Setelah keriuhan Asian Games 2018 pada bulan Agustus lalu, kini Indonesia kembali diramaikan dengan pesta olahraga Asian Para Games 2018. Pesta olahraga untuk para atlet difabel seluruh Asia ini baru diadakan untuk ketiga kalinya, dan tanah air kita berkesempatan untuk menjadi tuan rumah. Indonesia merupakan negara dengan delegasi terbanyak untuk Asian Para Games 2018, yaitu 300 atlet.
Belum bisa move on dari megahnya opening ceremony Asian Games 2018 yang digarap oleh Wishnutama, dkk, Jay Subiakto membuat upacara pembukaan Asian Para Games 2018 dengan penuh haru biru. Diadakan pada Sabtu (6/10) lalu, banyak hal yang membuat masyarakat Indonesia menitikkan air mata haru. Mari throwback kemegahannya melalui ulasan berikut ini.
Presiden Jokowi, Bulan, dan Abdul Hamid memanah Disability jadi Ability
Hal paling mengharukan dan tak bisa begitu saja dilupakan oleh masyarakat adalah momen ini. Bulan Karunia Rudianti adalah salah satu difabel yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar Pekanbaru, Riau. Beberapa waktu lalu ia sempat mengirimi Jokowi surat, yang berisi keinginannya mendapat sepeda seperti anak-anak lainnya. Namun, karena ia tak memiliki sepasang kaki, Bulan meminta Presiden Jokowi untuk memberinya kursi roda saja.
Komodo raksasa dan tari kecak yang tak kalah memukai dari Ratoh Jaroe
Jika Asian Games 2018 memiliki tari Ratoh Jaroe dalam opening ceremony-nya, Asian Para Games 2018 menyuguhkan teatrikal berjudul Panggilan Matahari. Berbekal 20 penari matahari dan 61 penari kecak, pertunjukkan inti dalam opening ceremony Asian Para Games 2018 ini sungguh menggetarkan hati.
Apalagi banyak sekali simbol yang tertuang di sana, seperti kata “DIS” yang dipisahkan dari qualified, appear, order, dan lain-lain. Serta alur cerita tari teatrikal Panggilan Matahari yang menggambarkan situasi dunia masa kini. Sungguh mengetuk hati.
Reza Rahadian dan Surya Sahetapy membacakan puisi berjudul Refleksi
Penampilan Reza Rahadian dan Surya Sahetapy—aktivis Tuli sekaligus putra kedua Dewi Yull, merupakan salah satu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Sebab, seperti yang sudah diketahui, Reza Rahadian merupakan aktor terlaris di Indonesia, film-film yang dibintanginya pun selalu merajai box office. Belum lagi, Surya Sahetapy yang tak malu dengan keterbatasannya.
Lagu Indonesia Raya dinyanyikan menggunakan bahasa isyarat
Tak kalah dengan pembacaan puisi Refleksi dari Reza Rahadian dan Surya Sahetapy, lagu Indonesia Raya dalam opening ceremony Asian Para Games 2018 juga banyak menyita perhatian. Sudah dinyanyikan oleh artis cilik yang mirip banget dengan Chelsea Islan dan Tatjana Saphira, yaitu Shanna Shanon. Para penari latar yang berjumlah lebih dari 50 orang juga ikut bernyanyi menggunakan bahasa isyarat.
https://www.youtube.com/watch?v=E3TuzknIPcI
Ada pula perwakilan dari sekolah dasar luar biasa yang turut menyanyikan lagu Indonesia Raya menggunakan bahasa isyarat. Seolah, pada malam itu semua warga Indonesia melebur menjadi satu di dalam bautan lagu kebangsaan. Berkat hal ini pula opening ceremony Asian Para Games 2018 menjadi trending topic dunia di twitter.
Kecakapan Jan Ethes yang membuat wanita se-Indonesia Raya menangis histeris
Selain kehadiran Presiden Jokowi dan ibu negara Iriana, Jan Ethes, cucu pertama mereka juga datang dalam opening ceremony Asian Para Games 2018. Jan Ethes duduk di antara kakek dan neneknya malam itu. Meski hanya mengenakan sweater berwarna abu-abu, penampilan Jan Ethes begitu memukau masyarakat Indonesia.
Atlet single fighter dari Palestina
Tak hanya penampilan bintang tamu dalam opening ceremony Asian Para Games 2018 saja yang menyita perhatian. Para atletnya pun begitu. Salah satunya adalah atlet dari Palestina. Laki-laki dengan kursi roda ini mendapat sorakan paling meriah dari audiens di Gelora Bung Karo (GBK) malam itu.
Melihat bagaimana opening ceremony Asian Para Games 2018 pada Sabtu lalu terbilang sukses, netizen tak sabar menunggu bagaimana Jay Subiakto, dkk, akan menggarap closing ceremony-nya satu minggu lagi. Meskipun tidak semeriah Asian Games, pesta olahraga untuk atlet difabel ini benar-benar menguras emosi dan menampar siapapun yang masih sering mengeluh. Mereka saja masih bisa bersyukur dengan keterbatasan, masa kita enggak?