilas terdengar menjijikkan, tetapi beda lagi halnya dengan mereka yang berada dalam himpitan ekonomi di luar sana. Agar lebih mengenal Pagpag, yuk lihat lebih dalam lagi mengenai makanan satu ini.
Pagpag sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk debu yang melekat pada pakaian atau karpet. Namun, masyarakat Filipina menggunakan kata itu khusus untuk menyebut daging sisa (ayam atau sapi) yang dibuang oleh restoran dan kedai makanan fastfood. Para kuli pemburu Pagpag akan bergerak dari jam 4 subuh menuju tempat pembuangan sampah. Karena pada jam tersebut, para pemilik kedai akan membuang makanan sisa mereka.
Menjadi kuli ataupun orang yang menjual Pagpag yang siap makan keduanya bisa mendatangkan keuntungan. Para kuli pencari Pagpag mendapat gaji sebesar US$ 6 (sekitar 80 ribu rupiah) selama seminggu setelah bahan Pagpag-nya laku terjual. Daging sisa ini bisa dijual kembali ke penadah sebesar 50 sen (7-8 ribu rupiah) per kantongnya. Selanjutnya, penadah akan memulai mencari bahan-bahan ketika sudah mendapat daging tersebut dan menyulapnya menjadi makanan enak. Pagpag yang sudah dimasak dan siap makan harganya akan lebih mahal lagi. Per porsinya bisa dibanderol dengan 20 sen (2500 rupiah).
Pagpag ini tercipta karena masih banyaknya masyarakat yang berada dalam himpitan ekonomi yang sulit. Mereka rela melakukan apapun untuk bisa bertahan hidup, salah satunya adalah tetap kenyang dengan makan Pagpag yang notabenenya murah meriah. Hidangan ini pun menjadi pengganti makanan pokok dari daging yang sulit didapat karena harga yang mahal. Dengan adanya makanan ini, penduduk mengaku bahwa kehidupan mereka sedikit terbantu. Berysukurlah jika kita masih bisa membeli daging dan makanan santapan yang layak dan bersih.
Namanya juga makanan sampah, itu berarti daging ini sebelumnya sudah dimakan oleh orang lain bukan? Pemerintah setempat sudah mengingatkan jika makanan sisa ini mengandung bakteri Salmonella, yang bisa mendatangkan berbagai penyakit seperti Hepatitis A serta berbagai penyakit serius lain. Namun, apa mau dikata, Pagpag tetap populer dan para penikmatnya yakin makanan ini aman dikonsumsi karena dicuci lalu dimasak dengan suhu tinggi. Bahkan, mereka menyebut Pagpag sebagai makanan bergizi tinggi dan lezat.
BACA JUGA: 5 Rumah yang Tidak Takluk Oleh Penggusuran
Mereka melakukan hal tersebut boleh jadi karena sudah tidak memiliki pilihan lain. Karena tak punya uang, miskin, jadi asal perut bisa kenyang semua masalah rasanya sudah teratasi. Dengan itu, semoga kita lebih bisa menghargai makanan, jangan sampai menyia-nyiakan apalagi mengeluh dengan apa yang kita makan.
Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…
Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…
Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…
Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…
Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…
Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…