in

4 Orang Kekurangan Ini Masih Mau Bantu Sesamanya, Sungguh Mulia

Sudah biasa jika orang-orang kaya bersifat dermawan dan mempergunakan sebagian hartanya untuk menolong sesama. Tapi kalau orang miskin yang tak banyak harta, malah mati-matian menolong sesamanya, ini yang istimewa. Padahal kita tahu, orang yang sudah kaya pun kadang enggan peduli pada orang lain.

Namun beberapa orang tak berada ini, dianugerahi Tuhan hati yang baik, hingga dalam keadaan susah pun masih bersedia meringankan beban orang lain. Tak hanya itu, meski penghasilan mereka tak cukup untuk makan enak, sebagian masih disisihkan untuk menolong yang membutuhkan. Nah, inilah deretan kaum papah yang peduli pada orang lain dan lingkungan sekitarnya hingga membuat netizen ternganga heran.

Sadiyo, Pemulung Sragen yang Sisihkan Uang untuk Tambal Jalan

Meski memulung tak menghasilkan banyak uang, Sadiyo Cipto Wiyono tetap menabung sebagian uangnya. Uang tabungannya bukan untuk membeli kepentingan pribadi, tapi untuk memboyong bahan guna menambal jalan berlubang. Lelaki yang dipanggil Mbah Sadiyo itu sehari-hari mengangkut rongsokan.

Mbah Sadiyo sedang menambal jalan [image: source]
Meski seminggu hasilnya hanya sekitar 100 ribu, setelah menabung beberapa waktu akhirnya bisa untuk membeli semen. Untuk pasir, warga desa Gondang Kecamatan Sragen ini meminta dari warga. Hal ini iya lakukan tanpa pamrih apapun. Hanya berharap, dirinya dan masyarakat bisa nyaman menggunakan jalan.

Ratemat Aboe, Guru Anak-Anak Kampung Pemulung

Kakek berusia 77 tahun itu biasa dipanggil Mbah Aboe. Sehari-hari warga Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun kota Malang ini bekerja sebagai tukang becak. Setiap hari lelaki bernama lengkap Ratemat Aboe ini menyisihkan waktu luangnya untuk memberikan pelajaran tambahan (bimbingan belajar) bagi anak-anak gelandangan, pemulung, dan pengemis di Kampung Tanjung Putrayudha. Dan jasa bimbingan belajar ini gratis, tanpa pamrih apapun. Kegiatan memberikan bimbingan belajar ini diberikan Aboe sejak tahun 2012, namun makin ramai didatangi anak-anak di tahun 2014.

Kakek Aboe sedang mengajari anak-anak [image: source]
Awalnya Aboe prihatin terhadap anak tetangganya yang dipulangkan oleh sekolah karena tidak mengerjakan PR. Aboe pun menyadari bahwa orang tua mereka tak sempat mengajari, karena sebagian waktunya dihabiskan untuk memulung atau mengemis. Akhirnya Aboe berinisiatif untuk menyuruh anak-anak itu ke tempatnya dan belajar. Meski hanya lulusan SD, Aboe yang rutin membaca buku, bisa menguasai banyak mata pelajaran dasar. Setiap hari Aboe mengajari anak-anak baca tulis, Matematika, Agama, hingga Sejarah di ruang berukuran 3,5 x 5 meter. Kini banyak komunitas sekitar Malang yang menyumbangkan buku dan alat tulis untuk murid-murid Aboe.

Kiswanti, Pembantu Lulusan SD Yang Bantu Berantas Buta Huruf 

Meski lahir dari keluarga yang hidup prihatin, sejak kecil Kiswanti selalu diajarkan cinta membaca oleh sang ayah. Namun karena keterbatasan biaya, wanita kelahiran Bantul itu pun hanya sekolah hingga SD. Meski begitu, ayahnya yang bekerja sebagai tukang becak masih sering meminjamkan buku SMP dan SMA untuknya. Saat sang ibu meninggal, Kiswanti pun meneruskan berjualan jamu untuk membiayai keempat adiknya. Lucunya, Kiswanti berjualan sambil membawa buku-buku untuk dibaca pelanggan atau anak-anak. Suatu saat Kiswanti diminta menjadi pembantu di rumah keluarga orang Filipina. Uangnya pun sering dibelikan buku untuk melengkapi koleksinya.

Kiswanti  berjualan jamu sambil membawa buku [image: source]
Setelah menikah, Kiswanti pindah ke Bogor bersama suaminya yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Di tempat baru, Kiswanti pun kembali berkeliling berjualan jamu sambil meminjamkan buku ke warga. Saat baru pertama kali datang, banyak yang menganggapnya remeh sebab hanya lulusan SD dan sok meminjami buku-buku. Meski begitu, ia tak putus asa dan terus berusaha. Hingga pada tahun 2003, Kiswanti pun bisa membangun sebuah perpustakaan yang kini telah berisi 8000 buku. Perpustakaan itu dinamai Warung Baca Lebak Wangi (Warabal). Kini ratusan warga Lebak Wangi mulai dari anak-anak hingga manula sudah menjadi anggota Warabal. Kegiatan di Warabal pun ditambah dari hanya sekedar membaca menjadi ada PAUD, TPA, bimbingan bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainnya.

Kakek Pengayuh Becak yang Sukarela Tambal Jalan di Surabaya

Namanya Abdul Sukur, kakek yang memiliki delapan cucu yang sehari-hari bekerja mengayuh becak. Menemui kakek 65 tahun ini cukup mudah, biasanya ia berada di pangkalan becak sekitar pusat perbelanjaan Plasa ITC di jalan Gembong Surabaya. Sama seperti Mbah Sadiyo, Mbah Dul juga hobi menambal jalan di sekitar rumahnya tanpa pamrih.

Abdul Sukur  tengah menambal jalan [image: source]
Bukan main-main, Mbah Dul sudah melakukan aktivitas ini selama 10 tahun. Tentu orang tidak akan tahu, karena sang kakek menambal jalan kala lokasi sepi dan dikerjakan malam hari. Meski hasil menarik becak tak banyak, sudah banyak jalan bolong yang dibenahi sang kakek. Mulai dari jalan Gembong Tebasan, jalan Tambak Rejo, Bunguran dan sekitar perlintasan Kereta Api ITC.

Di dalam situasi hidup yang amat prihatin pun orang-orang di atas masih sanggup menunjukkan kepeduliannya pada sesama. Mereka adalah contoh orang-orang yang memang tidak kaya harta, tapi mereka dianugerahi hati yang luar biasa. Karenanya tak heran jika masyarakat menaruh simpati bahkan tergugah oleh ketulusan mereka.

Written by Aini Boom

Leave a Reply

Kisah Siti Rokayah, Perempuan Renta yang Dituntut 1,8 Miliar oleh Anak Kandung Sendiri

Bukannya Jadi Panutan, Artis-Artis Muda ini Malah Terjerat Kasus Narkoba