Tahta, satu di antara tiga penyebab yang bisa membuat seseorang gelap mata dan lupa dunia. Pesta demokrasi yang akan diselenggarakan 17 April mendatang membuat was-was banyak caleg yang mencalonkan diri untuk maju merebut kursi dewan. Dari jauh-jauh hari bahkan mereka sudah berkampanye di sana-sini untuk mendapat simpati rakyat.
Sayang, kadang jerih payah tidak mendapat balasan yang setimpal. Alih-alih menang dan jadi pemimpin, banyak sekali caleg gagal yang tertuntun stress hingga masuk rumah sakit jiwa. Nah, di sinilah Padepokan Al-Bustomi berperan. Tempat anti-galau ini biasanya selalu ramai pasca pemilu karena banyak caleg yang meminta disembuhkan jiwa mereka yang terlanjur tak terima dengan kekalahan. Yuk, kita lihat seperti apa padepokan ini.
Caleg gagal yang biasanya masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Jika Sahabat iseng googling ‘caleg stress karena gagal terpilih’, maka tidak akan terhitung berapa banyak berita yang muncul di internet. Bukan hanya dalam beberapa tahun ke belakang saja, kejadian ini sudah berlangsung dari belasan tahun lalu. Ulah para caleg ini bermacam-macam, dari telanjang di jalanan, mengambil kembali sumbangan yang pernah diberikan untuk sebuah instansi, teriak-teriak tak karuan, hingga berakhir di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Penyebabnya apalagi kalau bukan uang. Ya, sudah susah payah keluar biaya ratusan juta hingga miliaran untuk kampanye, nyatanya yang diperoleh tak lain kepahitan gagal terpilih, stress deh~
Diasuh oleh Ustaz Ujang Busthomi
Padepokan anti-galau Ustaz Ujang Busthomi ini terletak di daerah Kenari, Sinarrancang, Mundu, Cirebon, Jawa Barat. Ia lahir tak lain atas banyaknya orang-orang dari berbagai partai politik yang masuk ke panti rehabilitasi karena gangguan jiwa. Oleh karenanya, lewat metode ruqyah, Ustaz Ujang berbaik hati ingin membantu agar si caleg gagal kembali sehat walafiat walaupun isi kantong terkuras habis. Padepokannya ini selalu dipastikan ramai pasca pemilihan umum dan penghitungan suara resmi dari KPU. Kita lihat saja nanti ya Sahabat, seberapa ramai tempat ini setelah pemilu?
Ustaz yang tidak punya background pendidikan psikologi
Untuk menangani orang yang terganggu mentalnya, sudah pasti sang ahli harus paham seluk beluk terkait ilmu psikologi bukan? Namun, anehnya, Ustaz Ujang mengaku tidak punya background pendidikan di bidang psikologi atau psikiatri, lebih-lebih pemahaman soal politik. Satu-satunya yang membuat ia cukup percaya diri adalah ilmu agama yang mumpuni dan dirasa bisa membantu menangani orang-orang stress yang menjadi klien-nya, seperti yang terlansir di laman Vice.com.
Cara menyembuhkan kembali caleg yang terlanjur hilang kesadaran
Lalu, bagaimanakah caranya Ustaz Ujang ‘menyembuhkan’ pasiennya? Metode apa yang ia pakai sehingga namanya sudah dikenal oleh banyak orang? “Saya mencoba membantu mereka lewat doa dan transfer energi. Energi negatif dalam diri mereka dihilangkan, diganti dengan energi positif. Setelah itu mereka istirahat,” ujar sang ustaz, melansir Vice.com. Ya, seperti yang kita ketahui bahwa kuatnya tradisi keislaman yang ada di Indonesia menjadikan ruqyah sebagai salah satu metode pengobatan populer yang lebih dipercayai dibandingkan perdukunan. Ketika meruqyah, yang dibaca tentu bacaan ayat Quran yang pasti tidak menyekutukan Tuhan.
Prediksi caleg gagal di tahun 2019
Pada tahun 2014, jumlah anggota legislative yang maju ke medang perang ada sekitar 200 ribu orang, sedangkan kursi yang diperebutkan hanya 19.699 saja. April 2019 mendatang, kembali ratusan ribu caleg akan saling geser demi 20.528 kursi yang tersedia. Dari ststistika tersebut, itu artinya akan ada sekitar 90% dari mereka yang akan merasakan pahitnya kegagagalan. Masalah selanjutnya, apakah ratusan ribu orang tersebut siap gagal? Jika tidak, RSJ, panti rehabilitasi, serta padepokan Ustaz Ujang akan kembali ramai.
BACA JUGA: Inilah 4 Kelakuan Nyeleneh Para Caleg, Ada yang Sampai Stress dan Sakit Jiwa
Faktor utama yang membuat angka caleg stress selalu bertambah setiap tahun adalah ketidaksiapan sang caleg untuk menang apalagi kalah. Rupiah yang digelontorkan terlanjur banyak, entah itu didapat dari menggandaikan surat berharga, menjual barang, atau mungkin hasil ngutang tetangga, yang jelas saat kalah uang tersebut harus dipikirkan dan dibayar hingga lunas.