Tercatat saat ini sudah ada tujuh kali pergantian Presiden di Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut prestasi olahraga di tanah bisa dibilang naik turun. Sistem dan kebijakan yang terus berganti menjadi alasan ketidak stabilan tersebut. Kendati demikian, namun bakat hebat atlet Indonesia tidak pernah berhenti bermunculan. Dalam sejarahnya saat era pemimpin negeri ini Soeharto para atlet kerap menorehkan prestasi gemilang.
Di bawah kepemimpinan bapak pembangunan tersebut Indonesia sukses meraih banyak prestasi. Mulai dari emas pertama olimpiade sampai menjadi juara umum SEA Games. Melihat hal tersebut, pastinya kini kita mulai timbul pertanyaan. Apakah resepnya? Bagaimanakah caranya?. Dari pada bingung dan terus bertanya-tanya, simak ulasan berikut ini untuk menemukan jawabnya.
Menerapkan prinsip juara kedua adalah aib untuk negara
Hasil SEA Games XIII di Bangkok menjadi penyebab hal ini muncul. Kala itu Indonesia pulang dengan capaian yang dianggap oleh Soeharto tidak memuaskan. Mereka gagal duduk peringkat pertama kejuaraan Asia Tenggara tersebut. Melansir laman Merdeka.com, menurut MF Siregar, apabila gagal meraih juara umum sudah dianggap sebagai tamparan pada bangsa. Kendati terlihat keras dengan prinsip tersebut, namun dampaknya langsung bisa dirasakan. Setelah muncul jargon tersebut dan melakukan evaluasi besar-besaran Indonesia sukses menjadi juara umum kejuaraan tersebut tahun 1987 di Jakarta.
Mengembangkan prestasi olahraga dari unit paling bawah
Kunci sukses lain dalam mengembangkan prestasi olahraga saat era Soeharto adalah perkembangan atlet dari unit paling bawah. Mempora era Presiden ke dua Indonesia yakni Abdul Gofur menginginkan Sekolah Dasar (SD) sebagai basis dari pembinaan prestasi. Dalam pelaksananya juga beliau menerjunkan guru-guru olahraga yang berkompeten agar misi ini bisa berjalan. Melansir laman Kompas, Ketua KONI, Sri Sultan Hamengku Buwono juga mengimbau agar pihak berwajib untuk mencegah lapangan diubah menjadi bangunan. Sinergi macam ini yang menjadi salah satu kunci sukses olahraga di era Soeharto.
Mengirim atlet untuk berlatih di luar negeri
https://www.youtube.com/watch?v=RYlt5nrgp-g
Sudah bukan rahasia lagi apa dahulu prestasi Timnas lebih moncer bila dibanding dengan sekarang. Bahkan kegemilangan sepak bola saat era Soeharto yakni medali emas SEA Games atau peringkat empat Asian Games belum bisa diulangi oleh Tim Merah Putih sekarang. Salah satu resep keganasan Timnas saat itu adalah buah dari pengiriman para putra terbaik Indonesia berlatih di luar negeri. Persepakbolaan yang lebih modern dan berkembang membuat bakat pemain-pemain dapat dipoles dengan baik. Nama-nama macam Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, dan beberapa angkatannya adalah buktinya.
Menciptakan panji olahraga untuk menumbuhkan semangat prestasi
Selain menerapkan prinsip tidak juara adalah aib seperti yang telah disigung tadi, Era Soeharto juga menggunakan panji olahraga untuk memompa semangat putra-putri bangsa untuk terus berprestasi. Dengan jargon andalan yakni “mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga”. Menjadikan banyak penduduk yang gemar untuk olahraga. Hal yang juga sedikit atau banyak telah memicu orang tanah air ingin menjadi atlet. Dampaknya pun bisa dibilang baik lantaran semakin banyak individu yang memiliki potensi olahraga bermunculan. Dengan jumlah SDM melimpah tidak sulit untuk mencari bakat-bakat hebat.
Kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Soeharto bisa dibilang bukan hanya ini saja, masih banyak lagi yang lain. Namun terlepas dari hal tersebut, bisa diakui apabila prestasi yang dicatatkan di zaman Pemimpin kedua negara itu memang hebat. Bahkan dalam kurun waktu 30 kepemimpinan tidak berhenti para atlet torehkan prestasi.