Konflik antara Palestina dan Israel tak kunjung usai dan terus berlanjut. Kedua negara ini sudah melakukan gencatan senjata sejak abad ke-20 hingga hari ini. Akar masalahnya adalah kedua negara sama-sama ingin mendirikan negara di atas tanah yang sama. Perang yang berlangsung sudah menewaskan banyak sekali nyawa manusia, namun keduanya sama-sama kuat dalam memperjuangkan keinginan mereka.
Berbicara tentang peperangan ini, Palestina memiliki beberapa organisasi yang siap berperang melawan Israel, bahkan sampai titik darah penghabisan. Organisasi ini adalah bentuk perlawanan yang terus dilakukan oleh warga negara Palestina. Organisasi apakah itu? Simak ulasan berikut.
Fatah atau Harakat al-Tahrir al-Filistiniya
Berdiri pada akhir tahun 1950-an, Fatah atau Harakat al-Tahrir al-Filistiniya merupakan Gerakan Pembebasan Palestina. Sayap militer utamanya adalah Al-Asifah atau Sang Badai. Al-Asifah ini berada di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan juga punya basis di sejumlah negara Arab. Salah satu tokoh yang sangat terkenal adalah Yasser Arafat.
Yasser sendiri pernah menjadikan Fatah sebagai organisasi politik, sebelum akhirnya menempuh jalur diplomatik dan bernegoisasi dengan Israel. Pada tahun 1990-an, Yasser mengakui Israel sebagai negara. Meski begitu, Yasser tetap berjuang keras agar Palestina bisa mendapatkan status yang sama dan keduanya bisa hidup berdampingan.
Intifada, telah ada sejak tahun 1980-an
Intifada muncul pertama kali pada tahun 1987. Hal itu bermula saat warga Israel menabrak sebuah mobil yang membawa pengungsi Palestina di Jabalya di jalur Gaza. Keempat orang di dalam mobil tersebut tewas. Warga awalnya melakukan perlawanan dengan demonstrasi, lalu berlanjut ke boikot massal dan penolakan bekerja di Israel. Tak hanya itu, mereka juga memanfaatkan bom molotov untuk menyerang pihak Israel. Namun, sebenarnya sebelum gerakan Intifada ini muncul, hubungan Israel dan Palestina sudah buruk.
Perlawanan ini berlangsung selama kurang lebih 6 tahun. Semua berakhir saat Yasser Arafat mengakui bahwa Israel juga berhak menjadi negara. Intifada kedua muncul lagi pada tahun 2000-an. Saat itu Ariel Sharon, seorang politikus Israel, berkunjung ke Al-Aqsa yang dianggap suci oleh warga Palestina. Bagi mereka, langkah Ariel ini merupakan hal yang provokatif. Terakhir, Intifada kembali terjadi saat Donald Trump mengakui bahwa Yerussalem adalah ibu kota Israel.
Hamas, yang menganggap Israel sebagai negara ilegal
Hamas sendiri adalah kependekan dari Harakat al-Muqawamah al-Islammiya atau Gerakan Perlawanan Islam. Hamas berdiri setelah Intifada pertama di Gaza pada 1987. Tujuannya tentu mendirikan negara Palestina dan merebut kembali wilayah yang dikuasai oleh Israel. Organisasi ini menyediakan bantuan sosial kepada warga Palestina yang membutuhkan.
Pada tahun 2005 lalu, Hamas menjadi partai politik dan berhasil mengalahkan Fatah (yang saat itu dipimpin oleh Abbas). Saat ini, Hamas menguasai Jalur Gaza dan terus melawan Israel dengan jalur militer. Perbedaannya dengan Fatah adalah, Hamas benar-benar menganggap Israel sebagai negara yang ilegal dan merebut hak warga Palestina.
Palestinian Liberation Organization (PLO)
Berikutnya adalah Palestinian Liberation Organization (PLO). PLO merupakan badan perwakilan warga Palestina yang dibentuk oleh Liga Arab pada tahun 1964, sebagai bentuk respon tren radikalisme melawan Israel. Anggota PLO terdiri dari mahasiswa, partai politik, hingga buruh.
Sejak awal berdiri, PLO dikuasai oleh Fatah. Tampuk kekuasaan PLO di Palestina menurun setelah Hamas, yang bukan anggota PLO, menang dalam pemilu pada 2006 dan memerintah di Jalur Gaza. Sikap politik PLO pun secara umum mengikuti posisi yang diambil oleh Fatah.
BACA JUGA: Cerita Ambulans Kota Padang yang Dipakai di Palestina, Ini Faktanya
Nah, itulah organisasi penting yang ada di Palestina. Mereka semua mempunyai misi yang sama, yakni mendirikan negara Palestina. Sehingga tak lagi berada di bawah tekanan dan diperangi oleh Israel. Orang-orang yang tergabung dalam organisasi ini pun siap memerangi Israel sampai titik darah penghabisan mereka.