Tak bisa dipungkiri kalau Suriname menjadi salah satu saudara jauh dari orang-orang Jawa. Semua tidak terlepas dari sejarah zaman dulu saat banyak orang dari nusantara yang bekerja di sana. Sebagian telah kembali ke tanah air, namun ada juga yang menetap lama bahkan sampai sekarang sudah punya keturunan di sana.
Namun siapa sangka kalau suku Jawa tidak sendiri, pasalnya ternyata ada pulang orang-orang Garut yang dibawa di sana. Mirip dengan nasib keturunan Jawa, diperkirakan mereka juga sudah punya banyak penerus yang hidup di sana. Lalu benarkah hal itu? Naratasgaroet dan bebrapa sumber, simak ulasan berikut.
Suku Jawa tak sendiri, ada sejarah Garut di Suriname
Selama ini mungkin kita mengenal kalau Suriname adalah sebuah negara yang terdapat banyak keturunan suku Jawa yang menetap di sana. Itu bukan hal yang aneh mengingat memang pada masa penjajahan dulu banyak darinya yang sengaja dibawa ke sana untuk dijadikan kuli.
Namun siapa sangka kalau ternyata juga banyak orang dari Garut yang ternyata juga diboyong di sana. Mirip dengan orang Jawa, mereka dipindahkan ke Suriname sebagai seorang kuli diperkebunan atau sektor lainnya. Meskipun jumlahnya tak terlalu banyak, namun banyak bukti yang menunjukkan kalau memang ada jejak orang-orang Garut di sana.
Artasin bin Ardjiman si orang Garut pertama
Awal mula diketahuinya ada jejak orang Garut di sana diketahui dari National Archief atau arsip nasional Belanda. Ya, diketahui kalau Artasin bin Ardjiman adalah orang pertama asal Garut yang menjajakkan kakinya di negara Suriname. Pria ini sendiri adalah seorang kuli kontrak milik H.I. van Schouten, mulai dari tanggal 16-6-1894 dan berakhir tanggal 16-6-1899.
Meskipun tahun kontraknya sudah jelas, namun Artasin memilih untuk pulang tahun 1912, entah apa kegiatan yang dilakukan selama tahun-tahun lepas kontrak, tidak ada yang tahu. Namun setelah kembalinya kuli ini ke tanah air, sepertinya malah membuat orang Garut lain jadi ingin juga mencoba peruntungan di Suriname.
Setelah Artasin munculah gelombang selanjutnya
Seperti yang telah diketahui, kembalinya Artasin ke kampung halaman ternyata menarik minat para kuli lain. Awal mula hanya ada enam orang yang dikirim ke sana sebagai gelombang awal kuli Garut ke Suriname. Baru setelah 1926 dan seterusnya, selama 10 tahun para kuli yang pergi ke Suriname jadi semakin banyak.
Barulah pada tahun 1939 menjadi sebuah akhir dari para kuli asal Garut ini dikirim ke sana. Diperkirakan sudah ada ratusan orang kuli yang memilih untuk mencari pendapatan di sana, bahkan ada pula yang menetap meskipun masa bekerjanya sudah habis.
Kehidupan para kuli di sana dan kisah beberapa yang tak pulang
Masalah kehidupan di sana, mereka diperlakukan seperti pekerja biasa, meskipun akhirnya harus dipisah-pisah. Selain itu, para kuli ini diberikan hak membuat aturan sipil sendiri dan mengembangkan adat dari negeri asal. Sedangkan masalah pendidikan memang ada namun sayang harus dibatasi karena takut jika para kuli terlalu pintar maka akan memilih untuk kerja di kota.
Uniknya dalam 189 orang yang pergi ke sana, 73 orang sudah kembali sedangkan 15 orang lainnya tak diketahui kabarnya. Tapi 101 orang sisanya diperkirakan menetap di Suriname sana dan mungkin memiliki keturunan hingga saat ini. Bisa dibilang nasibnya mirip dengan para diaspora jawa.
Ternyata tidak hanya suku Jawa yang tersebar seantero dunia. Ada orang-orang dari suku yang berbeda juga bisa dtemui di berbagai negara. Satu per satu sejarah akan terkuak dan membuktikan orang Indonesia memang mendunia.